Tribunnews.com Gelar Kembali Ngobrol Mewah, Bicara Wisata Solo Raya hingga Dampak Sosial Media
Redaksi Tribunnews.com menggelar diskusi bulanan atau Ngobrol Mewah (Mepet Sawah) edisi keempat bertemakan 'Menggali Harta Karun Solo dan Sekitarnya'
Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Daryono menyebutkan Wonogiri sebagai contoh, yang sebenarnya memiliki potensi besar seperti pantainya yang indah.
Namun, akses wisata yang susah, jarak yang jauh, dan waktu yang lama untuk mencapai objek wisata potensial tersebut menjadi hambatan untuk dikenal para wisatawan.
"Boyolali juga tidak kalah, punya potensi besar. Tetapi kebanyakan orang-orang datangnya ke Karanganyar, Ngargoyoso, Tawangmangu, atau kebun teh di daerah sana.
Ini adalah yang sering dilupakan untuk wilayah Selatan dan Barat," ujar Daryono.
Sementara itu, untuk kota Solo, Keraton Kasunanan dan Mangkunegaran, Taman Balekambang, dan Jurug menjadi magnet utama bagi wisatawan yang memanfaatkan lebaran.
Tak hanya objek wisata, kota Solo juga menyediakan event-event yang mampu mengundang wisatawan dari luar kota dna menyemarakkan wisata kota Solo.
Di sisi lain, terdapat pula satu objek wisata yang populer di kabupeten Klaten, yakni Umbul Ponggok Klaten.
Joko Winarno selaku Direktur BUMDes Tirta Mandiri Ponggok memaparkan satu wisata unggul yang dimiliki Klaten tersebut.
Umbul Ponggok adalah salah satu unit wisata dari BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Tirta Mandiri.
Joko mengungkapkan, suksesnya Umbul Ponggok sebagai objek wisata di Klaten berangkat dari kejelian Kepala Desa Ponggok kala itu atas potensi besar yang dimiliki desa Ponggok.
Ketika setiap desa memiliki potensi wisata seperti gunung, sawah, atau laut, desa Ponggok memiliki potensi yang berbeda, yaitu mata air.
Namun, Joko menyebutkan, saat itu pihak internal desa tidak mampu mengembangkan potensi tersebut.
Jadi, perlu ada tokoh yang mampu menggerakkan dan menyadarkan masyarakat desa tentang potensi yang dimiliki.
"Umbul Ponggok tadinya hanya untuk mandi, nyuci, dan kegiatan kampung pada umumnya, atau padusan. Tapi dengan adanya pennggerakan potensi, kreativitas pun muncul, mengikuti milenial yang suka selfie instagrammable. Yang dulunya foto di gunung, di luat, kini di dalam air," jelas Joko.
"Tentunya ini sebuah inovasi dan ternyata mampu diterima di khalayak umum, dari bulan ke bulan, tahun ke tahun tumbuh, pengunjungnya cukup banyak," tambahnya.