Kisah #KartiniJuara, Sosok Inspirasi Penghubung Mimpi Kartini Masa Kini
Seiring perkembangan zaman, semangat kartini kini menjadi penyemangat untuk memperjuangkan diri sendiri, keluarga, dan komunitas.
Editor: Content Writer
Dibalik hiruk pikuk Pemilu, kemeriahan Hari Kartini menjadi sedikit tersisihkan. Padahal, kegigihan sosok R.A Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan telah berhasil menginspirasi jutaan perempuan Indonesia dan menciptakan dampak sosial bagi lingkungan sekitar.
Seiring berkembangnya zaman, semangat Kartini tidak hanya ditunjukkan untuk memperjuangkan hak perempuan, namun juga bertindak sebagai penyemangat kaum perempuan untuk memperjuangkan dirinya, keluarganya, dan komunitasnya.
Pada Arisan Mapan contohnya, sosok Ketua Arisan dikenal sebagai “Kartini” masa kini karena telah banyak membantu masyarakat di sekitarnya, terutama para Ibu Rumah Tangga dalam memenuhi kebutuhan keluarga, perencanaan keuangan keluarga, hingga membantu orang lain disekitarnya dalam mewujudkan impian.
Hingga kini, terdapat lebih dari 200 ribu Ketua Arisan Mapan yang tersebar di Pulau Jawa dan Bali. Mereka memiliki peran penting di balik perkembangan Arisan Mapan hingga 2,5 juta keluarga Indonesia bisa mewujudkan impiannya.
Dalam rangka memperingati hari Kartini, Mapan mengkurasi 21 kisah inspiratif para Ketua Arisan yang telah menjadi #KartiniJuara masa kini bagi dirinya, keluarganya, dan komunitasnya.
Memiliki beragam latar belakang, para Ketua Arisan ini telah mendedikasikan dirinya untuk komunitasnya, menghilangkan semua batasan, dan mendorong perempuan lain untuk bisa meraih sukses.
Dari banyaknya Ketua Ariasan yang ada, berikut empat sosok inspirasi yang mewujudkan mimpi banyak orang.
Murni: Bukti Ibu Rumah Tangga Juga Bisa Melek Teknologi
17 tahun menjadi buruh pabrik, tidak pernahsekalipun Murni terpikir untuk berhenti belajar dan berjuang. Ia percaya bahwa perempuan selalu bisa berbuat lebih, paling tidak untuk lingkungan sekitarnya.
Setelah mengenal Arisan Mapan, Murni tidak sabar untuk berbagi kepada keluarga dan tetangganya, serta menceritakan bagaimana Arisan Mapan bisa menjadi alternatif lain dalam “mencicil” barang rumah tangga impian.
“Awalnya niat saya memang cuma ingin bantu ibu-ibu lain untuk bisa punya barang. Mungkin sama seperti di daerah lain, di Sukabumi pun masih banyak orang beli barang dengan kredit, Cuma kan risikonya banyak. Jadi, pelan-pelan saya jelasin sistemnya Arisan Mapan. Alhamdulillah, nggak cuma punya barang sekarang mereka paham cara pakai handphone padahal mungkin dulunya mereka merasa nggak butuh untuk bisa punya dan pakai HP,” terangnya.
Murni yang kini kerap dipanggil ‘Ibu Arisan’ oleh tetangga bahkan anak-anak di sekitar rumahnya mengaku ikut senang bisa membantu 250 Anggota Arisan untuk mewujudkan impian lewat Arisan Mapan.
“Bahkan, kini ada yang berhasil renovasi rumah dan memiliki warung sendiri, semua karena mereka membeli barang-barang lewat arisan,” ujarnya.
Berkostum Badut mengeliling Candi Borobudur,Elisabeth Ajarkan Pentingnya Menabung
Sosok Eli, begitu ia disapa, setiap hari selalu berjuang melawan teriknya Candi Borobudur dalam balutan kostum badut.
Namun siapa sangka, profesi inilah yang menjadikan Eli dikenal kalangan ibu-ibu sekitar Candi Borobudur yang mayoritas adalah pedagang.
“Memang tantangannya adalah memperkenalkan sistem Arisan Mapan karena sebagian besar ibu-ibu sudah biasa dengan sistem kredit yang barangnya diterima di awal. Lalu apa bedanya Arisan Mapan sama yang lainnya kalau kata mereka,” cerita Bu Elisabeth.
Ternyata, ini tidak membuat Bu Eli putus asa.
“Begitu anggota saya dapat panci di kocokan pertama, saya langsung bawa keliling Borobudur untuk meyakinkan ibu-ibu dengan kualitas barang yang akan mereka dapatkan. Tapi masalahnya nggak berhenti sampai situ, pendapatan kita disini kan tidak menentu setiap bulannya, belum tentu ada uang saat waktunya bayar arisan nanti,” ungkapnya.
Eli percaya setiap tantangan pasti ada jalan jika punya niat baik dan mau berusaha.
