Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Penerapan Mindful Parenting Efektif Ubah Kebiasaan Makan Anak yang Salah

Mindful parenting yaitu pola asuh orangtua dengan kesadaran penuh dalam memberi perhatian dan tak memberi penilaian negatif terhadap pengalaman anak.

Editor: Willem Jonata
zoom-in Penerapan Mindful Parenting Efektif Ubah Kebiasaan Makan Anak yang Salah
THINKSTOCK.COM
Ilustrasi. 

TRIBUNEWS.COM - Keberhasilan parenting tidak hanya akan menentukan bagaimana masa depan anak kelak, namun juga masa depan bangsa.

Parenting atau pola pengasuhan anak sejak usia dini menjadi poin penting dalam setiap pembahasan tentang tumbuh kembang anak.

Terlebih, dalam beberapa tahun mendatang, Indonesia akan mengalami bonus demografi.

Dalam webinar parenting yang digelar virtual dan digagas Komunitas Menata Keluarga (eMKa) dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), konsep mindful parenting disinggung.

Konsep tersebut dinilai efektif mengajarkan kebiasaan-kebiasaan baik pada anak sejak dini.

Melly Amaya Kiong, Founder Komunitas Menata Keluarga menjelaskan konsep Mindful Parenting fokus pada kesadaran orang tua dalam mengasuh anak.

Mindful parenting yaitu pola asuh orangtua dengan kesadaran penuh dalam memberikan perhatian dan tidak memberikan penilaian negatif terhadap pengalaman anak.

Baca juga: Semangat Influencer Parenting Uung Victoria Finky Kampanyekan ASI Eksklusif Didukung Para Artis

Baca juga: Punya 3 Anak, Inilah Gaya Parenting Kimbab Family yang Selalu Kompak

Berita Rekomendasi

"Parenting dalam metode ini juga untuk menghindarkan orangtua dari stres yang diakibatkan pengasuhan (parenting stres), mampu menghargai pendapat dan tindakan anak, mampu melaksanakan peran sebagai orangtua, dan menjalin hubungan yang harmonis antara orangtua dan anak,” jelas Melly.

Metode Mindful Parenting ini juga efektif diterapkan untuk membiasakan anak dalam mengkonsumsi makanan dan minuman sehat.

“Contohnya saat anak minta es krim, ibu bisa tegaskan ‘mama kasih es krim karena kamu tidak batuk’, atau ‘karena kamu sedang batuk, mama tidak kasih es krim kali ini’, ini bisa diulang-ulang sehingga akhirnya anak paham dengan sendirinya. Cara-cara tidak menghakimi ini yang perlu orang tua terapkan untuk banyak aspek,” papar Melly.

dr Ali Alhadar, Sp.A(K), Anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan pemantauan tumbuh kembang anak harus dilakukan dengan baik dan benar, dengan memperhatikan pemberian ASI dan MPASI nya.

Orang tua sebaiknya tidak memberikan peluang terhadap makanan dan minuman yang tinggi kandungan gula garam lemak (GGL), seperti susu kental manis.

Baca juga: Ingin Prestasi Anak Gemilang? Rawatlah Cinta Ayah dan Bunda, Ini Trik Ala Ahli Parenting

"Harusnya ini peran pemerintah membuat kampanye untuk tidak memberikan susu kental manis pada anak karena angka kandungan gizinya sangat jauh dari kebutuhan protein anak, sementara proteinnya sangat sedikit dalam susu kental manis ini, nanti nggak cukup. Kalau anak minum susu kental manis, nanti rasa kenyang yang timbul, dan anak jadi susah makan. Intinya susu kental manis tidak lagi diberikan untuk rutinitas anak. Mengenai ini, masyarakat dapat mencari informasi yang terpercaya dari webiste IDAI,” tegas Ali Alhadar.

Aktivis perempuan Rahayu Saraswati yang hadir dalam kesempatan itu turut membagikan pengalamannya mengenai parenting dan kebiasaan mengkonsumsi susu anak-anaknya.

“Memang sebaiknya agar masyarakat sehat, susu kental manis tidak lagi diberikan untuk anak-anak kita,” jelas politisi perempuan ini.

Dikatakan Sara, parenting bukan hanya menjadi tanggung jawab ibu, tapi juga tanggung jawab ayah.

"Jadi kalau kita bicara bonus demografi, dan juga permasalahan stunting yang masih di angka 30%, ini fokusnya bukan di anak, tapi di ibu. Bagaimana orang tua menyayangi anak."

"Sebelum menyayangi anak, kita sebagai orang tua harus menyayangi diri kita sendiri, bagaimana asupan gizi kita sebagai ibu cukup sehingga ASI yang diberikan kepada anak juga bagus."

"Bagaimana suami memperlakukan istri dengan baik sehingga ibu mendapat dukungan secara psikis, ibu terhindar dari stress, sehingga turut menjadikan proses memberikan ASI menjadi lancar, anak tumbuh dengan baik,” jelas ibu yang sedang menanti kelahiran buah hatinya yang ketiga ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas