Niat Sholat Idul Fitri: Tata Cara, Bacaan di Sela-sela Takbir, Doa Iftitah, dan Waktu Shalat Id
Bacaan niat sholat Idul Fitri, termasuk tata cara shalat Id, bacaan di sela-sela takbir, doa iftitah, dan waktu salat Id dilakukan.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Perayaan Idul Fitri ditandai dengan pelaksanaan Sholat Idul Fitri pada pagi hari.
Sholat Idul Fitri atau Salat Id adalah shalat sunnah dua rakaat yang dianjurkan untuk dikerjakan umat Islam saat Idul Fitri 1 Syawal.
Bila merujuk pada keputusan PP Muhammadiyah, Sholat Idul Fitri 1444 H digelar pada Jumat, 21 April 2023.
Sholat Idul Fitri bisa dilakukan secara sendirian atau berjamaah baik di rumah, masjid, maupun lapangan.
Baca juga: Lokasi Shalat Idul Fitri 21 April 2023 di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Serang
Sebagai persiapan untuk mengikuti Sholat Idul Fitri, berikut panduan dan tata cara Shalat Id:
Niat Sholat Idul Fitri
- Niat Sholat Idul Fitri sebagai Imam
اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا للهِ تَعَالَى
Usholli sunnatan 'iidil fithri rok'ataini imaaman lillaahi ta'aalaa
Artinya: Saya niat shalat sunah Idul Fitri dua rakaat sebagai imam karena Allah Taala.
- Niat Sholat Idul Fitri sebagai makmum:
اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالَى
Usholli sunnatan ‘iidil fithri rok’ataini ma’muuman lillaahi ta’aalaa
Artinya: Aku berniat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta'ala.
- Niat Sholat Idul Fitri sendirian:
Ushalli sunnata li'idil fithri rak'ataini lillahi ta'ala.
Artinya: "Aku berniat shalat sunah Idul Fitri dua rakaat karena Allah ta'ala."
Baca juga: Teks Khutbah Idul Fitri 2023 dalam Bahasa Jawa Singkat
Tata Cara Sholat Idul Fitri
1. Sebelum Sholat Idul Fitri, disunnahkan untuk memperbanyak bacaan takbir, tahmid, dan tasbih.
2. Sholat Idul Fitri dimulai dengan menyeru "ash-shalâta jâmi'ah", tanpa azan dan iqamah.
3. Memulai dengan niat shalat idul fitri.
4. Membaca takbiratul ihram (الله أكبر) sambil mengangkat kedua tangan.
Lalu membaca doa iftitah
اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا . اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ . اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ . لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ .
"Allaahu akbaru Kabiraa Walhamdulillaahi Katsiiraa, Wa Subhaanallaahi Bukratan Wa’ashiilaa, Innii Wajjahtu Wajhiya Lilladzii Fatharas Samaawaati Wal Ardha Haniifan Musliman Wamaa Anaa Minal Musyrikiin.
Inna Shalaatii Wa Nusukii Wa Mahyaaya Wa Mamaatii Lillaahi Rabbil ‘Aalamiina. Laa Syariikalahu Wa Bidzaalika Umirtu Wa Ana Minal Muslimiin."
Artinya: Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang.
Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan atau dalam keadaan tunduk, dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan-Nya.
5. Membaca takbir sebanyak tujuh kali (di luar takbiratul ihram) dan di antara tiap takbir itu dianjurkan membaca:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ
Subhanalloh wal hamdulillah wa laa ilaha illalloh wallohu akbar.
Artinya: Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya. Tiada tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar.
6. Membaca surah al-Fatihah, diteruskan membaca surah yang pendek dari Alquran.
7. Ruku', sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.
8. Pada rakaat kedua sebelum membaca al-Fatihah, disunnahkan takbir sebanyak lima kali sambil mengangkat tangan.
Di luar takbir saat berdiri (takbir qiyam) dan di antara tiap takbir disunnahkan membaca:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ
Subhanalloh wal hamdulillah wa laa ilaha illalloh wallohu akbar.
Artinya: Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya. Tiada Tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar.
9. Membaca Surah al-Fatihah, diteruskan membaca surah yang pendek dari Alquran.
10. Ruku', sujud, dan seterusnya hingga salam.
11. Setelah salam, disunnahkan mendengarkan khutbah Idul Fitri.
Waktu Shalat Id
Adapun waktu pelaksanaan sholat Idul Fitri dimulai sejak matahari terbit sampai masuk waktu zuhur.
Merujuk pada kebiasaan orang Indonesia, shalat Idul Fitri digelar mulai pukul 07.00 waktu setempat.
Ada pula yang mulai melaksanakan shalat Idul Fitri mulai pukul 06.00 hingga pukul 08.00 waktu setempat.
Selesai shalat Id, biasanya digelar halalbihalal atau tradisi bermaaf-maafan antar warga desa atau kompleks tempat tinggal.
Contoh Teks Khutbah Idul Fitri 2023
Selepas shalat Idul Fitri, kita dianjurkan untuk mendengarkan khutbah yang biasanya disampaikan imam.