Setiap hari Eli mendatangi anggotanya satu per satu untuk mengumpulkan tabungan Rp2000 – Rp10.000 dari penghasilan harian yang mereka terima.
Tak perlu repot lagi membayar uang arisan saat jatuh tempo nanti, kini, hampir semua komunitas ibu-ibu pedagang di Candi Borobudur bisa mengisi kebutuhan lewat Arisan Mapan.
Tatik: Si Guru Biologi yang Tanamkan Semangat Wirausaha Sejak Dini
Passion Tatik untuk belajar dan berbagi ilmu ternyata tidak hanya membuatnya sukses sebagai Guru Biologi, yang juga merangkap sebagai Pengajar Prakarya dan Kewirausahaan di salah satu SMA negeri di Solo selama 18 tahun.
Berbekal semangat berbagi inilah, ia menularkan kepada murid-muridnya agar terus berjuang dan menciptakan peluang baru bagi lingkungan sekitar.
“Saya percaya ilmu adalah jendela untuk melihat dunia yang lebih luas. Walaupun bukan di kota besar, tapi saya nggak mau semangat murid-murid dalam belajar menjadi surut. Sering saya bilang, kalian semua nanti harus mandiri, akan lebih baik lagi kalau kalian yang menciptakan lapangan kerja untuk orang lain nantinya. Tidak bermaksud untuk tinggi hati, saya juga cerita gimana sampai di usia saat ini saya masih bisa bantu orang lain mewujudkan impian lewat Arisan Mapan, ternyata banyak yang tertarik juga,” terangnya.
Dengan sangat antusias, Tatik menceritakan pengalamannya mengajak lebih dari 300 anggota bergabung dengan Arisan Mapan.
“Pengalaman mengajar kewirausahaan buat saya sadar dengan yang namanya kemandirian.Apalagi kita sebagai perempuan ya harus bisa mandiri, jangan bergantung pada orang lain. Saya ingin perempuan lain di sekitar saya juga bisa mandiri. Lalu, dengan adanya teknologi ya kenapa tidak untuk kita manfaatkan. Alhamdulillah, dengan bekal keyakinan banyak yang terinspirasi untuk jadi Ketua Arisan dan mewujudkan impian keluarganya,” cerita Bu Tatik.
Bonita Buktikan Kursi Roda Bukan Halangan untuk Berusaha
Berjuang memang tidak pernah menjadi hal yang mudah untuk dijalankan. Begitupun bagi Bonita. Sejak didiagnosa memiliki kelainan tulang belakang, ia sadar bahwa dirinya harus berusaha lebih dibandingkan orang-orang lainnya di luar sana.
Berbekal keterampilan merias wajah, Bonita mulai menyisihkan penghasilannya untuk terus meningkatkan keterampilan.
“Pertama kenal Arisan Mapan saya tertarik dengan Program SiTaTa (Sisih, Tabung, dan Tambah) karena sangat berguna untuk bantu mengatur penghasilan saya yang tidak pasti per bulannya, dan terbukti dengan menerapkan ilmu SiTaTa, awalnya saya bisa membeli beauty case untuk mendukung kerjaan saya,” cerita ibu satu anak asal Bandung ini.
“Karena saya anggap cukup mudah dan menguntungkan, saya terus nabung, dan siapa sangka pelan-pelan saya bisa belikan anak handphone juga lewat Arisan Mapan, nabung sekarang bukan jadi hal yang susah buat saya dan keluarga, walaupun dengan jumlah yang nggak banyak,” tambah Bonita.
“Karena sedikit demi sedikit kebutuhan bisa terpenuhi, saya bisa fokus untuk hal lain. Saya ingin jadi instruktur tata rias dan ingin buka kursus rias sendiri. Saya ingin ajak dan buktiin ke orang-orang juga kalau perempuan bisa melakukan apa saja asal mau ambil peluang di depan mata seperti halnya kami komunitas Penata Rias. Jangan takut dan malu untuk melakukan hal yang positif untuk diri sendiri dan lingkungan,” kata Bu Bonita.
Cerita-cerita diatas meyakinkan kita bahwa semua perempuan memiliki kemampuan yang sama dan bisa melakukan banyak hal asal mau belajar, berjuang, dan tekun menjalankannya.
Semangat ibu-ibu inilah yang mendorong Arisan Mapan untuk terus memberdayakan komunitas masyarakat untuk mewujudkan impian melalui sistem arisan yang berbasis teknologi.
Sejak Arisan Mapan berdiri pada tahun 2015, hingga kini, tidak terhitung banyaknya kisah inspiratif Ketua Arisan Mapan yang telah menjadi sosok Kartini Juara masa kini bagi dirinya, keluarganya, dan lingkungan sekitarnya.
Untuk menyimak kisah inspiratif lainnya, bisa mengunjungi situs kartini.mapan.id, yang setiap harinya akan ada menerbitkan satu cerita hingga tanggal 30 April 2019. (*)