Isu Gender Jadi Hambatan Perempuan Gapai Impian, Kampanye Tak Berhenti Berkialu Digaungkan
Di zaman modern ini, perempuan dihadapkan pada masih kuatnya isu gender yang digaungkan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
![Isu Gender Jadi Hambatan Perempuan Gapai Impian, Kampanye Tak Berhenti Berkialu Digaungkan](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ilustrasi-perempuan-senyum_20160711_203044.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kaum perempuan muda Indonesia saat ini masih terus menghadapi begitu banyak tantangan eksternal yang mempengaruhi langkah mereka dalam upaya mengembangkan diri.
Di zaman modern ini, perempuan dihadapkan pada masih kuatnya isu gender yang digaungkan.
Hal ini tentu saja mendorong sebagian besar perempuan merasakan hambatan untuk bisa menjadi 'seseorang yang berdaya'.
Lalu bagaimana isu ini jika dilihat dari kaca mata Psikolog?
Baca juga: Modus Bisa Usir Genderuwo, Dukun Gadungan di Sumut Setubuhi 2 Wanita, Aksi Dilakukan Berulang Kali
Baca juga: Satu Forum dengan Vladimir Putin, Dyah Roro Esti Dorong Kesetaraan Gender Jadi Perhatian Dunia
Psikolog Klinis yang peduli terhadap isu gender, Inez Kristanti, M.Psi, mengatakan bahwa keinginan dan motivasi perempuan dalam mengaktualisasikan diri dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
"Salah satunya dari bagaimana peran seorang perempuan disosialisasikan atau ditanamkan oleh orang-orang sekitarnya. Apakah di lingkungan tersebut perempuan diharapkan untuk menjadi seseorang yang berdaya atau tidak," ujar Inez, dalam webinar kampanye Sunsilk bertajuk '#TakTerhentikanTukBerkilau', Senin (22/11/2021).
Mirisnya, kata dia, kaum perempuan saat ini masih 'dipandang sebelah mata' dan dianggap tidak memiliki kemampuan yang sama seperti kaum laki-laki.
Minimnya dukungan inilah yang akhirnya mempengaruhi mental dan semangat mereka dalam upaya mencapai cita-cita yang mereka inginkan.
![Webinar kampanye Sunsilk bertajuk '#TakTerhentikanTukBerkilau', Senin (22/11/2021).](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/sunslik.jpg)
"Berbagai stigma terhadap perempuan pun masih ada di tengah masyarakat, sehingga beberapa perempuan bahkan tidak terpikir untuk memiliki mimpi, apalagi mewujudkannya," jelas Inez.
Menurutnya, kehadiran sosok role model yang memiliki kesamaan latar belakang dan permasalahan, dapat menciptakan motivasi bagi para perempuan ini dalam meraih impiannya.
Selain itu, dalam upaya mengembangkan diri, mereka juga membutuhkan sumber daya dan akses yang luas.
Perlu diketahui, sebanyak 28,64 persen perempuan muda Indonesia tidak bisa bersekolah, bekerja, atau mengikuti pelatihan karena adanya keterbatasan akses.
Melihat hambatan yang dialami perempuan Indonesia dalam mencapai mimpinya, Sunsilk melalui kampanye #TakTerhentikanTukBerkilau menghadirkan sebuah ekosistem untuk perempuan Indonesia agar bisa berkarya serta memaksimalkan potensi yang dimiliki.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.