Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Maudy Ayunda, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu Terpilih sebagai Women of The Year 2021

Dua belas wanita di antaranya Maudy Ayunda dan Marissa Anita Terpilih sebagai Women of The Year 2021.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Maudy Ayunda, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu Terpilih sebagai Women of The Year 2021
Instagram/maudyayunda
Potret Maudy Ayunda.Maudy Ayunda, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu Terpilih sebagai Women of The Year 2021 

Sosok Tiza Mafira dikenal sebagai aktivis lingkungan yang berperan penting dalam pembatasan penggunaan plastik.

Dengan latar belakang ilmu hukum dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan Harvard Law School, perempuan berusia 37 tahun ini bekerja sebagai ahli hukum dan kebijakan lingkungan dengan spesialisasi di bidang perubahan iklim dan pengelolaan sampah.

Bukan hanya sekadar ucapan, Tiza mewujudkan rasa cinta lingkungannya sebagai profesi yang ia jalani, yaitu sebagai Direktur Eksekutif Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP). Kepeduliannya terhadap lingkungan terlihat dari upaya yang Tiza lakukan untuk mendorong pelarangan penggunaan kantong plastik di lebih dari 50 kota di Indonesia.

Wulan Guritno bersama keempat sahabatnya AdrianaTaurisia,Manda Soekasah, Janna Soekasah dan Jovita Noorwanti saat memotong tumpeng peresmian outlet franchisee Poetre wax and spa yang ke 11 di Tanjung Duren Raya Kav 5-9 Jakarta Barat, Jumat (15/06/2012).  Poetre wax and spa merupakan suatu tempat yang menyediakan segala perawatan kecantikan bagi para wanita indonesia. (Tribun Jakarta/Jeprima)
Wulan Guritno bersama keempat sahabatnya AdrianaTaurisia,Manda Soekasah, Janna Soekasah dan Jovita Noorwanti saat memotong tumpeng peresmian outlet franchisee Poetre wax and spa yang ke 11 di Tanjung Duren Raya Kav 5-9 Jakarta Barat, Jumat (15/06/2012). Poetre wax and spa merupakan suatu tempat yang menyediakan segala perawatan kecantikan bagi para wanita indonesia. (Tribun Jakarta/Jeprima) (Tribun Jakarta/JEPRIMA)

Sosok berikutnya adalah Janna Soekasah Joesoef dan Amanda Gratiana Soekasah mendirikan produk gelang dan disumbangkan seluruh hasil penjualan pada komunitas kanker. Kenapa kanker?

“Waktu itu, penyakit kanker sangat dekat dengan kami. Kebetulan nenek kami adalah seorang penyintas.

Bahkan kami cukup sering mendengar kabar ada teman atau keluarga dekat yang terkena kanker. Mulai dari usia tua hingga anak-anak. Akhirnya kami memutuskan untuk fokus menyebarkan awareness terhadap penyakit kanker dan bentuk solidaritas bagi para penderita kanker,” jelas Janna.

Gerakan yang kala itu bernama “I am Hope” ini pun akhirnya viral di media sosial. Bahkan berhasil membuat toko offline di Plaza Indonesia.

Berita Rekomendasi

Kini, harapan itu telah bertransformasi menjadi sebuah gerakan besar yang menyentuh hati lebih banyak orang. Amanda & Janna bersama Wulan Guritno mendirikan Yayasan Dunia Kasih Harapan yang bukan hanya fokus pada kanker, tapi juga menjadi gerakan positif untuk membantu di segala bidang sosial. Tak hanya sekadar menjual produk, namun Amanda & Janna juga mencoba teknik care entertainment dalam mendapatkan donasi.

Selanjutnya ada Shinta Nurfauzia, seorang perempuan yang pernah mengalami fase quarter life crisis untuk menemukan tujuan hidupnya.

Walaupun memiliki latar belakang di bidang hukum, bahkan pernah bekerja di sektor hukum, Shinta memutuskan untuk fokus menjadi seorang pebisnis.

Sebuah keputusan yang tidak semua orang berani ambil. Sejak kecil, Shinta sudah memiliki ketertarikan dengan dunia bisnis. Ia telah mencoba untuk berjualan setelah melihat kegiatan bisnis yang dilakukan oleh lingkungan keluarganya.

