Menjaga Kesehatan Mental Ibu saat Mengasuh Buah Hati Cegah Kekerasan Pada Anak
Ada banyak faktor psikososial yang mendorong kekerasan pada anak terjadi. Karena itu mejjaga kesehatan mental ibu saat mengasuh buah hati sangat perlu
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh seorang ibu berinisial KU di kabupaten Brebes menyita perhatian publik.
Pelaku melakukan percobaan pembunuhan terhadap tiga anaknya dengan kematian pada orang anak. Diduga sang ibu memiliki gangguan mental.
Kasus di Brebes tersebut merefleksikan kekerasan terhadap anak dapat dilakukan siapapun. Tidak hanya datang dari orang tidak dikenal, tetapi juga keluarga sendiri.
Baca juga: Menteri PPPA Catat 8.276 Kasus Kekerasan Seksual terhadap Perempuan dan Anak Sepanjang 2021
Baca juga: Masalah Kesehatan Mental yang Sering Dialami Single Mom dan Cara Mengatasinya
Psikolog sekaligus dosen Departemen Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR) Dr Ike Herdiana M Psi mengatakan, ada banyak faktor psikososial yang mendorong kekerasan pada anak terjadi.
Faktor-faktor tersebut, lanjut Ike, meliputi adanya tekanan hidup seperti kemiskinan keluarga.
Selain itu peran faktor personal juga tidak dapat dinafikan, seperti gangguan kepribadian, trauma, hingga permasalahan psikologis lainnya. Persoalan ini bisa menghinggapi siapa saja, terutama orang tua.
“Pada dasarnya tidak ada orangtua yang akan menyakiti anaknya dalam keadaan normal,” ujar peneliti spesialisasi perempuan, remaja, dan anak tersebut.
Namun menurutnya, dengan kondisi psikologis yang kurang baik, kesadaran tersebut berpotensi mendorong orangtua untuk melakukan kekerasan pada anak.
Berbeda dengan pandangan umum yang melihat figur laki-laki memiliki tendensi kekerasan yang lebih tinggi, potensi kekerasan sejatinya dapat dieksekusi siapa saja dengan faktor penyebab di atas.
Termasuk, perempuan yang kebanyakan memegang beberapa peran dalam sistem keluarga.
"Seorang perempuan yang multi-tasking, harus berupaya tetap happy supaya sehat mental,” ujar lulusan doktor Ilmu Psikologi UNAIR tersebut.
Figur perempuan rentan untuk melakukan tugas ganda dalam keluarga sebagai istri dan ibu.
Tidak hanya itu, perempuan juga memiliki kiprah yang tak kalah penting dalam masyarakat sebagai aktualisasi diri.
Banyaknya peran yang melekat pada perempuan berpotensi meningkatkan tekanan psikologisnya.
Ia menekankan pentingnya mendukung kesehatan mental perempuan.
Penyokong kesehatan mental dapat berasal dari sisi internal seorang individu, seperti manajemen stres yang baik dan tergabung dalam komunitas sosial.
“Selain itu, adanya sistem pendukung dari keluarga inti, keluarga besar, dan teman juga dapat menguatkan kesehatan mental perempuan,” kuat Ike.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.