Di samping memerhatikan perkembangan sesuai usia anak, Mesty menyarankan para orangtua untuk melihat minat anak terhadap sesuatu.

"Misalnya, anak lagi suka main mobil-mobilan, boneka atau rumah-rumahan, jangan paksa anak untuk bermain yang lain," ucapnya.

"Kita bisa bantu anak dengan membikin gedung atau tempat untuk parkiran mobilnya. Intinya, lihat anak antusiasnya dengan apa, dan itulah yang kita kembangkan," tambahnya.

Untuk diketahui juga, bukan hanya ibu yang berperan menemani sang buah hati bermain.

Dalam hal ini, peran ayah juga dibutuhkan dalam pengembangan aspek intelegensi, sosial, dan emosional anak.

"Ada studi yang menyebutkan sekitar 47 persen ayah tidak terlibat ketika anak bermain. Padahal peran ayah juga penting," kata Mesty.

"Ketika anak merasa ayah berperan serta dalam menemani ia bermain, maka perkembangan regulasi emosi anak akan terbangun," ucapnya lagi.

Untuk ayah, dapat mengajak anak bermain apa saja, sebisa mungkin permainannya bervariasi.

Contohnya, hari ini melakukan aktivitas fisik, besoknya bisa bermain puzzle bareng.

Mengenai ini, Mesty berpesan kepada seluruh orangtua, "sesibuk-sibuknya orangtua, luangkan waktu untuk setidaknya bermain dengan anak minimal 30 menit per hari."

"Jadi kalau anaknya ada tiga, ya tiga kali 30 menit," tambahnya.

Terakhir, ia berpesan. Kesempatan bermain dengan anak yang masih balita tidak dapat dilakukan lagi di masa medatang.

Selain itu, faktor orangtua terhadap tumbuh kembang anak juga sangat mempengaruhi di masa mendatang.

Maka itu, jangan sampai orangtua menyesali dengan melewatkan momen bermain bersama sang buah hati.

"Jangan sampai kita melewatkan momen perkembangan anak yang tidak bakal bisa diulangi kembali," pungkasnya.