Novel Salt to the Sea, Kisah Tragis Tenggelamnya Kapal Mewah Usai 33 Tahun Titanic Terkubur
Tak banyak yang tahu bahwa tiga puluh tiga tahun setelah Titanic terkubur di samudera, ada satu kapal mewah lain yang mengalami kejadian lebih tragis.
Editor: Anita K Wardhani
Tapi, meskipun pembaca harus bergantian menatap dunia yang tersaji lewat mata yang berbeda, Sepetys menggunakan diksi yang lugas dan sederhana, hingga kita bisa dengan mudah diajak meresapi jalan ceritanya.
Sepetys juga mampu menggambarkan kengerian perang yang harus dihadapi para tokoh remajanya, menceritakan betapa besarnya keinginan mereka untuk menyelamatkan diri dan betapa mereka dipaksa keadaan untuk bisa bersikap dewasa.
Lewat bermacam peristiwa menegangkan demi bisa bertahan hidup, dan setelah bersaing dengan ribuan pengungsi lain, keempat tokoh tersebut bersua di Wilhelm Gustloff. Tanpa tahu bahwa kapal itu mungkin akan menjadi tempat mereka meregang nyawa.
Butuh tiga kali tembakan torpedo dari kapal selam Rusia untuk membuat Wilhelm Gustloff tenggelam.
Sekitar 10.000 penumpang—setengahnya anak-anak—menjadi korban keganasan perang di Laut Baltik. Karena itulah peristiwa ini disebut sebagai bencana paling mematikan dalam sejarah maritim.
Riset yang dilakukan Sepetys untuk menulis Salt to the Sea tidaklah main-main.
Butuh waktu bertahun-tahun baginya melakukan perjalanan ke setelah lusin negara berbeda untuk bisa menyelesaikan naskah itu.
Usahanya tidak sia-sia, Salt to the Sea telah diterbitkan di enam puluh negara dan diterjemahkan ke dalam empat puluh bahasa. Novel tersebut juga menerima banyak penghargaan literasi seperti Carnegie Medal, Golden Kite Award, dan Audie Award.
Pada Agustus 2021, Majalah Time juga memasukkan Salt to the Sea sebagai salah satu dari 100 novel young adult terbaik sepanjang masa.
Yuk cari bukunya di gramedia.com
(Tim Redaksi Novel Elex Media)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.