Contoh Naskah Khutbah Idul Adha 2022: Sikap Rela Berkurban sebagai Bukti Cinta Sejati
Contoh naskah khutbah Idul Adha 2022 yang berjudul Sikap Rela Berkurban sebagai Bukti Cinta Sejati. Bisa dibaca oleh khatib setelah shalat Id usai.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Inilah contoh naskah khutbah Idul Adha 2022 yang bertemakan sikap rela berkurban.
Naskah khutbah Idul Adha 2022 bisa dibaca oleh khatib setelah shalat Id selesai.
Diketahui, warga Muhammadiyah akan menggelar shalat Idul Adha pada Sabtu, 9 Juli 2022 besok pagi.
Sementara menurut keputusan pemerintah, Idul Adha akan dirayakan pada Minggu , 10 Juli 2022.
Bagi Anda yang ingin berkhutbah atau bertugas memberikan khutbah setelah shalat Id, Tribunnews.com telah merangkum contoh naskah khutbah Idul Adha 2022.
Naskah khutbah Idul Adha 2022 berjudul Sikap Rela Berkurban Sebagai Bukti Cinta Sejati ditulis oleh Wakil Ketua Pengadilan Agama Tanggamus Kelas IB, Al Fitri.
Baca juga: Contoh Naskah Khutbah Idul Adha 2022 untuk Dibaca Usai Shalat Idul Adha
Selengkapnya, inilah contoh naskah khutbah Idul Adha 2022 yang dikutip dari badilag.mahkamahagung.go.id:
Khutbah Pertama:
Jemaah Idul Adha yang berbahagia.
Marilah bersama kita meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sebaik-baiknya, dengan cara menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.
Semoga Allah memberikan petunjuk agar kita bisa berada dijalan yang lurus dan Allah memberikan kekuatan, kesabaran kepada kita semua dalam menjalani kehidupan pasca pandemi Covid-19.
Wabah Covid-19 masih ada, untuk itu kita harus terus waspada dan menjaga protokol kesehatan.
Pandemi Covid-19 berlangsung selama dua tahun lamanya, tidak hanya menganggu kesehatan, namun juga berdampak pada tatanan ekonomi negara, membuat pertumbuhan ekonomi melambat.
Penurunan pertumbuhan ekonomi diikuti pula dengan dampak peningkatan pengangguran, banyak perusahaan yang telah terganggu, sehingga banyak karyawan terpaksa dirumahkan.
Idul Adha yang identik dengan kurban diharapkan dapat meningkatkan rasa syukur serta meningkatkan kepedulian sesama.
Hikmah yang terkandung dalam berkurban untuk meningkatkan kepedulian sosial.
Kita jadikan hari Raya Idul Adha momentum kepahlawanan sosial bagi masyarakat yang terdampak Covid-19, sebagai wujud cinta sesama manusia.
Upaya itu bagian pelayanan kita terhadap masyarakat, bangsa dan negara.
Khatib mengajak seluruh jamaah yang hadir dalam perayaan Idul Adha ini untuk berkurban.
Berkurban di masa pasca pandemi merupakan sebagai tanda cinta sejati pada sesama.
Bukan tentang seberapa banyak daging kurban yang akan kita tebar, akan tetapi tentang pengorbanan danbukti kecintaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar wa lillaahil-hamd.
Jemaah Idul Adha yang dirahmati Allah.
Ruh daripada perjalanan sejarah disyariatkan ibadah kurban dari suatu masa ke masa, dari sebuah generasi ke generasi, yang telah lama menjadi salah satu perintah yang harus dilaksanakan oleh Nabi dan Rasul di zaman mereka masing-masing.
Tonggak keberadaban sejarah ini dapat dilacak dari perjalanan sejarah yang dilakukan oleh Nabi dan Rasul sejak tapak-tapak syariat mulai membumi di alam terbuka untuk menjadi konsumsi umat sepanjang masa atau zaman.
Tapak-tapak suci dari sejarah kurban digambarkan oleh QS Al Hajja [22]:34:
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَ ۙ
"Dan penyembelihan syariatkan Kami telah umat setiap bagi (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak.
Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya.
Dan sampaikanlah (Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)."
Perintah kurban pada masa nenek moyang manusia; Nabi Adam As, diawali tentang cerita kedua puteranya Habil dan Qabil ketika mempersembahkan kurban, maka diterima dari seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil).
Kemudian ibadah kurban dilanjutkan oleh Nabi Idris As, Nabi Nuh As.
Sementara itu ibadah kurban di masa Nabi Ibrahim As , berkaitan dengan kisah ketulusan dan totalitas dalam berkurban di dalam mengarungi kehidupan oleh Nabi Ibrahim As dan putranya Nabi Ismail As.
Nabi Ibrahim As diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putranya, Ismail.
Tatkala itu, Ibrahim telah berusia senja dan Ismail mencapai usia remaja.
Harapannya agar jemaah yang hadir di sini diharapkan bisa meneladani jejak Nabi Ibrahim yang telah membuktikan pengorbanannya dan kecintaannya pada Allah Swt, mengalahkan kecintaan dan ketundukan pada dunia yang fana.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar wa lillaahil-hamd.
Jemaah Idul Adha yang terhormat.
Sedangkan untuk Nabi Muhammad Saw. melakukan kurban pada waktu Haji Wada' di Mina setelah shalat Idul Adha.
Beliau menyembelih 100 ekor unta, 70 ekor disembelih dengan tangannya sendiri dan 30 ekor disembelih oleh Sayyidina Ali Ra.
Lalu dikisahkan oleh QS al-Hajj [22]:36 :
وَالْبُدْنَ جَعَلْنٰهَا لَكُمْ مِّنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ لَكُمْ فِيْهَا خَيْرٌۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهَا صَوَاۤفَّۚ فَاِذَا وَجَبَتْ جُنُوْبُهَا فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّۗ كَذٰلِكَ سَخَّرْنٰهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
"Dan unta-unta itu Kami jadikan untuk-mu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya.
Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat).
Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makanlah orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.
Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur."
Di sinilah berakhir sejarah kurban dengan sangat indah, sempurna, dan membumi di seluruh jagat semesta dijaga dengan sangat sempurna oleh generasi Muslim setiap generas sampai saat sekarang ini.
Menyadari aspek sangat pentingnya dalam prosesi pelaksanaan ibadah kurban, yaitu sifat dan kapasitasnya sebagai syiar utama hari raya Idul Adha.
Umat Islam mampu mewujudkan sabda Rasulullah Saw, karena ibadah kurban adalah amalan yang paling dicintai Allah di hari Raya Idul Adha, sebagaimana disebutkan dalam hadis:
عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
"Tiada satu amal pun yang dilakukan seorang anak manusia pada Yaumun-Nahr (hari raya kurban) yang lebih dicintai oleh Allah selain menumpahkan/mengalirkan darah (hewan kurban yang disembelih).
Maka berbahagialah kamu karenanya." (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad yang shahih).
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar wa lillaahil-hamd.
Jemaah Idul Adha yang terhormat.
Aspek syiar paling utama dari ibadah kurban yang dimaksud itu adalah pada prosesi penyembelihannya, dan bukan pada pendistribusiannya atau yang lainnya.
Maka untuk menguatkan makna tersebut, Nabi sampai sengaja memilih ungkapan bahasa yang sangat vulgar untuk membahasakan kurban sebagai amal ibadah yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala di hari Raya Idul Adha ini.
Yakni mengungkapkannya dengan kata-kata "ihraqid dam/iraqatid dam", yang berarti menumpahkan/mengalirkan darah hewan kurban yang disembelih.
Wujud dari itu semua di masa Nabi Muhammad Saw. dan setelahnya mereka menyembelih satu hewan kurban untuk diri sendiri dan keluarganya dan berserikat di dalam pahalanya; baik berupa hewan unta, sapi, dan kambing ataupun kibas.
Ini dilakukan atas kesadaran spiritual yang sangat dalam, sesuai gambaran QS Al Hajj [22]:37 :
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
"Darah dan daging kurban tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai adalah ketaqwaan kita kepada Allah.
Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu.
Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang- orang yang berbuat baik."
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar wa lillaahil- hamd.
Jemaah Idul Adha yang berbahagia.
Dengan memperhatikan konsep kehalalan dan higenis ketika dikonsumsi oleh masyarakat.
Cinta, ketaatan, kepatuhan, ketunduhan dan pasrah kepada Allah melalui Rasul Saw. menjadi teladan yang patut untuk ditiru di zaman kontemporer ini, karena kehidupan hedonisme telah mampu mengalahkan peran agama dalam hidup kita zaman ini.
Inilah hikmatut tasyri' dari sejarah kurban dari generasi sahabat sampai pada kita sekarang ini.
Begitu pentingnya ibadah kurban sehingga setiap bagi orang yang mau bekurban akan mendapat kebaikan sebanyak bulu hewan yang dijadikan kurban.
Dalam hadis riwayat Imam Abu Daud dari Zaid bin Arqam, dia berkata:
قَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هَذِهِ الأَضَاحِىُّ قَالَ سُنَّةُ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ. قَالُوا فَمَا لَنَا فِيهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ بِكُلِّ شَعَرَةٍ حَسَنَةٌ. قَالُوا فَالصُّوفُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ بِكُلِّ شَعَرَةٍ مِنَ الصُّوفِ حَسَنَةٌ.
"Para sahabat bertanya kepada Nabi Saw., 'Wahai Rasulullah, apakah maksud dari hewan-hewan kurban seperti ini?. Beliau menjawab; 'Ini merupakan sunnah (ajaran) bapak kalian, Nabi Ibrahim.'
Mereka bertanya, 'Wahai Rasulullah, lantas apa yang akan kami dapatkan dengannya?' Beliau menjawab; 'Setiap rambut terdapat satu kebaikan.'
Mereka berkata, 'Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai Rasulullah?' Beliau menjawab: 'Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat sutu kebaikan.'"
Hadis yang lain menyatakan hikmah bagi yang melaksanakan kurban akan dihapus dosa-dosa kecil.
Disebutkan dalam hadis riwayat Imam Hakim dari Imran bin Hushain, Nabi Saw. bersabda:
يَا فَاطِمَةُ قَوْمِي إِلَى أُضْحِيَّتِكَ فَاشْهَدِيهَا فَإِنَّهُ يُغْفَرُ لَكِ عِنْدَ أَوَّلِ قَطْرَةٍ تَقْطُرُ مِنْ دَمِهَا كُلُّ ذَنْبٍ عَمِلْتِيهِ وَقُولِي: إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهُ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ . قَالَ عِمْرَانُ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَذَا لَكَ وَلِأَهْلِ بَيْتِكِ خَاصَّةً – فَأَهْلُ ذَاكَ أَنْتُمْ – أَمْ لِلْمُسْلِمِينَ عَامَّةً؟ قَالَ لَا بَلْ لِلْمُسْلِمِينَ عَامَّةً
"Wahai Fatimah, bangkit dan saksikanlah penyembelihan kurbanmu, karena sesungguhnya setiap dosa yang telah kamu lakukan akan diampuni dalam setiap tetesan darah yang mengalir dari hewan kurban tersebut.
Kemudian katakanlah; 'Sesungguhnya salatku, ibadahku (kurban), hidupku dan matiku hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan oleh karena itu aku diperintahkan, dan aku termasuk orang yang berserah diri.'
Imran bin Hushain berkata; 'Saya bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah keutamaan ini hanya khusus bagimu dan keluargamu, atau kepada seluruh umat Muslim?' Nabi Saw. menjawab; 'Tidak, tapi untuk seluruh kaum Muslim."
Dengan demikian, berkurban selain mengagungkan sebagian syiar Allah, juga agar mendapatkan keutamaan kurban seperti tersebut dalam hadis di atas.
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan keutamaan kurban, dicatat sebagai amalan terbaik di hari Idul Adha yang paling dicintai Allah.
Sehingga orang yang berkurban akan dicintai Allah Swt dan akan dicintai oleh manusia karena cinta sejati itu hanya akan diperoleh dengan sikap rela berkurban.
Demikian yang dapat khatib sampaikan dalam kesempatan ini semoga bermanfaat untuk kita semua.
Mudah-mudahan ibadah kurban yang kita laksanakan hari ini dan tiga hari pada hari Tasyrik (11, 12 dan 13 Zulhijjah ini) diterima Allah Swt.
Bagi jemaah yang belum bersempatan melaksanakan kurban di tahun ini semoga tahun depan bisa melaksanakan kurban.
Terima kasih atas perhatian dan mohon maaf atas segala kekurangan, selamat hari Raya Idul Adha.
Khutbah Kedua:
Selengkapnya, Anda bisa menyimak khutbah Idul Adha 2022 secara lengkap dengan klik di sini.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)