Imbas Pandemi Konsumsi Daging Turun, Permintaan Produk Berbasis Nabati Meningkat
Konsumsi daging per kapita di tahun ini diperkirakan menurun ke titik paling rendah dalam sembilan tahun terakhir.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Risiko pandemi baru dapat terjadi karena banyaknya hewan yang dibesarkan dalam industri peternakan dalam kondisi yang sempit dan kotor.
Menurut badan PBB, 75 persen patogen yang muncul di beberapa puluh tahun terakhir berasal dari hewan, waduk, dan irigasi serta industri peternakan berkaitan terhadap 25 persen penyakit menular di manusia.
Badan PBB tersebut menekankan, hubungan antara virus dan konsumsi daging.
Menurut Program Lingkungan PBB, hewan seperti sapi, babi, dan ayam dapat menyebarkan penyakit karena mayoritas saat ini mereka dibesarkan dalam kondisi yang kurang dari ideal, untuk level produksi yang tinggi, dan secara genetik sangat mirip, sehingga mereka sangat rentan dalam infeksi, dibandingkan dengan populasi yang jauh lebih beragam.
Lebih buruknya lagi, banyak hewan ternak yang ada di dalam industri peternakan, mengurung ribuan hewan secara bersamaan, dan tidak memberikan jarak fisik antara hewan.
Intensifikasi industri peternakan juga menyebabkan deforestasi, perubahan iklim, hilangnya keragaman hayati dan membuat hewan- serta penyakit yang mereka bawa- lebih dekat dengan manusia.
Semua itu merupakan faktor penyebab penyebaran penyakit baru yang dapat menyebabkan adanya pandemi di masa depan.
Dalam waktu yang bersamaan, penyebaran infeksi virus corona di tempat penjagalan dan pabrik pemrosesan daging--dari Amerika Serikat sampai Brazil dan Jerman--telah menyebabkan kontaminasi pekerjanya dalam sorotan.
“Dalam konteks ini, bertumbuhlah konsensus terhadap ide dalam masyarakat kita bahwa kita harus tidak terlalu bergantung pada produk hewani untuk kita agar memiliki masa depan yang lebih aman”, menurut Annabella.
“Dengan permintaan daging yang menurun, disisi lain pasar berbasis nabati meningkat, hal tersebut berarti kita bersama-sama mengukir perubahan nyata dalam sistem pangan kita,” tambahnya.