Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Hanggar Pesawat di Bandara Husein Sastranegara Disulap Jadi Panggung Fashion Show

Produk lokal menyulap hanggar pesawat yang terletak di area Bandara Husein Sastranegara untuk lokasi fashion show.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Hanggar Pesawat di Bandara Husein Sastranegara Disulap Jadi Panggung Fashion Show
istimewa
Kolaborasi local brand 'Miracle Mates dan Hecates' dalam panggung runway show yang digelar di hanggar pesawat di area Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Sabtu (27/8/2022). (Doc.Miracle Mates dan Hecates) 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Industri fashion merupakan salah satu sub-sektor ekonomi kreatif (ekraf) yang kini tengah didorong pengembangannya karena berpotensi besar meningkatkan perekonomian negara.

Mirisnya, di masa pandemi virus corona (Covid-19) ini, tidak sedikit brand fashion lokal (local brand) yang terseok bahkan terpaksa menghentikan bisnisnya karena melesunya perekonomian dan berdampak pada menyusutnya konsumen atau customer.

Lalu bagaimana dengan brand loka yang masih bisa bertahan, apa yang mereka lakukan?

Baca juga: Vivi Zubedi Gandeng Baim Wong dan Paula Verhoeven Kenalkan Kain Sasirangan di New York Fashion Week

Ada banyak cara yang dilakukan brand fashion tanah air untuk tetap eksis, mulai dari menggunakan strategi bisnis berjualan secara online melalui marketplace hingga terus mengadakan fashion show secara hybrid yakni daring maupun luring.

Diantara begitu banyak local brand yang berupaya untuk terus eksis, terdapat dua nama yang baru saja menggelar fashion show secara unik, yakni 'Miracle Mates dan Hecates'.

Local brand asal Bandung ini baru saja menggelar runway show atau biasa disebut pula sebagai fashion show untuk memperkenalkan sederet koleksi artikel terbaru mereka yang diberi nama 'Mess in Balance' pada 27 Agustus lalu.

BERITA REKOMENDASI

Kolaborasi ini terbilang cukup epic karena digarap dengan sangat serius dan memanfaatkan hanggar pesawat yang terletak di area Bandara Husein Sastranegara untuk lokasi runwaynya.

Perlu diketahui, banyak desainer lokal maupun global yang menggunakan lokasi unik untuk menampilkan koleksi busananya.

Mulai dari tepi laut, gudang, jalan raya, di atas kolam renang, hingga hanggar pesawat.

Miracle Mates dan Hecates ini ditukangi oleh para anak muda dan memiliki pasar generasi Z yang cukup besar.

Kolaborasi diantara 2 brand ini cukup mencuri perhatian, terutama bagi skena mereka sendiri.

Karena kolaborasi fashion show yang mereka lakukan terlihat cukup profesional dan mapan, padahal biasanya local brand kerap menggelar fashion show secara sederhana saja.

Lalu siapa sosok dibalik Miracle Mates dan Hecates?

Owner Miracle Mates Fadli Maulana Ibrahim mengatakan bahwa ia telah membangun brandnya sejak 2014 lalu, saat masih duduk di kelas 1 Sekolah Menengah Atas (SMA).

Sejak saat itu, Miracle Mates selalu beradaptasi dengan tren fashion yang hadir tiap tahunnya, yang dikorelasikan dengan DNA brand mereka.

Proses perjalanan Miracle Mates hingga dikenal oleh publik pun terbilang lama, karena membutuhkan waktu sekitar 5 tahun.

Setelah itu, mereka akhirnya dikenal sebagai brand fashion yang mengedepankan kultur street wear, di mana biasanya digunakan dalam skena musik hingga skateboard.

Untuk bisa terus eksis menjalani bisnis fashion in, kata dia, kuncinya ada pada konsistensi.

"Bisa sampai 8 tahun aku tuh nggak punya pikiran panjang kedepannya, yang ada depan mata, yang paling dekat aku jalani terus. Kuncinya di konsisten," kata Fadli, dalam keterangannya, Kamis (1/9/2022).

Berkaca ke beberapa tahun lalu, saat itu ia tidak pernah berpikir bahwa Miracle Mates akan menjadi besar seperti saat ini.

Pada momen merintisnya, Fadli bahkan mengurus Miracle Mates sendirian, mulai dari menjadi admin dari lapak online-nya hingga mengantarkan produk secara langsung ke tangan pembeli.