Selain itu, CEO Lemonilo ini juga ingin memiliki dampak besar bagi masyarakat. Dia merasa bahwa manfaat sosial yang diberikan kepada masyarakat terasa lebih besar ketika menjadi pebisnis.

“Kita harus mendedikasikan diri kita kepada lingkungan sekitar, kepada masyarakat,” ujar Shinta.

Selanjutnya ada Marissa Anita yang dikenal dengan segudang prestasi. Mengawali karier sebagai jurnalis di Metro TV, NET, Al-Jazeera, dan ABC Australia.

Marissa juga sangat menyukai akting hingga ia mengambil peran di beberapa film dan berhasil meraih penghargaan. Marissa juga menjadi seorang pemain teater sejak tahun 2005 dan bergabung dengan komunitas teater The Jakarta Players.

Menjadi seorang jurnalis, presenter, sekaligus aktris pun tak membuat Marissa berhenti belajar. Ia mulai mendalami tentang Media Practice di University of Sydney pada 2006 dan melanjutkan jurusan Digital Media & Society di Loughborough University, Inggris pada 2016. Marissa pun mengakui bahwa di usia 20, ia punya banyak ambisi dan ingin terus mencoba hal- hal baru.

Berikutnya ada Carys Mihardja, dalam usia begitu muda, 16 tahun, ia tersentuh melihat anak-anak dengan down syndrome yang selalu memperlihatkan wajah gembira dan tulus.

Kala itu, Carys yang baru saja memasuki masa remaja, datang ke pawai yang diadakan oleh POTADS (Persatuan Orang Tua Anak Dengan Down Syndrome) dalam rangka memeringati Hari Down Syndrome Dunia.

Carys Care dibentuk pada 2018 sebagai platform yang bertujuan menggalang awareness terhadap para penyandang down syndrome.

“Mereka punya bakat terpendam, walaupun kemampuan yang dimiliki tidak sama dengan kita. Lebih tepat jika kita menyebut mereka itu memiliki different ability bukan disability,” ungkap siswa Sekolah Pelita Harapan Lippo Village ini.

Carys menemukan tak sedikit dari teman down syndrome yang memiliki talenta, seperti menari atau melukis. Beberapa hasil lukisan mereka diproduksi oleh rekanan Carys Care menjadi sebuah tas, t-shirt, tumbler, scarf, pouch dan lain-lain.

Merchandise ini dijual dan seluruh keuntungannya digunakan untuk
memberi dukungan finansial pada keluarga dengan anak down syndrome bekerjasama dengan POTADS.

YouTuber Arief Muhammad memberikan masing-masing satu cabang Bakso Aci Akang untuk Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
YouTuber Arief Muhammad memberikan masing-masing satu cabang Bakso Aci Akang untuk Greysia Polii/Apriyani Rahayu. (Instagram @ariefmuhammad)

Selanjutnya, Greysia Polii dan Apriyani membuktikan bahwa usaha dan kerja keras yang mereka lakukan berhasil membawa pulang medali emas bagi Indonesia dalam kancah Olimpiade Tokyo 2021. Tidak tanggung-tanggung, kedua pemain ganda putri ini bahkan telah fokus untuk menjadi atlet badminton sejak kecil.

Greysia Polii telah mengenal olahraga, terutama bulu tangkis sejak usia 5 tahun. Menjadi juara dalam kompetisi sekelas Olimpiade Tokyo 2021 jelas jadi sebuah kebanggaan yang luar biasa.

Apriyani mengakui bahwa berhasil membawa pulang medali emas Olimpiade merupakan impiannya sejak belia. Sementara bagi Greysia, medali emas tersebut menjadi bukti dari berbagai proses yang telah ia alami.

Tak hanya sekadar latihan, namun peristiwa kekalahan bahkan pernah mengalami diskualifikasi pada London 2012 Olympic, menjadi proses yang pernah dihadapi selama menjadi seorang atlet bulu tangkis.

Woman Of The Year akan terus mengamati gerak dinamis wanita Indonesia, yang berdampak besar bagi sekitarnya. Harapannya, acara ini bisa menjadi penyemangat wanita Indonesia untuk terus saling mendukung dan membangun negeri ini.

WOTY yang diadakan dari tahun ke tahun ini menjadi sebuah komunitas perempuan inspiratif yang dapat memberdayakan sesama, memperbaiki lingkungan dan menginspirasi lebih banyak lagi perempuan di seluruh Indonesia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas