Upaya Rutgers Indonesia Menyelamatkan Remaja Bebas dari Kekerasan dan Perilaku Seksual Berisiko
Banyak remaja yang tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas dan bahaya kekerasan.
Editor: Willem Jonata
Program Prevention+ bertujuan untuk mengurangi kekerasan terhadap perempuan serta meningkatkan partisipasi ekonomi perempuan dengan pendekatan pelibatan laki-laki sebagai agen perubahan dan mempromosikan nilai maskulinitas yang positif berdasarkan nilai kesetaraan dan non-kekerasan.
Program ini berjalan di wilayah Yogyakarta dan Lampung serta di Jakarta dalam rangka implementasi program di tingkat lokal maupun advokasi nasional. Untuk mencapai tujuannya, Rutgers WPF Indonesia melakukan intervensi program di beberapa level, yaitu: individu, komunitas, institusi, dan pemerintah.
Program Dance4Life menghadirkan pendidikan seksualitas yang komprehensif melalui model pemberdayaan (empowerment model) untuk anak muda berusia 13 – 19 tahun. Proses pemberian informasi yang komprehensif dilakukan melalui metode reflektif dengan berlandaskan pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning).
Metode ini mengizinkan para peserta melakukan berbagai aktivitas yang unik, kreatif, dan menyenangkan yang menggambarkan situasi anak muda dan dapat direfleksikan dengan kondisi atau pengalaman masing-masing individu.
Baca juga: Awalnya Periang Jadi Pendiam, Gadis Remaja Ini Ungkap Kejadian Pilu Dinodai 3 Pemuda : Saya Malu
Melalui pengetahuan dan keterampilan yang diberikan dalam program Dance4Life, anak muda diharapkan dapat membangun kepercayaan diri dalam menentukan sikap dan perilaku hidup sehat, saling menghargai perbedaan dan persamaan, serta kematangan emosi yang membekali mereka menjadi pemimpin masa depan.
Sementara Program Explore4Action sebuah program penelitian 4 tahun untuk mengetahui pengalaman tumbuh kembang remaja 12-24 tahun terutama terkait kesehatan seksual dan reproduksi mereka, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengalaman ini secara positif maupun negatif. Program ini juga menggali dampak dari pendidikan seksualitas komprehensif yang difasilitasi oleh Rutgers WPF, yaitu SETARA (Semangat Dunia Remaja) bagi mereka.
Data dikumpulkan di tiga lokasi di seluruh Indonesia: Semarang, Bandar Lampung dan Denpasar.
Adapun pencapaian program, untuk GUSO,berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja usia 13-15 tahun dalam menghadapi perubahan akibat pubertas dengan percaya diri menggunakan modul pendidikan kesehatan reproduksi yang diberi nama, "SETARA" atau kependekan dari Semangat Dunia Remaja.
Di tingkat kebijakan, meskipun belum ada regulasi yang eksplisit untuk PKRS, GUSO telah berhasil meningkatkan kesadaran akan pentingnya program PKRS di sekolah di antara pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya.
"Yes I Do telah berhasil meningkatkan kualitas akses, layanan dan informasi kesehatan reproduksi remaja serta membangun sistem yang komprehensif dalam pencegahan dan penanganan kasus perkawinan anak," katanya.
Upaya-upaya ini telah secara signifikan menurunkan jumlah perkawinan anak di ketiga wilayah intervensi di Sukabumi, Rembang dan Lombok Barat dan termasuk mencegah terjadinya kehamilan remaja dan praktik berbahaya bagi organ perempuan.
Untuk Prevention+ telah mengangkat perhatian dan fokus pada pencegahan dan penghapusan kekerasan berbasis gender, mulai dari tingkat individu hingga kelembagaan, dengan melibatkan laki-laki sebagai agen perubahan bersama gerakan perempuan, melalui kesadaran kritis, mendobrak nilai-nilai patriarkal dan toksik maskulin namun tetap menghormati budaya dan agama lokal. Pada tingkat kebijakan, program ini memfasilitasi peraturan daerah yang menempatkan laki-laki dan anak laki-laki sebagai salah satu solusi untuk mencegah kekerasan berbasis gender di daerah mereka.
Untuk program Dance4Life: Berhasil meningkatkan partisipasi dan minat remaja untuk menemu-kenali diri mereka, eksistensi mereka hubungan dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan dengan masyarakat disekitarnya.
Melalui tarian, anak muda diajak untuk memiliki jiwa kepemimpinan dan rasa bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang mereka buat.