Khutbah Idul Fitri biasanya berisi pesan-pesan kebaikan dan nasihat untuk meningkatkan kualitas iman dan takwa umat Muslim.
Bagi Anda yang mendapat tugas untuk berkhutbah selepas shalat Idul Fitri, inilah dua contoh naskah khutbah Idul Fitri 2023/1444 H yang bisa menjadi inspirasi.
Teks khutbah Idul Fitri 2023 yang pertama berjudul Lebaran Tak Perlu Berlebih-lebihan dan ditulis oleh dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, M Ishom el-Saha.
Inilah contoh teks khutbah Idul Fitri yang singkat dikutip Tribunnews.com dari kemenag.go.id:
Teks Khutbah Idul Fitri 2023: Lebaran Tak Perlu Berlebih-lebihan
Khutbah Pertama
الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر، لا إله إلّا الله، الله أكبر الله أكبر الله أكبر، ولله الحمد
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسول الله -صلَّى الله عليه وسلَّم-، الصادق الوعد الأمين، وعلى آله وأصحابه ومن تبعه بإحسان إلى يوم الدين. وأشهد أن لا إله إلّا الله وحده، صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده، لا شيء قبله ولا شيء بعده، وأشهد أنّ محمدًا رسول الله -صلَّى الله عليه وسلّم-، وصفيه وخليله، خير نبي أرسله وهداية للعالمين اصطفاه، أما بعد :فَيَا اَيُّهَاالْمُومِنُوْنَ وَالْمُومِنَاتِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَي اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Kaum muslimin yang berbahagia,
Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Swt yang menurunkan rahmat di pagi hari yang sejuk ini kepada kita semua, sehingga kita dapat bersama-sama mengagungkan nama-Nya.
Begitu pun mari sama sama kita bersalawat kepada Nabi Muhammad sebagai panutan kita yang telah menerangi jalan kehidupan ummat manusia di seantero dunia.
Dalam kegembiraan kita merayakan Idul Fitri 1444 H, marilah sejenak kita meresapi tentang ketakwaan kita kepada Allah Yang Maha Kuasa!
Sebab kebahagiaan yang hakiki hanya dapat diraih dengan cara taat menjalankan perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya.
Kaum muslimin yang berbahagia,
Walaupun kelonggaran diberikan kepada kita untuk merayakan Idul Fitri tahun ini, bukanlah berarti kita bebas melampiaskan kemauan kita.
Dengan belajar apa yang dilakukan Rasulullah Saw pada saat merayakan Lebaran, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Zaad al-Ma'aad oleh Ibnul Qayyim; ternyata kebahagiaan merayakan lebaran ada batasannya.
Rasulullah Saw mengajak para sahabatnya untuk mengumandangkan takbir dan tahmid sebagai ungkapan rasa bahagia dan bersyukur atas nikmat Allah: itupun ada batas waktunya yakni cukup sampai khutbah kedua.
Beliau juga terbiasa menyerukan perintah tunaikan Zakat Fitrah kepada para sahabat di pagi hari yang masih gelap gulita sampai batas waktu dikerjakannya Salat Idul Fitri.
Hal ini berarti bahwa sesuatu yang hukumnya wajib untuk menyempurnakan ibadah puasa sekalipun, ternyata juga ada batasannya.
Idul Fitri memang penting untuk dirayakan sebagai bentuk kegembiraan ummat Islam. Allah Swt berfirman dalam Surat Yunus ayat 58:
قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُو
Artinya: "Katakanlah! Dengan anugerah Allah dan kasih sayang-Nya maka dengan demikian bergembiralah!"
Namun demikian hendaknya perayaan ini kita laksanakan dalam batasan-batasan kewajaran.
Terlebih lagi perayaan Idul Fitri pada saat ini belum sepenuhnya kita bebas dari masa pandemi.
Saudaraku, muslimin dan muslimat yang berbahagia,
Masih dalam konteks kita belajar memahami cara Rasulullah merayakan Idul Fitri, pahamilah!
Pertama, Nabi Muhammad memang menganjurkan supaya sebelum beranjak ke tempat Salat Id, kita disunnahkan mengisi perut kita.
Namun yang dimakan oleh Rasulullah hanya beberapa butir kurma saja.
Kedua, Nabi Muhammad terbiasa mandi di pagi hari sebelum Salat Id.
Beliau juga mengenakan pakaian terbaik dengan aroma minyak wangi yang menyegarkan, seperti yang beliau sabdakan:
أصلحوا رحالكم، وحسِّنوا لباسكم، حتى تكونوا شامةً بين الناس. [رواه أحمد وأبي داوود ]
Artinya: "Baguskan jalan kalian. Indahkan pakaian kalian sehingga kalian harum di antara orang orang"
Beliau di saat hari raya memakai pakaian terbaiknya.
Dalam riwayat, beliau biasa menggunakan jubah berwarna hijau dan kadang-kadang jubah warna putih yang bergaris merah kunyit yang sangat beliau sukai.
Pakaian yang dikenakan Nabi sangat istimewa akan tetapi tetap ada batasan kewajarannya.
