Desainer Indonesia Tampilkan Batik dan Wayang dalam Fashion Art Toronto 2022
ISK merupakan satu dari dua desainer yang terpilih dari Montreal mengikuti even mode bertaraf internasional itu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Erik S
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TORONTO - Banyak desainer berbakat tanah air yang kini mulai menjajaki karier internasional dengan mengikuti beragam ajang panggung mode bertaraf dunia.
Diantara mereka, ada yang memang mengikuti pagelaran busana internasional itu secara sengaja, namun ada pula yang didukung faktor 'ketidaksengajaan'.
Salah satu desainer baru tanah air yang kini menjajal panggung mode dunia adalah Juan Iskandar atau akrab dikenal sebagai ISK.
Ia memang baru 2 tahun menetap di Montreal, Kanada, tepatnya sejak pandemi virus corona (Covid-19) dimulai.
Saat ini, ia menyiapkan konsep show koleksi yang akan ditampilkannya dalam event Fashion Art Toronto 2022 yang akan dihelat di Bay Street, Toronto, Kanada, pada 8 Mei mendatang.
Melalui laman Instagram miliknya @koh2montreal, karya-karyanya pun ditampilkan.
ISK merupakan satu dari dua desainer yang terpilih dari Montreal mengikuti even mode bertaraf internasional itu.
Baca juga: Koleksi Busana Luwur Karya Siswi SMK NU Banat Bikin Fashion Enthusiast Terpukau di Muffest+ 2022
Untuk mengikuti pagelaran mode di Toronto, ia mengaku memulai tahapan seleksinya sejak akhir 2021.
"Saya mendapatkan kesempatan untuk ikut acara ini diundang setelah melewati beberapa seleksi dan interview dari November 2021 lalu. Saya sendiri yang mendesain, potong pola, menjahit, (memasang) payet dan membuat aksesoris," kata ISK, dalam keterangan resminya, Rabu (4/5/2022).
Nantinya, ia akan membawakan 11 look untuk koleksi bertema 'Mutiara dari SouthAsia' dalam show perdananya itu.
Tampilan 11 koleksi gaun yang ia rancang pun akan dilengkapi dengan 6 headpiece sebagai penyempurna tampilan karyanya dalam show tersebut.
"Untuk pagelaran saya (pertama) kali ini, saya ambil tema 'Mutiara dari South East Asia', di mana saya akan ambil ide dari Bali, Thailand dan lainnya dalam desain saya. Untuk 11 desain gaun, 6 buah headpiece, juga termasuk dengan headpiec dari pengerjaan tangan saya sendiri," jelas ISK.
ISK pun memaparkan detail look yang akan ia tampilkan dalam Fashion Art Toronto 2022.
Dalam tiap karya rancangannya itu, ia menambahkan unsur tradisional Indonesia yang akan memberikan keunikan tersendiri pada koleksinya.
Mulai dari pemilihan material untuk kebaya, evening gown hingga penggunaan wastra batik yang diubah menjadi haute couture gown.
Baca juga: Terinspirasi Sifat Istiqomah, TRZ HER Usung Konsep Constantly di Indonesia Fashion Week 2022
Teknik yang digunakan pun satu diantaranya adalah embroidery (bordir) yang ia lakukan secara manual.
Menurutnya, butuh waktu sekitar 2 bulan untuk menyiapkan haute couture gown tersebut, karena dirinya menyiapkan semua proses pengerjaannya seorang diri.
"Saya akan bawakan kebaya, gaun malam ala red carpet, udeng ala Bali, celana sarung Indonesia, batik yang sudah saya ubah jadi gaun haute couture dan terdapat bordiran aplikasi yang saya jahit pakai tangan sendiri. Persiapan hanya 2 bulan, saya buat gaun itu sendirian," papar ISK.
Lalu bagaimana awal mula ISK bisa menetap di Kanada hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang Fashion Designer di negara yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Justin Trudeau itu?
ISK menjelaskan bahwa dirinya tiba di Montreal, sepekan sebelum pemerintah kota itu menerapkan sistem penguncian (lockdown) untuk kali pertama yakni pada Maret 2020, akibat pandemi Covid-19.
Perlu diketahui, Montreal merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi Quebec, Kanada.
Saat itu, selama 3 bulan ia hanya seorang diri 'terkurung' dalam kamar sewanya, tanpa ditemani kerabat.
"Saya datang ke Montreal 7 hari sebelum lockdown pertama kali di Montreal (Maret 2020), tidak ada keluarga dan tidak ada teman, selama 3 bulan lebih terkurung dalam kamar sewa saya di Montreal," kata ISK.
Di kamar sewanya itulah, ia menemukan sejumlah barang usang yakni lempengan besi yang akhirnya memunculkan ide baginya untuk bisa menyulapnya menjadi benda karya seni bernilai ekonomi.
Kebetulan, kata dia, dirinya memiliki pengalaman dalam membuat aksesoris untuk desainer lainnya saat masih tinggal di Jakarta.
"Saat itu, saya menemukan barang-barang sisa di gudang, berupa lempengan besi-besi yang saya kerjakan menjadi aksesoris. Kebetulan, saya memang pernah membuatnya saat di Jakarta untuk 1 show dengan desainer lainnya, namun saya yang buat semua aksesorisnya," tutur ISK.
