Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Di Rumah Saja karena Pandemi, Anak Bisa Alami Gangguan Kesehatan Mental, Ketahui Gejalanya

Anak bisa saja mengalami masalah gangguan mental tatkala harus beraktivitas di rumah saja, seiring lonjakan pandemi.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Di Rumah Saja karena Pandemi, Anak Bisa Alami Gangguan Kesehatan Mental, Ketahui Gejalanya
Shutterstock
Ilustrasi anak bermain 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fauzi Alamsyah

TRIBUNENWS.COM, JAKARTA - Anak bisa saja mengalami masalah gangguan mental tatkala harus beraktivitas di rumah saja, seiring lonjakan pandemi.

Dokter Reisa Broto Asmoro memaparkan gejala-gejala gangguan kesehatan mental pada anak.

Bahkan anak-anak sering merasa bosan hingga stres akan aktivitasnya yang terganggu.

Beberapa gejala dapat dilihat seperti kurang semangat dalam beraktivitas hingga mengurung diri atau takut.

"Jadi anak itu biasanya kelihatan mengalami gangguan kesehatan dari prilakunya, dia engga semangat, merasa tak menarik buat dia dan mudah marah serta menunjukan sifat yang agresif atau hiperaktif, mengurung diri atau takut," kata Reisa, saat acara virtual Mothercare bertajuk Parentversary, Senin (19/7/2021).

Baca juga: Di Rumah Saja, Reisa Broto Asmoro Ajak Anak-anaknya Kerjakan Tugas Rumah, Mengepel hingga Jemur Baju

BERITA TERKAIT

Apabila melihat satu antara gejala yang terjadi, para orangtua harus segera mengantisipasi atau bahkan bisa berkonsultasi kepada yang lebih profesional.

Seiring bertambahnya usia anak, ada saja tingkah laku yang bisa menguji kesabaran, terkadang wajar bila satu atau dua tingkah bisa membuat emosi orang tua jadi terpancing, apalagi jika sang buah hati tidak bisa dinasihati dengan baik. Akan tetapi, perlu diingat bahwa memarahi, meneriaki, atau mungkin mengumpat anak bukanlah solusi yang tepat. Alih-alih ingin memahami maksud nasihat ibunya, anak malah bisa mengalami trauma psikis yang dapat mengganggu perkembangan mental dan kecerdasannya seperti, perkembangan otak anak terganggu, anak menjadi penakut dan tidak percaya diri, Menjadi sosok pemarah di kemudian hari dan anak mengalami depresi dan gangguan mental. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka)
Seiring bertambahnya usia anak, ada saja tingkah laku yang bisa menguji kesabaran, terkadang wajar bila satu atau dua tingkah bisa membuat emosi orang tua jadi terpancing, apalagi jika sang buah hati tidak bisa dinasihati dengan baik. Akan tetapi, perlu diingat bahwa memarahi, meneriaki, atau mungkin mengumpat anak bukanlah solusi yang tepat. Alih-alih ingin memahami maksud nasihat ibunya, anak malah bisa mengalami trauma psikis yang dapat mengganggu perkembangan mental dan kecerdasannya seperti, perkembangan otak anak terganggu, anak menjadi penakut dan tidak percaya diri, Menjadi sosok pemarah di kemudian hari dan anak mengalami depresi dan gangguan mental. (Tribun Jateng/Hermawan Handaka) (TRIBUN JATENG/TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA)

"Dengan adanya gangguan prilaku seprrti tadi harus mengantisipasi, dan melakukan konsultasi kepada profesional," tuturnya.

"Boleh ke psikolog anak atau dokter anak tumbuh kembang," imbuhnya.

Baca juga: Trik Jaga Kesehatan Mental Anak Selama Pandemi Covid-19, Biarkan Anak Bersosialisasi Lewat Gawai

Baca juga: Dokter Reisa: Sebenarnya Tidak Disarankan Untuk Masker Dobel Pada Anak

Mantan jubir Satgas Covid-19 ini juga memberikan solusi kepada orangtua agar selalu menjaga kesehatan mental anak untuk tetap bisa beradaptasi di masa pandemi, seperti membuat jadwal untuk melakukan aktivitas hingga membangun kepercayaan diri sang anak.