Dalam riwayat Abdullah b. Umar, dijelaskan bahwa pernah suatu ketika ada seorang sahabat yang menghadiahi Nabi Muhammad berupa jubah baru dari bahan sutra yang dibeli di Pasar Madinah.
Namun jubah itu ditolak oleh Rasulullah dan beliau tidak mau memakainya untuk salat Idul Fitri.
Beliau berkata: "Pakaian ini hanya cocok buat orang yang tidak punya akhlak!"
Itu berarti walaupun di hari Lebaran disunnahkan mengenakan pakaian bagus, akan tetapi jangan mencolok sehingga dapat menimbulkan kesenjangan sosial di antara umat Islam yang sedang merayakan Lebaran.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,
Rasulullah Saw tak berlebih-lebihan dalam merayakan Lebaran.
Sebab semangat berlebaran ialah membangun solidaritas dan hubungan baik dengan sesama umat Islam khususnya dan masyarakat luas umumnya.
Hal ini dibuktikan sendiri Rasulullah Saw tatkala memilih pelaksanaan Salat Id tidak di dalam masjid, tetapi di tanah lapang.
Beliau pun tak sungkan untuk berjalan kaki menuju lokasi. Bahkan beliau memiliki kebiasaan untuk melalui jalan yang berbeda antara berangkat dan pulang.
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن صلى الله عليه وسلم كان إذا خرج إلى العيد يرجع في غير الطريق الذي خرج فيه.. [رواه أحمد ومسلم والترمذي]؛
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah tatkala berangkat menuju tempat salat Id maka jalan yang dilewatinya berlaian dari jalan ketika beliau kembali.
Pada saat berangkat menuju Salat Id, beliau memilih melewati jalan pasar besi (al-Hadidin) dan pada saat kembali ke rumah memilih jalan pasar sendal-sepatu (al-Khizdain).
Tujuannya tidak ada lain terkecuali supaya Rasulullah bisa bertemu dan menyapa para sahabatnya yang tersebar di lorong-lorong Kota Madinah.
Beliau sapa para sahabatnya dengan kalimat penghormatan dan ucapan selamat Lebaran: "Taqabbalallahu minna ma minkum."
Begitulah jiwa sosial dan keakraban Rasulullah Saw dengan para sahabat yang patut diteladani oleh ummatnya.
Kaum muslimin dan muslimat,
Termasuk kebiasaan Rasulullah Saw adalah menyapa para kaum Hawa dengan sangat humanis.
Beliau berkata: "Ayo bersedekah!" Dalam sebuah riwayat beliau berkelakar: bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah kaum perempuan.
Konon tatkala beliau berkata demikian raut muka kaum Hawa terlihat ketakutan.
Maka disambung lagi oleh Rasulullah: "Ayo bersedekah" Tentu saja karena sedekah dapat menyelamatkan manusia dari siksa kubur dan neraka.
Para kaum Hawa sahabat Nabi gembira dengan cara Nabi menyapa mereka.
Dalam penjelasan Kitab Zaad al-Ma'aad disebutkan bahwa para kaum hawa terbiasa mengeluarkan sedekah di hadapan Nabi setelah selesai Salat Id.
Demikianlah kebiasaan Nabi Muhammad di dalam merayakan Lebaran Idul Fitri dengan penuh kesederhanaan dan keakraban, tanpa berlebih-lebihan. Semoga kita semua bisa meniru kebiasaan baik ini.
Akhirnya, marilah kita bersama-sama memohon kepada Allah Swt, semoga kita dimasukkan ke dalam golongan orang orang yang beruntung.
Minal aidin wal faizin. Taqabbalallah minna wa minkum. Amiin Ya Rabbal 'alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
Khutbah ke-2
الله اكبر الله اكبر الله اكبر، الله اكبر الله اكبر الله اكبر، الله اكبر، لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر ولله الحمد
الحمد لله رب العالمين، يُحمد في السراء والضراء، وفي العافية والبلاء، ولا يُحمد على كل حال سواه
اشهد ان لا اله الا الله وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، وصلى الله وسلم على نبيه محمد ابن عبد الله وعلى اله واصحابه اما بعد
فَيَا اَيُّهَاالْمُومِنُوْنَ وَالْمُومِنَاتِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَي اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
واعلموا ان الله وملاءكته صلوا على النبي قديما كقوله تعالى ان الله وملاءكته يصلون على النبي. يا ايها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما
اللهم صل على محمد واله وصحبه اجمعين وسلم تسليما
اللهم بارك لنا فيما آتيتنا، واجعله عوناً لنا على طاعتك، اللهم إنا نسألك فعل الخيرات وترك المنكرات، وحب المساكين، اللهم ارزقنا حبك وحب كل عمل يقربنا إليك. واغفر لنا ذنوبنا واخواننا الذين سبقونا بالايمان يا ارحم الراحين
عباد الله ان الله ياءمر بالعدل والاحسان وايتاء ذي القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر. ولذكر الله اكبر
(Tribunnews.com/Sri Juliati)