Survey: Gen Z Cenderung Mengalami Isu Mental Health dan Insecure Saat Bekerja
Generasi Z atau dikenal sebagai Gen Z saat ini kian banyak mendapatkan sorotan, karena keunikan karakter, pola pikir hingga sikap mereka.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Anita K Wardhani
Gen Z dianggap sebagai generasi yang banyak membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain.
Pikiran generasi ini dipenuhi kekhawatiran terhadap banyak hal.
"Ia melihat di social media kalau teman-temannya lagi traveling misalnya, lalu bisa melihat mereka punya lifestyle yang beda, itu juga menjadi pressure buat generasi Z ini. Dan mereka juga kadang-kadang worry mengenai kehidupan mereka hari ini dan besok," tutur Wulan.
Wulan menegaskan bahwa generasi satu ini bahkan bisa dianggap 'banyak menuntut sebelum memulai pekerjaan'.
Hal ini salah satunya dipengaruhi apa ya yang mereka lihat di media sosial.
"Jadi banyak sekali hal-hal yang sebenarnya mereka sudah mulai concern, padahal baru mau memulai kerja. Dan itu semua disebabkan oleh connection information dari social media," kata Wulan.
Lalu apa yang bisa dilakukan perusahaan untuk bisa membantu Gen Z dalam menghadapi pressure itu?
Dalam survey yang dilakukan pihaknya, 53 persen menilai bahwa pemberian manfaat kesehatan dari perusahaan terhadap keluarganya sangat penting.
Menurut kelompok usia ini, tentu saja ini akan membantu dalam mengurangi beban yang menjadi fokus mereka.
"Dari hasil surveynya kita itu, banyak yang melihat bahwa 53 persen di antara mereka merasa bahwa kalau perusahaan itu memberikan semacam benefit dan juga bisa membantu keluarganya mereka, anak-anak mereka, ayah ibunya, itu juga sangat membantu concern mereka," tutur Wulan.
Sedangkan mereka yang berharap perusahaan dapat concern dengan isu mental health mencapai angka 46 persen.
"Bahkan 46 persen dari mereka sangat terbuka dengan kalau bisa perusahaan memberikan alternative mental health therapies," jelas Wulan.
Solusi ini bisa dilakukan dalam bentuk memberikan layanan konsultasi dengan Psikolog terkait kesehatan mental mereka selama bekerja.
"Apakah itu bicara dengan Psikolog atau diskusi dengan ahli tertentu mengenai mental healthnya mereka," papar Wulan.