Buatlah anak merasa nyaman di masa pandemi Covid-19 dengan membuat jadwal untuk anak.

Dengan berubahnya rutinitas selama pandemi, itu adalah salah satu penyebab terjadinya gangguan kesehatan mental.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 dr Reisa Brotoasmoro.jpg
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 dr Reisa Brotoasmoro.jpg (Tangkap layar channel YouTube Sekretariat Presiden)

"Karena anak terbiasa dengan rutinitas, apa yang berubah di mssa pandemi ini dengan rutinitas dia seperti tidak ke sekolah inilah yang membuat mereka stres," kata dokter Reisa Broto Asmoro, Senin (19/7/2021).

"Jadi buat jadwal yang membuat mereka nyaman sebelum adanya pandrmi, agar anak tidak kehilangan arah dan mempermudah memanfaatkan waktu main," imbuhnya.

Biarkan anak untuk bermain, karena bermain sesungguhnya tempat mereka belajar dan terhibur serta dapat mengembakan potensi diri, Reisa menyarankan untuk para orangtua tetep memberikan waktu bermain pada anak.

Sejumlah anak bermain mallanca (adu betis) di Dusun Cindakko, Desa Bonto Somba, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (10/6/2021). Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Bugis, Makassar, dan Toraja, Sulawesi Selatan. Dalam bahasa setempat tradisi adu betis ini disebut mallanca. Tradisi ini juga sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur mereka yang telah menjaga kerajaan Gowa. Oleh karena itu adu betis pada dasarnya sebuah bentuk kearifan lokal untuk menjaga tradisi leluhur yang memiliki nilai solidaritas, patriotisme, dan kebersamaan dengan masyarakat adat setempat. Tribun Timur/Sanovra Jr
Sejumlah anak bermain mallanca (adu betis) di Dusun Cindakko, Desa Bonto Somba, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (10/6/2021). Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Bugis, Makassar, dan Toraja, Sulawesi Selatan. Dalam bahasa setempat tradisi adu betis ini disebut mallanca. Tradisi ini juga sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur mereka yang telah menjaga kerajaan Gowa. Oleh karena itu adu betis pada dasarnya sebuah bentuk kearifan lokal untuk menjaga tradisi leluhur yang memiliki nilai solidaritas, patriotisme, dan kebersamaan dengan masyarakat adat setempat. Tribun Timur/Sanovra Jr (Tribun Timur/Sanovra Jr)

Sebab, bersosialisasi sejak dini sangat penting bagi anak meskipun melalui gawai karena dapat mengambangkan potensi diri.

"Karena main itu bisa mengambangkan diri anak dri kreativitas, problem self, gimana caranya mengendalikan diri dan bisa membantu menstimulasi mental," katanya.

"Saran saya gapapa anak bersosialisasi dengan kawannya melalui gawainya. Karena tetap anak-anak harus bersosialisasi," imbuhnya.

Bangun kepercayaan diri anak di masa pandemi seperti ini menjadi upaya penting untuk para orangtua maupun anak guna mencegah terjadinya gangguan kesehatan mental.

Kepada sang anak, para orangtua sebaiknya selalu memberikan pujian saat melakukan hal apapun yang membuatnya bahagia dan nyaman.

"Harus optimis membangun ini (kepercayaan diri) bersama-sama dan tetap biarkan anak memiliki kepercayaan diri disituasi yg tidak ideal.

Berikan pujian dari apa yang dilakukan," ungkap mantan jubir Gugus Tugas Covid-19.

Begitu pun saat anak melakukan kesalahan, orangtua sebaiknya menasihati dengan memberikan penjelasan soal apa yang salah dari kelakuannya bukan menyalahi diri sang anak.

"Kalau anak melakukan kesalahan dimasa pandemi berikan penjelasan soal apa yang ia lakukan salah bukan mengkritik ke anaknya," tutupnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas