Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Lifestyle

Di Australia, Semi Permanent Make Up Jadi Bisnis Menjanjikan, Bagaimana dengan Indonesia?

Anggota Perkumpulan Ahli Tata Rias Semipermanen Indonesia (Pertaspi), Tania Basir pun membagikan kisahnya dalam memulai bisnis Semi Permanent Make Up.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Di Australia, Semi Permanent Make Up Jadi Bisnis Menjanjikan, Bagaimana dengan Indonesia?
capture Instagram Live Pertaspi
Instagram Live Ketua Pertaspi Anggie Rassly dengan anggota Pertaspi sekaligus Founder House of Beauty Melbourne Tania Basir. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cepat berubahnya suatu tren kecantikan tentu membuat setiap orang terus mencari solusi praktis untuk bisa melakukan upgrade pada tata rias wajahnya.

Mulai dari tanam benang, sulam bibir hingga sulam alis turut menjadi sederet upaya dalam mempertahankan maupun meningkatkan kecantikan wajah.

Saat ini bahkan jasa sulam kecantikan masih terus diminati dan permintaan pasarnya justru kian meningkat.

Founder House of Beauty Melbourne sekaligus anggota Perkumpulan Ahli Tata Rias Semipermanen Indonesia (Pertaspi), Tania Basir pun membagikan kisahnya dalam memulai bisnis Semi Permanent Make Up (SPMU) di masa pandemi virus corona (Covid-19) pada 2020.

"Saya mengawali bisnis ini karena tertarik pada kecantikan dan SPMU masih terbuka sekali peluangnya (di Melbourne)," kata Tania, dalam Instagram Live bersama Ketua Pertaspi, Anggie Rassly, yang dikutip pada Selasa (20/12/2022).

Baca juga: Kisah Indah Aini, Berawal Buka Salon di Garasi hingga Pamerkan Karya Make Up di Time Square New York

Ia pun mulai mengikuti kursus online selama dua tahun.

Berita Rekomendasi

"Dari belajar teori, 1 on 1 consultation, latihan pengerjaan menggunakan latex, sampai praktek langsung ke 10 model
 Kebetulan akademi sulam tempat saya belajar ini cukup terkenal dan diakui di Australia maupun secara global," jelas Tania.

Melalui akademi ini pula, dirinya dapat menjalin hubungan dengan tenaga ahli maupun profesional SPMU dari Australia dan negara lainnya.

"Bisa untuk sharing knowledge atau update dengan informasi terbaru yang berguna untuk level beginner sampai master," papar Tania.

Ia menambahkan bahwa pada saat mengerjakan sulam untuk klien pertamanya, dirinya mulai merasa cukup terbiasa, karena telah banyak latihan menggunakan latex dan praktik secara langsung dengan para model.

"Hanya memang harus tetap belajar tentang kulit setiap client dan tentang color correction yang tepat," tegas Tania.

Baca juga: Make Up Artist Asal Sukoharjo Tidak Bisa Merias Kaesang Pangarep dan Erina Gudono, Ini Alasannya


Jenis kulit orang Australia cenderung lebih tipis dibandingkan orang Indonesia.

Tania kemudian menjelaskan bahwa kendala yang ia hadapi saat mencoba untuk melakukan sulam pada kulit orang Australia adalah mereka cenderung memiliki kulit yang lebih tipis, lebih sensitif dan lebih mudah berdarah dibandingkan kulit orang Indonesia.

"Sedangkan karena skin tone nya juga beda, pemilihan warna juga harus hati-hati. Untuk orang Australia, pigment lebih cepat masuk, jadi warna tidak bisa terlalu gelap," tutur Tania.

Lalu bagaimana dengan regulasi SPMU di Australia?

Jika dibandingkan dengan Indonesia dari sisi regulasi untuk para tenaga ahli maupun profesional SPMU, baik yang memiliki home-based business maupun commercial business di Australia, jauh lebih jelas dan ketat.

"Semua tenaga ahli atau profesional SPMU harus punya sertifikasi dari badan yang diakui di Australia. Lalu untuk mendaftarkan bisniskita, akan ada pihak yang datang melakukan inspeksi, apakah persyaratan sebagai bisnis SPMU sudah dipenuhi," kata Tania.

Ia menekankan bahwa untuk home-based business, working space harus terpisah dari living space.

"Ada floor plan nya, semua area harus gampang dibersihkan, harus ada wastafel yang otomatis agar tidak mengganggu pengerjaan, harus punya tempat sampah limbah, dan lain sebagainya," tegas Tania.

Ia pun mengaku masih terus mempelajari bisnis ini, karena peluangnya sangat besar di negara itu.

"Karena ini termasuk kategori tata rias semipermanen, jadi gampang mengikuti perkembangan tren kecantikan yang ada," tutur Tania.

Tania menambahkan bahwa jika di Indonesia, kliennya menyukai tren bentuk alis artis terkenal, maka di Australia justru menyukai natural look.

Hal itu agar bisa meningkatkan kecantikan natural orang Australia.

"Makanya saya yakin bisnis SPMU ini masih menjanjikan sekali," kata Tania.

Memilih bergabung dengan perkumpulan SPMU seperti Pertaspi

Melihat prospek menjanjikan dari bisnis ini, Tania pun menilai penting untuk mengikuti sebuah perkumpulan SPMU.

"Karena di situ kita bisa mempelajari teknik terbaru, kenal dengan tenaga ahli atu profesional dari berbagai negara, update dengan regulasi dari berbagai negara, sehingga kita bisa membuka peluang bisnis SPMU di negara lain," papar Tania.

Ia mengaku senang memiliki wadah yang dapat memperluas jaringannya untuk memperkaya ilmu SPMU yang ia miliki.

"Saya senang sekali bisa bergabung dengan Pertaspi, jadi nanti pada saat ke Indonesia bisa kenalan dengan tenaga ahli atau profesional SPMU Indonesia dan bertukar ilmu. Sebagai tenaga ahli atau profesional SPMU, kita harus belajar terus agar bisa jadi profesional yang berkualitas dan bertaraf internasional," pungkas Tania.

Sementara itu Ketua Pertaspi, Anggie Rassly berharap bergabungnya Tania sebagai anggota, semakin membuat wanita itu semangat menjalankan bisnisnya.

"Karena akhirnya sudah ada wadah untuk para tenaga ahli atau profesional SPMU Indonesia bertukar insight dan bersama-sama saling memberikan support. Sehingga di tahun 2023, industri SPMU Indonesia akan semakin berkembang dan semakin banyak tenaga ahli atau profesional SPMU Indonesia yang bisa go international," kata Anggie.

Perlu diketahui, Pertaspi yang kini memiliki 100 anggota aktif, didirikan untuk menaungi para pelaku bisnis dan tenaga ahli maupun profesional SPMU di Indonesia.

Hal itu agar mereka memiliki kualitas bertaraf internasional, sehingga dapat bersaing dengan tenaga ahli maupun profesional dari negara lainnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas