Alasan Psikologis Kenapa Sulit Sembuh saat Putus Cinta
Inilah alasan kenapa kamu sulit sembuh saat mengalami putus cinta dilihat dari sisi psikologis
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini alasan psikologis kenapa sulit menyembuhkan diri saat putus cinta.
Putus cinta merupakan hal yang tidak menyenangkan, menguras emosi, dan banyak menjadi faktor pemicu depresi.
Penelitian mengatakan bahwa peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti putusnya hubungan romantis dengan pasangan dapat menyebabkan keadaan seperti depresi pada individu tanpa riwayat gangguan kejiwaan.
Beberapa orang mungkin membutuhkan waktu yang relatif singkat untuk menyembuhkan diri saat patah hati.
Namun, banyak juga yang sangat sulit sembuh saat mengalami perpisahan.
Kesulitan ini bisa dilihat dari faktor psikologis.
Baca juga: Cara Langganan Spotify Premium Seminggu Cuma Rp 800
Mengutip Boldsky, berikut ini alasan sebagian merasa sulit untuk sembuh dari patah hati:
1. Penurunan kepuasan hidup
Kepuasan hidup lebih tentang memiliki sikap positif terhadap kehidupan seseorang.
Biasanya dihitung sehubungan dengan berbagai faktor seperti status keuangan, tingkat pendidikan, tempat tinggal, pengalaman profesional, dan hubungan emosional yang memuaskan.
Menurut sebuah penelitian, putusnya hubungan, terutama dalam hubungan yang belum menikah, dapat menyebabkan penurunan kepuasan hidup dan meningkatkan tekanan psikologis, sehingga sulit untuk sembuh setelah putus.
2. Putusnya jaringan sosial
Setelah putus cinta, orang biasanya lebih memilih untuk tinggal sendiri karena membantu mereka memproses kehilangan.
Namun, banyak dari mereka yang malah kehilangan jaringan sosial pertemanan mereka.
Hal tersebut justru menambah penurunan kualitas hidup dan meningkatkan stress.
Cobalah untuk bercerita pada orang terdekat, atau meminta bantuan mereka untuk bangkit dari keterpurukan.
3. Hilangnya dukungan emosional
Mitra dalam hubungan yang sehat sering membantu saling mendukung secara emosional.
Ketika ada perpisahan dalam suatu hubungan, orang cenderung memasuki fase yang menantang dalam hidup mereka karena tidak tersedianya pasangan untuk mendukung mereka yang pernah menjadi sumber utama kenyamanan, cinta, dan keamanan.
Hal ini membuat mereka rentan terhadap stres emosional akut, menyebabkan gejala seperti nyeri dada, kehilangan kesadaran, sesak napas dan muntah.
Kesimpulannya, sebuah perpisahan memang tidak pernah sederhana, kamu harus terus maju walaupun sulit dan menyakitkan.
Perpisahan memberimu waktu untuk menemukan hal-hal baru tentang diri sendiri.
Jadi, ketika Anda putus dengan pasangan, pahami itu bukan akhir dari hidup
(Tribunnews.com, Renald)