Membahas Pilihan Bahan dan Warna Seragam ASN yang Katanya Warisan Budaya Belanda
Pakaian Seragam Harian (PSH) Aparat Sipil Negara (ASN) dinilai kurang berbasis budaya nusantara dan lebih mewariskan budaya kolonial Belanda.
Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Pakaian Seragam Harian (PSH) Aparat Sipil Negara (ASN) dinilai kurang berbasis budaya nusantara dan lebih mewariskan budaya kolonial Belanda.
Hal tersebut diungkapkan oleh anggota DPR RI yang juga tokoh budaya Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Ia meminta Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) hingga Menteri Agama segera mengubah aturan pakaian ASN.
Kemudian bahan yang digunakan untuk seragam ASN juga dinilai terlalu tebal terlebih jika digunakan oleh pegawai yang lebih banyak bekerja di lapangan dibandingkan ruangan.
Baca: Diduga Terpapar Radikalisme, Hampir 800 Ribu Aparatur Sipil Negara (ASN) Tolak Ideologi Pancasila
Dari segi bahan, Desainer yang juga ketua Indonesian Fashion Chamber (IFC), Ali Charisma menyebutkan bahannya memang bisa dibilang tebal dan lebih cocok digunakan di dalam ruangan, khususnya seragam ASN yang berwarna cokelat atau yang biasa disebut jas tongki.
Baca: Warisan Belanda, Seragam PNS Tak Cocok, Sarung Maruf Amin dan Celana Cingkrang Jadi Baju Baru ASN?
Baca: Kesejahteraan Buruh Tani Harus Ditingkatkan
Baca: Ini Kata Pengamat soal Isu Larangan Pakai Cadar dan Celana Cingkrang bagi ASN yang Jadi Kontroversi
Baca: Sudah Janji Bakal Pamit, Persib Bandung Batal Ditinggal Manajer Umuh Muchtar, Ini Sebabnya
Tapi enaknya dengan bahan semi wol atau pun katun karena pilihannya sudah beragam seragam tersebut bisa digunakan dalam waktu lama.
“Memang panas atau ketebalan tapi bisa bertahan lama seharunsya, kalau untuk yang di lapangan bahan yang digunakan mungkin bisa lebih tipis. Ya sarannya gunakan bahannyang lebih tipis seperti viscose,” kata Ali Charisma kepada Tribunnews.com, Rabu (6/11/2019).
Kalau disarankannga menggunakan sutra, Ali memastikan kalau perawatannya akan sulit karena cara pencuciannya sebaiknya menggunakan metode dry clean tidak bisa sembarangan mencuci.
“Tapi jangan sutra karena kalau dari perawatan akan susah harus dry clean dan kalau dicuci pakai mesin dua minggu aja udah rusak. Perawatannya susah,” ungkap Ali Charisma.
Kemudian dari segi warna sebenarnya sudah cocok karena warna netral yang masuk ke semu tipe kulit.
“Warna udah masuk, tapi kan kadang ada yang warna cokelatnya terlalu tua ada yang terlalu muda,” ucap Ali Charisma.