Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Rajin Olahraga Tanpa Perhatikan Pola Makan Umumnya Gagal Turunkan Berat Badan, Bagaimana Seharusnya?

Banyak orang berolahraga sebagai bagian dari upaya menurunkan berat badan. Namun, banyak pula yang berolahraga justru makan tambah banyak.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Rajin Olahraga Tanpa Perhatikan Pola Makan Umumnya Gagal Turunkan Berat Badan, Bagaimana Seharusnya?
TRIBUN JATENG /HERMAWAN HANDAKA
Ilustrasi berolahraga. 

TRIBUNNEWS.COM - Banyak orang berolahraga sebagai bagian dari upaya menurunkan berat badan.

Namun, tak sedikit orang yang merasa mereka justru makan lebih banyak setelah olahraga.

Temuan studi pun menunjukkan, sebagian besar orang yang berolahraga tanpa memerhatikan pola makan biasanya gagal mencapai target berat badan yang diinginkan.

Saat berolahraga tubuh membakar kalori dan jika metabolisme normal maka akan terjadi defisit energi.

Pada titik itu, tubuh mulai menggunakan cadangan lemak sebagai energi, sehingga berat badan menjadi turun.

Namun, sistem di dalam tubuh tiap orang berbeda-beda. Terkadang, tubuh kita justru menyabotase usaha penurunan berat badan.

Baca juga: Rebus Kulit Nanas Lalu Minum Airnya, Berat Badan Akan Turun dengan Mudah Tanpa Perlu Olahraga

Tubuh justru menyimpan. cadangan energi untuk berjaga-jaga jika kita butuh untuk bertahan hidup. Sebuah sisa evolusi dari nenek moyang manusia. 

Berita Rekomendasi

Akibatnya, yang terjadi adalah kita berolahraga, nafsu makan meningkat, kita akan menambah asupan kalori sebagai kompensasi kalori dari yang kita bakar. 

Asisten profesor nutrisi di University of Kentucky, Kyle Flack lalu memikirkan bagaimana mengubah hal tersebut.

Dari penelitiannya diketahui, rata-rata orang mengasup 1.000 kalori sebagai kompensasi, terlepas dari berapa pun durasi olahraga yang dilakukan.

Flack dan tim penelitinya mengeksplorasi gagasan itu lewat studi yang diterbitkan ke dalam American Journal of Physiology di tahun 2018.

Studi tersebut berjudul "Energy compensation in response to aerobic exercise training in overweight adults".

Baca juga: 8 Perubahan Gaya Hidup Terbaik untuk Membantu Mengontrol Diabetes, Atur Pola Makan hingga Olahraga

Studi itu melibatkan peserta pria dan wanita obesits dan jarang bergerak untuk rajin berolahraga dan membakar 1.500-3.000 kalori per minggu. 

Para peserta melakukan latihan yang dipantau, yakni berjalan selama 30 atau 60 menit, lima kali dalam seminggu. 

Setelah tiga bulan, penurunan berat badan seluruh peserta diukur. Peneliti menggunakan perhitungan metabolik untuk menentukan berapa banyak kalori yang dikonsumsi peserta.

Seperti sudah diduga, kelompok peserta yang berolahraga mengalami penurunan berat badan terbanyak.

Hasil ini bisa didapat jika kita berolahraga membakar 3.000 kalori dalam seminggu, dengan waktu satu jam per hari selama enam hari, atau 300 menit (lima jam) total.

Jika durasi olahraga lebih sedikit, maka tidak terjadi penurunan bobot yang diharapkan.

Mengubah metode

Flack mempertanyakan apakah frekuensi olahraga yang bervariasi memengaruhi kompensasi kalori pada seseorang atau tidak.

Selain itu, ia juga mempertanyakan penyebab yang memicu seseorang untuk makan, serta kemungkinan durasi olahraga yang berbeda dapat memengaruhi hormon nafsu makan.

Flack mengulangi banyak eksperimen sebelumnya dengan menambahkan jadwal latihan baru.

Tim peneliti mengumpulkan grup lain, terdiri dari 44 peserta pria dan wanita yang kelebihan berat badan dan kurang aktif bergerak.

Peneliti memeriksa komposisi tubuh peserta, dan meminta setengah dari mereka berolahraga dua kali seminggu (90 menit) sampai mereka membakar sekitar 750 kalori per sesi olahraga, atau 1.500 kalori dalam seminggu.

Banyak peserta memilih olahraga berjalan kaki, tetapi sebagian memilih aktivitas lain. Semua peserta mengenakan monitor detak jantung untuk memantau upaya mereka berolahraga.

Peserta lainnya berolahraga enam kali seminggu selama sekitar 40 hingga 60 menit, membakar hampir 500 kalori per sesi, atau total sekitar 3.000 kalori seminggu.

Para peneliti lalu mengambil sampel darah untuk memeriksa kadar hormon tertentu yang bisa memengaruhi nafsu makan peserta.

Setelah 12 minggu, peneliti kembali menemukan ambang batas kompensasi sekitar 1.000 kalori. Hanya peserta pria dan wanita dalam kelompok yang berolahraga paling banyak (enam hari dalam seminggu) yang mengalami penurunan berat badan sekitar 1,8 kg.

Hormon nafsu makan

Menariknya, peneliti menemukan peserta yang membakar 3.000 kalori seminggu dengan berolahraga menunjukkan perubahan tingkat leptin, hormon yang dapat mengurangi nafsu makan.

Menurut Flack, hasil studi ini memperkuat temuan sebelumnya yang mengungkap orang yang berolahraga akan makan lebih banyak, dengan batas maksimum 1.000 kalori per minggu.

Jika kita bisa mengatur agar membakar kompensasi kalori itu dengan menambah durasi olahraga, maka berat badan kemungkinan besar bisa diturunkan.

Meski demikian, Flack mengatakan hasil studi ini masih terlalu dini untuk menyimpulkan. Apalagi durasi penelitian hanya beberapa bulan. Belum diketahui apakah dalam jangka panjang hasilnya akan sama.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Durasi Olahraga Ideal untuk Mengimbangi Nafsu Makan Besar

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas