Mengunjungi Lenin dan Stalin, Eh Ketemu Juga dengan Gandhi
Di sela-sela acara Brics+ Fashion Summit di Moskow, Rusia, Tribun Network,mengunjungi Moscow Museum of Modern Art.
Penulis: Dahlan Dahi
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribun Network, Dahlan Dahi, dari Moskow
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - IDEOLOGI membantu kita memahami dunia dan mengelolanya. Teknologi adalah cara, bukan ideologi itu sendiri.
Tatanan dunia yang kita nikmati saat ini pondasinya ideologi. Teknologi membuatnya lebih efisien dan lebih efektif.
Dengan pemahaman itulah, di sela-sela acara Brics+ Fashion Summit di Moskow, Rusia, saya mengunjungi Moscow Museum of Modern Art.
Museum ini memajang lukisan serta sketsa Vladimir Lenin dan Joseph Stalin.
Dua tokoh ini membentuk Rusia yang kita lihat hari ini. Rusia yang mengelola dunia dengan cara berbeda dari Amerika Serikat dan Eropa.
"Guru" Lenin dan Stalin adalah Karl Marx, seorang Jerman. Maoisme, ideologi komunisme China, berakar dari sana.
Dalam dinamika sosial, ekonomi, dan politik dunia, Rusia dan China sering bersahabat berhadapan dengan rekan-rekan Eropa dan Amerika Serikat. Sampai hari ini.
Tapi, bagaimana pun, baik Rusia, China, Eropa, maupun Amerika Serikat --dan kita semua-- memakai handphone, revolusi yang dipelopori Steve Jobs ketika mampu meletakan "komputer dalam genggaman" dan membuatnya terhubung dengan internet.
Handphone tidak mengenal Karl Marx, Lenin, Stalin --ataupun Adam Smith, filsuf Skotlandia yang dianggap sebagai "bapak kapitalisme".
*
KUNJUNGAN ke Museum, juga ke Kremlin dan gedung teater Rusia yang terkenal, Bolshoi, difasilitasi pemerintah Moskow, organizer dari Brics+ Fashion Summit, kegiatan yang sejatinya mempertemukan pelaku industri fashion dari lebih 60 negara Asia, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin.
Moskow sedang diselimuti salju siang itu jam 11. Suhu di luar minus -4, kadang drop ke -5.
Salju masih menutupi sebagian halaman museum. Beberapa patung menyambut setiap tamu. Kami tiba lebih cepat. Museum buka jam 12 siang.
Pengelola kantin di museum dua lantai itu baru saja siap. Ia, seorang wanita muda, terlihat membersihkan mesin kopi, mempersiapkan gelas.
Di depannya terletak perpustakan kecil. Saya melihat koleksi untuk anak-anak.
Lewat perpustakaan kecil itulah, lewat buku, lewat museum, "pesan" diteruskan turun temurun.
Koleksi lukisan terletak di lantai dua. Memajang belasan lukisan dan sketsa di dinding, setelah mengitarinya sekitar 30 menit, inilah kesan saya: lukisan dan sketsa itu berusaha meletakan kondisi sosial-ekonomi Rusia saat itu dan para tokoh, para pahlawan.
Sebelum masuk ke ruang utama, saya berhenti agak lama di depan lukisan Mahatma Gandhi dan Jawaharlal Nehru.
Rekan India di belakang saya langsung berteriak. "Nehru seorang sosialis tapi tidak ikut blok komunis atau kapitalis. Non-allignment," katanya.
Ya, seperti Soekarno. Keduanya adalah tokoh utama gerakan Non Blok.
Nama lengkap Gandhi adalah Mohandas Karamchand Gandhi. Nama "Mahatma" (bahasa Sansekerta) yang berarti "jiwa agung" disematkan kepadanya di Afrika Selatan.
Gandhi menginspirasi tokoh-tokoh dunia lain seperti Nelson Mandela dan Marthin Luther King.
Dari Mandela dunia belajar tentang keteguhan dalam prinsip perjuangan politik. Ketika ia dipenjara karena perlawanannya yang sengit pada politik apartheid, Mandela berkata, "Kalian bisa memenjarakan saya, tidak jiwa dan pikiran saya".
Selama 27 tahun Mandela dipenjara sebelum akhirnya menjadi pemimpin Afrika Selatan dan simbol perlawanan terhadap politik yang memberikan perlakuan diskriminatif karena perbedaan ras dan warna kulit.
Baca juga: Tekad Rusia Mengurangi Dominasi Amerika Serikat dan Eropa, Fashion Show di Tengah Perang
Gandhi dan Luther Martin King meninggal karena apa yang diyakini. Keduanya ditembak.
Memasuki ruang dalam, ketemulah "kamar Lenin", lalu "kamar Stalin".
Lenin adalah tokoh utama Revolusi Oktober, 1917. Revolusi ini simbol kemenangan "rakyat", kaum buruh, kaum Bolshevik.
Kelompok sosialis ini dikenal garis keras, yang percaya bahwa kemenangan harus direbut, bahkan dengan menggunakan senjata.
Stalin bahkan menggunakan uang rampokan untuk perjuangan Bolshevik.
Bersama Lenin, Rusia menuju komunisme.
Stalin melanjutkan Lenin. Dia memerintah pada periode yang krusial, menjelang, pada saat, dan setelah Perang Dunia II. Rusia hari ini adalah Rusia dari kepemimpinan Stalin.
Tahun 1941, tentara Nazi Jerman menyerbu Rusia. Stalin kaget, seolah tak percaya, orang yang sangat dipercayainya, Adolf Hitler, menikamnya dari belakang.
Stalin tidak percaya siapapun, kecuali Hitler. Kepercayaan ini rupanya menjadi kesalahan terbesar.
Ketika Jerman menyerang, Stalin sempat kalang kabut. Perlahan, Stalin membangun perlawanan, dan berhasil memukul mundur Nazi.
Jerman menangkap Jakov, putra Stalin, di medan perang. Hitler menekan Stalin. Tapi pemimpin Rusia ini tidak bergeming: Ia mengorbankan anaknya demi bangsanya. Jakov tewas.
Tentara Merah akhirnya merebut Berlin, Jerman.
Prestasi ini meletakan Rusia --juga Amerika Serikat dan Inggris-- sebagai pemain utama politik global sejak Perang Dunia II.
Eropa dibagi dua, Timur dan Barat. Jerman dibagi dua, Timur dan Barat.
Saya tanya warga Moskow, seorang anak muda, yang memandu kami, tentang Stalin.
Ia menarik napas panjang sebelum menjawab.
"Kontroversial," katanya. "Stalin membunuh banyak musuh politiknya. Melakukan pembersihan etnis.
Sebagian menganggap Stalin pahlawan karena mengalahkan Jerman."
Tidak terasa. saya sampai di ujung. Tangga turun terlihat di depan, menuju lobi dan pintu keluar.
Saya tidak menemukan lukisan tentang Yeltsin, Gorbachev, dan juga tentang Vladimir Putin, pemimpin Rusia saat ini.
Di luar museum, saya membuka handphone. Saya membaca berita perang Rusia-Ukraina (yang didukung Amerika Serikat, Inggris, dan sekutu Eropa lainnya).
Perang belum selesai.*