Ubah Sisi Gelap Industri Kecantikan Lewat Skincare Organik
Sisi gelap industri kecantikan tersebut berupa penggunaan bahan baku kimia sintetis pada skincare.
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri kecantikan nyatanya memiliki sisi gelap. Hal ini diungkapkan oleh Founder Kertabumi Recycling Center Iqbal Alexander.
Sisi gelap industri kecantikan tersebut berupa penggunaan bahan baku kimia sintetis pada skincare.
Penggunaan bahan baku kimia sintetis tentunya dapat memberikan dampak jangka panjang.
“Ini tidak hanya berdampak jangka panjang tapi secara tidak langsung mencemari air dan tanah,” ungkapnya di Jakarta, Senin 30/1/2023).
Salah satu bahan baku sintetis tersebut adalah Paraben yang berdampak negatif bagi kulit dan lingkungan.
Selain itu, ada pula zat yang perlu diwaspadai dari skincare non-organik.
Di antaranya pemakaian bahan baku sintetis seperti Parabens, Phthalates, Triclosan, Hydroquinone, dan lain-lain.
Beberapa bahan di atas dilarang di Eropa karena bisa menyebabkan kanker, dan lain-lain.
Baca juga: Urutan Skincare Basic di Malam Hari: Exfoliator hingga Hydrating Serum
Oleh karena itu disarankan untuk mencari produk yang lebih ramah ke kulit dan lingkungan.
"Misal body wash, kita mandi dan bilas air sisa buangan akan masuk ke tanah dan mengganggu biota-biota. Kulit itu investasi kesehatan, efek jangka panjangnya nanti,” paparnya lagi.
Kertabumi Recycling Center yang menjadi klinik sampah mulai mengampanyekan skincare organik atau natural sejak 3 tahun lalu.
Menurutnya, ceruk pasar skincare ramah lingkungan ke depan akan semakin besar seiring dengan adanya kesadaran masyarakat terhadap bahan alami.
Beberapa brand skincare besar pun sudah ada yang memiliki lini produk ramah lingkungan.