Shenina Cinnamon dan Chicco Kurniawan Jadi Pemeran Utama “Penyalin Cahaya” Karya Wregas Bhanuteja
Sebelumnya, Shenina yang masih berusia 22 tahun ini telah berakting dalam sejumlah film panjang.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Shenina Cinnamon dan Chicco Kurniawan didampuk untuk memerankan karakter utama film Penyalin Cahaya karya sutradara Wregas Bhanuteja (pemenang film pendek terbaik di Semaine de la Critique-Cannes Film Festival 2016 dan dua kali Piala Citra FFI 2016 dan 2019 untuk film pendek terbaik). Dengan keterlibatan mereka dalam film Penyalin Cahaya, maka inilah kali pertama bagi Shenina maupun Chicco menjadi pemeran utama dalam produksi film panjang sepanjang karier mereka.
Sebelumnya, Shenina yang masih berusia 22 tahun ini telah berakting dalam sejumlah film panjang, antara lain Rompis (2018), Ratu Ilmu Hitam (2019), Di Bawah Umur (2020), dan Geez & Ann (2021); hingga serial web, seperti Star Stealer (2020) dan I Love You Silly (2021). Sementara Chicco juga beberapa kali bermain dalam film panjang, seperti Stip & Pensil (2017), Dear Nathan (2017), Posesif (2017), dan Danur 3: Sunyayuri (2017). Pria kelahiran 27 tahun lalu ini juga berakting dalam serial web, antara lain Pretty Little Liars (2019) dan Detektif Soleh (2021).
Dalam film Penyalin Cahaya yang diproduksi Rekata Studio yang berkolaborasi dengan Kaninga Pictures ini, Shenina berperan sebagai Sur, seorang mahasiswi peraih beasiswa. Sementara Chicco memerankan karakter Amin, pekerja di kios fotokopi kampus yang juga teman masa kecil Sur.
Mengenai keterlibatan dalam film panjang pertama Wregas Bhanuteja ini, Shenina mengaku senang dan bangga. "Saya sebelumnya juga sudah pernah menonton film-film pendek Wregas, dan semuanya luar biasa bagus. Akhirnya saya bisa merasakan langsung bekerja sama dan diarahkan Wregas. Sebagai sutradara, Wregas paling mengerti dan paham betul apa yang dia mau, tujuan dia, dan apa yang dia lakukan. Saat dia menjelaskan dan memberi masukan, saya merasa bahwa kami sedang bertukar pikiran dan berdiskusi. Semua yang dia sampaikan selalu jelas dan mudah dimengerti. Wregas itu sutradara muda yang cerdas dan juga kolaboratif," jelas Shenina.
Perasaan yang sama juga dialami Chicco saat pembuatan film Penyalin Cahaya mulai dari persiapan hingga shooting. "Tidak semua sutradara mau membangun kepercayaan kepada pemain. Rasa percaya, kejelasan terhadap skrip dan karakter sudah terbangun sejak sebelum shooting. Sejak persiapan, saya dikasih banyak ruang dan waktu untuk eksplor karakter Amin. Tetapi, saya juga diberikan guide. Jadi rasanya pas, tidak dilepas, tapi juga tidak dikekang dan tidak didikte. Itu yang penting buat saya sebagai pemain. Hal ini jarang saya dapatkan. Jadi saya respek pada Wregas dan apa yang dia lakukan untuk pemain," kata Chicco.
Sebelum akhirnya membuat Penyalin Cahaya yang merupakan film panjang pertamanya, Wregas Bhanuteja sendiri sudah melahirkan film-film pendek yang mencuri perhatian publik dan berhasil masuk festival film internasional. Antara lain, Lemantun (pemenang Film Pendek Terbaik di XXI Short Film Festival 2015), Lembusura (berkompetisi di Berlin International Film Festival 2015), Prenjak (pemenang Film Pendek Terbaik di Semaine de la Critique-Cannes Film Festival 2016 dan Piala Citra FFI 2016), serta Tak Ada yang Gila di Kota Ini (pemenang Piala Citra FFI 2019 dan berkompetisi di Sundance Film Festival 2020).
Dalam film Penyalin Cahaya, Wregas memiliki proses tersendiri untuk menentukan aktor yang akan memerankan karakter Sur maupun Amin. Wregas mengaku pertama kali dikenalkan kepada Shenina Cinnamon oleh Hannah Al Rashid yang pernah bekerja dengannya dalam film Ratu Ilmu Hitam.
"Kami lalu bertemu, dan saya mengobrol banyak dengan Shenina dan mendengar kisah hidupnya. Saya melihat besarnya energi Shenina. Sejak ia bersekolah, ia memiliki kekuatan untuk melawan hal-hal yang menurutnya tidak adil dan melanggar kemanusiaan. Karakter inilah yang saya butuhkan untuk karakter Sur. Selain kemauan bekerja keras, berlatih, dan meluangkan waktu untuk mendalami peran Sur, satu hal penting juga kenapa saya memilih Shenina adalah karena ia memiliki visi yang sama dengan cerita ini, yakni soal keberpihakannya selalu pada penyintas kekerasan seksual dan melawan ketidakadilan yang terjadi dalam topik ini," papar Wregas.
Adapun alasan pemilihan Chicco sebagai Amin, Wregas tertarik untuk mengenalnya lebih lanjut adalah karena Chicco masih aktif mengikuti teater dan tergabung dalam kelompok teater Tetas. Wregas sendiri pertama kali melihat akting Chicco Kurniawan dalam film Posesif karya Edwin.
"Saya menemukan satu semangat dari dirinya untuk mendedikasikan hidupnya pada seni peran. Yang utama bagi saya adalah dia memiliki waktu yang besar untuk seni peran. Hal ini membuat saya dapat mengarungi perjalanan pencarian karakter bersama Chicco, dan berlatih untuk menemukan esensi karakter, tanpa saya khawatir akan agenda lain yang harus ia jalani. Hal yang membuat saya merasa ia cocok menjadi Amin adalah kisah hidup Chicco. Sejak kecil, ia sudah hidup dalam kondisi untuk selalu bekerja. Demikianlah karakter Amin si tukang fotokopi yang mengisi hidupnya dengan selalu bekerja, dan meletakkan kesenangan masa muda sebagai nomor kesekian," ungkap Wregas.
Film Penyalin Cahaya berkisah tentang Sur yang harus kehilangan beasiswanya, karena dianggap mencemarkan nama baik fakultas usai swafotonya dalam keadaan mabuk beredar. Sur tidak mengingat apa pun yang terjadi pada dirinya saat menghadiri pesta kemenangan komunitas teater di kampusnya. Dalam pesta tersebut, Sur tidak sadarkan diri. Ia lantas meminta bantuan Amin, teman masa kecilnya yang juga tukang fotokopi yang tinggal dan bekerja di kampus, untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya di malam pesta.
"Film Penyalin Cahaya ini menyajikan cerita yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Saya merasa film ini akan bisa menjadi salah satu cara untuk bersuara tentang topik kekerasan seksual. Peran Sur sendiri menjadi sebuah tanggung jawab buat saya agar nilai-nilai yang coba disuarakan lewat kisah Penyalin Cahaya bisa sampai ke penonton dan masyarakat. Bukan hanya karakter Sur, setiap karakter di film Penyalin Cahaya ini juga sangat kuat dan memiliki problemnya sendiri. Jadi saya sangat berterima kasih kepada Wregas yang telah mengangkat cerita tentang pelecehan seksual," kata Shenina.
Chicco pun menambahkan, "Film Penyalin Cahaya ini penting buat saya karena ceritanya menyuarakan banyak hal dan keresahan saya, khususnya topik tentang kekerasan seksual ini. Cerita Penyalin Cahaya juga membuat saya berkaca dan bertanya pada diri sendiri tentang apakah saya terlalu ignorant selama ini; apakah saya terlalu sibuk dengan diri saya sendiri dan terlalu mempercayai kebenaran yang saya anggap benar. Film ini memberikan saya banyak tanggung jawab, namun juga saya juga merasa berbahagia dengan perjalanan menjadi sebagai Amin."
Dalam membuat film Penyalin Cahaya ini, Rekata Studio yang diproduseri oleh Adi Ekatama dan Ajish Dibyo berkolaborasi dengan produser Willawati bersama Kaninga Pictures. Kaninga Pictures sendiri adalah sebuah rumah produksi yang pernah memproduksi film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017).
Produksi film Penyalin Cahaya diperkuat oleh jajaran para aktor-aktris muda maupun senior, serta kru-kru film yang sudah berpengalaman dalam industri film Indonesia. Di tengah kelesuan produksi film Indonesia akibat kondisi pandemi, Rekata Studio dan Kaninga Pictures tetap terus berkarya dengan melakukan proses pengambilan gambar (shooting) film Penyalin Cahaya yang menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Dalam waktu dekat, film Penyalin Cahaya juga akan mengumumkan jajaran pemain lainnya dan sejumlah informasi menarik. Informasi terbaru mengenai film Penyalin Cahaya juga dapat diakses melalui akun media sosial di Instagram dan Twitter.