Pertengkaran Orangtua Pengaruhi Psikis Anak
anak-anak yang tumbuh di rumah dengan konflik tinggi mengalami masalah psikososial dan stres pasca-trauma di antara masalah lain.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Pertengkaran dalam rumahtangga adalah hal lumrah.
Namun, pertengkaran disertai nada tinggi, berteriak, menyebut nama, mendorong, apalagi sampai ada kekerasan fisik, berpotensi meninggalkan dampak buruk. Bukan hanya pada pernikahan, tapi memengaruhi kondisi psikis anak.
Studi menunjukkan, bahwa anak-anak yang tumbuh di rumah dengan konflik tinggi mengalami masalah psikososial dan stres pasca-trauma di antara masalah lain.
Apakah kamu dan pasangan sering bertengkar? Pastikan untuk tidak melakukannya di hadapan anak.
Sebab, perkelahian di depan anak, akan memengaruhi beberapa hal pada anak, di antaranya:
1. Stabilitas emosional
Anak yang bahagia adalah orang yang dipenuhi dengan cinta, perhatian dan kasih sayang di dalam rumah.
Baca: 4 Manfaat Olahraga Bersama Pasangan atau Teman, Bisa Menurunkan Stres
Pertengkaran dapat menyebabkan emosi negatif seperti kebencian dan rasa tidak hormat di antara anak-anak, terutama jika mereka sering menyaksikannya.
Anak-anak yang sensitif secara emosional, berisiko tinggi mengalami tekanan emosi dan dapat mengancam keamanan mereka secara keseluruhan.
2. Toleransi terhadap kekerasan
Menurut penelitian, anak-anak yang tumbuh di rumah yang dingin, tidak mendukung, dan berkonflik tinggi cenderung mengalami gangguan baik dalam fungsi psikososial mereka maupun dalam sistem biologis yang responsif terhadap stres.
Baca: Mengatasi Bau Mulut Saat Jalani Ibadah Puasa
Mereka cenderung mendapatkan perilaku kesehatan yang buruk, termasuk penyalahgunaan kekerasan.
Untuk menyelamatkan anak dari bahaya potensial ini, lakukan diskusi secara pribadi dengan pasangan untuk menyelesaikan masalah.
3. Kewaspadaan dan fokus mental
Pertengkaran orangtua juga memengaruhi cara berpikir anak. Ini memicu hormon stres yang secara langsung memengaruhi fokus dan konsentrasi di kalangan anak muda.
Perkelahianmu dengan pasangan yang konstan dapat membuat pikiran anak menjadi sibuk.
Gangguan tidur dan kinerja akademik yang buruk hanyalah beberapa konsekuensi yang dapat dicegah, jika kamu berfokus pada mengasuh anak di lingkungan rumah yang sehat dan ramah.
4. Harga diri
Sebuah 'roller coaster' emosi dapat terbentuk begitu seorang anak dihadapkan pada bahasa atau tindakan kasar.
Perasaan seperti rasa malu, rasa bersalah, tidak layak, tidak berdaya, dan rasa malu dapat menurunkan harga diri mereka dan membuat mereka takut akan dunia nyata.
Ini dapat berpengaruh dalam hubungan masa depan mereka juga.
Bangun rasa percaya diri anak dengan menegaskan cinta dan kepedulian yang tulus tidak hanya terhadap mereka, tetapi juga untuk pasanganmu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Jangan Pernah Bertengkar di Hadapan Anak, Ini Dampaknya