Kiprah Jemmy Tezzen di Dunia Hair Styling Pria, Mulanya Dropshipper, Kini Punya Brand Pomade Sendiri
Pomade sudah dianggap sebagai kebutuhan sehari-hari untuk para pria muda yang ingin selalu tampil rapi dalam situasi apapun.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNEWS.COM - Bagi kaum pria, satu di antara cara untuk mewujudkan tampilan paripurna adalah dengan menata rambut.
Gaya dan potongan rambut boleh berbeda, tetapi tampilannya harus selalu rapi dan klimis agar menciptakan kesan stylish.
Untuk urusan styling and grooming, umumnya para pria menggunakan pomade untuk menata rambut mereka.
Pomade mulai dipopulerkan di Amerika Serikat sejak awal abad ke-20. Di Indonesia, produk hair styling bagi kaum pria ini, juga digemari.
Bahkan, di masa sekarang, pomade sudah dianggap sebagai kebutuhan sehari-hari untuk para pria muda yang ingin selalu tampil rapi dalam situasi apapun.
Tren penggunaan pomade yang kian meluas disadari pula oleh anak muda di Indonesia, termasuk Jemmy Tezzen.
Baca juga: 3 Cara Memilih Pomade Terbaik untuk Rambutmu, Pria Wajib Tahu
Kegemarannya mencoba berbagai macam produk hair styling di pasaran mengantarkan ia menjadi salah satu penggagas merek pomade dalam negeri yang kualitasnya tak kalah dengan produk impor.
Kiprah Jemmy di dunia hair styling for men bermula sejak dirinya masih duduk di bangku kuliah pada tahun 2015.
Untuk mencari penghasilan tambahan semasa kuliah, Jemmy sempat menjadi dropshipper dan menjual berbagai varian pomade, dari merek lokal hingga impor.
Setahun merintis bisnis tersebut, ia memiliki keinginan untuk mengembangkan bisnis di bidang yang sama dengan merek sendiri serta formula produk yang diracik sendiri pula.
Jemmy merasa optimis bisnisnya akan berkembang karena melihat minat kaum pria muda yang makin menggemari pomade untuk menunjang penampilan sehari-hari, dari kuliah hingga bekerja.
Niat mengembangkan bisnis hair styling melalui pomade mulai dijalankan Jemmy pada pertengahan tahun 2016.
Baca juga: Pomade Playmaker, Kolaborasi Lanjutan Kerjasama Juragan99 dan Roadparty
Karena ingin langsung melakukan produksi dalam skala besar, ia melakukan serangkaian survei ke pabrik serta mencari tahu bagaimana cara mengajukan izin BPOM sekaligus.
Namun, ia dihadapkan pada satu kenyataan jika proses tersebut memerlukan jumlah produksi minimum yang tidak sedikit dan modal yang cukup besar.