Ia kemudian menambahkan, saat kali pertama toko-toko di Montreal dibuka pada Juli 2020 setelah mengalami masa lockdown, dirinya pun mencari barang-barang material bangunan yang biasa diolahnya menjadi karya.
"Di sini, saya mulai kembali menemukan kembali dunia saya dan mulai membuatnya," jelas ISK.
Saat mengawali pembuatan karya fashionnya di sana, ia mengaku tidak memiliki mesin jahit dan hanya menggunakan tangannya saja untuk menjahit manual karyanya.
"Awalnya saya tidak punya mesin jahit, (pembuatan) masker pun saya jahit pakai tangan, jarum dan benang," kata ISK.
Setelah beberapa saat melakukan penjahitan karya secara manual, ia pun menemukan mesin jahit bekas melalui aplikasi jual beli.
Benda inilah yang mengawali upayanya dalam menghasilkan gaun pertama yang dijahitnya selama bermukim di negara tersebut.
"Suatu hari saya dapat mesin jahit bekas yang dijual murah oleh pemiliknya lewat aplikasi, ini awal saya membuat satu gaun," papar ISK.
Namun hal itu tidak mudah, karena yang ia beli merupakan barang bekas dan tentunya tidak memiliki performa yang optimal seperti barang baru pada umumnya.
Terlebih dirinya tidak bisa begitu saja mengunjungi tempat service untuk memperbaiki mesin jahitnya, karena aktivitas sosial yang dibatasi masa pandemi.
"Dari mesin bekas ini, saya menemui banyak masalah dan membuat saya belajar bagaimana cara memperbaikinya sendiri. Bisa dibayangkan, saya sendiri, tidak bisa ke showroom untuk memperbaikinya, masih masa-masa pandemi," kata ISK.
Menariknya, gaun rancangan pertamanya yang dijahit menggunakan mesin jahit bekas itu ternyata dilirik seseorang untuk dikenakan dalam parade pada Agustus tahun lalu.
Dari momen inilah, ia akhirnya bisa memiliki mesin jahit baru dan melanjutkan pembuatan karyanya.
"Dari gaun yang pertama saya bikin itu, dikasih kesempatan disewa oleh seseorang untuk parade di bulan Agustus 2021. Dari ini saya bisa membeli mesin jahit baru dan mulai menjahit," tegas ISK.
ISK mengaku tidak pernah mengikuti sekolah menjahit, baik saat masih di Indonesia maupun setelah menetap di Kanada.
Ia hanya pernah tergabung dalam kelas design online dan memulai usahanya pada Mei 2021.
"Saya join pertama kali sekolah design online dengan kelas Billy Tjong pada Agustus 2021. Saya tidak sekolah di sekolah jahit atau fashion di Indonesia ataupun Kanada, semua skill ini, (saya) bisa jahit dari lihat di Youtube dan belajar lewat online. Saya baru mulai menjahit Mei 2021," kata ISK.
Lalu bagaimana ia bisa terpilih untuk menampilkan karyanya di Fashion Art Toronto 2022 ?
ISK menyampaikan bahwa saat dilirik oleh tim panitia event tersebut dam melakukan sesi interview, mereka mengetahui bahwa dirinya bekerja di restoran, bukan di fashion industry, tidak pernah menjahit dan bukan merupakan jebolan sekolah mode.
Karyanya pun masih 'mentah', karena karya berupa headpiece yang akan ditampilkan dalam panggung mode itu masih dalam bentuk material wayang yang ia beli seharga 10 dolar Amerika Serikat (AS).
"(Material) wayang saya beli dari toko bekas seharga 10 dolar AS dan saya ubah menjadi headpiece. Juga bahan batik yang saya dapatkan dari teman yang mau kembali ke Indonesia diberikan kepada saya. Tidak ada material langsung dari Indonesia untuk semua bahan yang saya buat saat ini, tapi bisa saya buat sedemikian menjadi gaun yang elegan," tegas ISK.
Ia pun berharap karyanya menjadi bukti bahwa desainer anyar tanah air yang tidak pernah mengikuti sekolah mode secara offline pun bisa go international.
"Semoga dengan adanya karya-karya yang akan saya tampilkan nanti, akan mengangkat nama Indonesia di Kanada dan mengubah jaln nasib saya juga sebagai perantau di negara ini," papar ISK.
Saat ditanya apakah dirinya berminat untuk menjajaki panggung mode di New York dan Paris, ia mengaku tidak pernah terpikir.
Karena bakat fashionnya ini lahir dari keterbatasan aktivitas yang ia miliki selama pandemi.
Terlebih dirinya pun tidak memiliki kerabat di Kanada yang terjun dalam bidang sama.
"Saya memang dari awal tidak terpikir jadi desainer, sampai bisa masuk ke fashion week Toronto. Karena terisolasi, saya terkurung, keluar bakat saya dan diberikan jalan oleh orang di Kanada untuk sampai ke Fashion Week 2022. Tidak ada kenalan ataupun teman di dunia fashion di Kanada," pungkas ISK.