Selera Makan Lansia Umumnya Menurun, Adakah Solusinya? Ini Kata Dokter
Selera makan pada lansia umumnya cenderung menurun, terlebih saat diopname di rumah sakit. Hal itu menghambat proses pemulihan.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Selera makan pada lansia umumnya cenderung menurun, terlebih saat diopname di rumah sakit.
Saat lansia diopname, proses pemulihan menjadi semakin lama jika asupan nutrisinya sedikit.
Selera makan lansia serta orang-orang yang baru sembuh cenderung rendah karena berbagai faktor fisiologis dan psikologis.
Namun, kondisi tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan meningkatkan reseptor rasa yang dimiliki melalui pengaturan rasa dasar (manis, asam, pahit, asin, dan umami).
Baca juga: Baru 36 Persen Lansia Disuntik Vaksin Covid-19 Dosis Pertama, Pemerintah Ungkap Kendalanya
Baca juga: Mudahkan Lansia, Kartu Vaksin Jemaah Umrah Bakal Dicetak untuk Scan Barcode
Demikian disampaikan Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, sebagai pakar gizi, sekaligus Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association saat Webinar Event: "Peran Penting Umami Dalam Meningkatkan Asupan Gizi & Kesehatan Lansia belum lama ini.
Menurut dia, penggunaan MSG sebagai salah satu sumber rasa umami pada makanan di rumah sakit bisa menjadi solusi.
Khususnya, untuk mempercepat proses recovery pasien lansia yang diopname.
"Sudah banyak penelitian yang membuktikan hal tersebut, salah satunya dilakukan oleh Shigeru Yamamoto dkk, pada tahun 2009, dalam penelitian tersebut, terbukti bahwa pemberian MSG pada makanan yang dikonsumsi lansia membuat mereka lebih banyak memproduksi saliva, itu penting untuk mambantu proses mengunyah dan menelan pada lansia," terangnya.
Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa penambahan MSG pada makanan yang dikonsumsi lansia, membuat nafsu makan meningkat.
Salah satu faktor utama penyebab malnutrisi pada lansia adalah turunnya nafsu makan dan juga masalah mengunyah serta menelan. Sehingga, peran MSG ini ternyata sangat baik.
Baca juga: Kemenkes: Pemberian Vaksin Booster untuk Lansia Direncanakan Tahun 2022
Rita mengatakan, banyak juga di antara masyarakat yang salah persepsi juga karena mengetahui bahwa MSG sebagai salah satu sumber rasa umami pada makanan daapt meningkatkan selera makan sehingga menjadi khawatir konsumsi makanan tidak terkontrol.
“Kendati demikian, masih ada juga masyarakat yang salah kaprah.
Rasa umami pada berbagai pangan memang meningkatkan selera makan, namun bukan berarti menjadi tidak terkontrol seperti ingin makan terus. Justru bumbu umami bisa memberi rasa kenyang saat akan dan setelah makan. Sudah ada jurnal ilmiah yang menjelaskan tentang penelitian ini,” ucap Rita.
Katarina Larasati, Public Relations Manager PT Ajinomoto Indonesia mengatakan, webinar diadakan untuk mengedukasi para peserta tentang informasi gizi dengan fakta ilmiah serta berkontribusi dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat.
“Acara webinar kali ini diperuntukkan bagi ahli gizi, ahli diet, & mahasiswa/i gizi, karena kami merasa perlu menyebarkan fakta yang benar dan informatif tentang bumbu umami yang akan mendukung masyarakat Indonesia tetap sehat saat situasi pandemi Covid-19," katanya.