Perjalanan dalam membangun brand ini tentu saja tidak dilakoni secara mudah, karena ia sempat tertipu dan kerugian yang pernah dialaminya itu sudah tidak dapat 'dihitung jari'.

"Namanya juga anak SMA, anak kecil, ya bikin brand sering banget ketipu. Barang jelek lah, vendor kabur lah, banyak banget yang nggak enaknya," jelas Fadli.

Sementara itu, berbeda dengan Miracle Mates, Hecates tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memperoleh popularitas.

Founder Hecates Rian Adrians menyampaikan bahwa Hecates didirikan di Jakarta pada Agustus 2020.

Saat itu, Rian yang merantau dari kampung halamannya di Makassar, bekerja sebagai pekerja kantoran di Jakarta.

Ia kemudian membangun Hecates, sambil melakoni pekerjaan regulernya itu.

Rian memang hanya memerlukan waktu selama 2 tahun untuk mendapatkan popularitas, namun ia mengaku turut mengalami banyak kendala.

Bahkan saat awal berbisnis, Indonesia sedang dilanda pandemi Covid-19.

Sehingga saat itu dirinya berpikir bahwa roda bisnisnya akan terganggu.

Namun karena ia menggunakan strategi bisnis berjualan secara online, pembelinya pun justru banyak diperoleh melalui online.

"Pas mau jualan tuh langsung pandemi, ya pasti bakal sepi nih. Tapi bukannya sepi, malah pembeli Hecates ramai banget di online," kata Rian.

Untuk fokus pada niatnya dalam membangun brandnya, ia pun memberanikan diri untuk resign dari kantornya dan merantau ke Bandung.

Alasan dipilihnya kota kembang ini adalah karena urusan supply chains Hecates sebagian besar berada di sana.

"Aku ke Bandung agar fokus ke brand, fokus ke produksi. Soalnya saya produksi di anak-anak Bandung juga, jadi apa salahnya kalau aku pindah ke Bandung dulu saja," jelas Rian.

Jalin kolaborasi Mess in Balance

Kolaborasi antara Miracle Mates dan Hecates pun tergolong cukup unik, karena kemiripan mood dari Miracle Mates dan Hecates hingga 'diduga' memiliki ceruk pasar yang sama.

Padahal biasanya, kolaborasi dilakukan oleh 2 brand atau lebih, yang memiliki ceruk pasar berbeda.

Fadli pun mengatakan bahwa meski bergerak di tren yang sama, brandnya dan Hecates sebenarnya memiliki pasar yang berbeda.

Kendati demikian, ia optimis bahwa misi crossmarket dapat terjadi melalui kolaborasi ini.

"Sebenernya kalau memang secara desain tuh mirip-mirip, tapi kalau untuk market itu beda banget. Miracle Mates itu Bandung banget, sementara Hecates itu pembelinya sebagian besar di Jakarta. Sebenarnya kalau untuk crossmarket bisa dibilang cross juga, karena lebih dikenal di kota masing-masing," tegas Fadli.

Ia menjelaskan kolaborasi ini terjadi bukan tanpa alasan yang kuat, karena market Miracle Mates dan Hecates sama-sama meminta kedua brand itu untuk berkolaborasi.

Sehingga ia optimis Mess in Balance akan menemui pasarnya secara mudah.

"Kami mengharapkan brand awareness sekaligus sales yang baik dalam jalinan kolaborasi ini," tutur Fadli.

Di sisi lain, terkait dengan runway show yang membuat heboh, Fadli menjelaskan bahwa hal itu terjadi karena Miracle Mates dan Hecates benar-benar mengerahkan segala tenaga dalam menggelar acaranya.

Menggelar runway tanpa sponsor, kata Fadli, bukanlah perkara mudah.

Namun melalui cara itu, ia ingin menekankan pada publik bahwa local brand pun mampu untuk menggelar fashion show yang apik dan proper.

"Kami nggak mau kolaborasi yang hanya menempelkan dua logo brand dalam satu produk, jadi kami bikin runway ini. Alhamdulillah hasilnya positif, di mana teman-teman support semua, mulai dari teman di Bandung, Jakarta hingga Surabaya," papar Fadli.

Lewat runway show ini, Fadli dan Rian berharap bahwa apa yang mereka lakukan dapat menginspirasi local brand lainnya agar yakin bahwa brand lokal pun mampu menggelar panggung runway show seperti yang diadakan di luar negeri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas