Orang Indonesia Malas Menikah Jadi Masalah Serius BKKBN Segera Lakukan Penanganan
Angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan drastis selama satu dekade terakhir. Kepala BKKBN menganggap ini merupakan masalah yang serius.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan drastis selama satu dekade terakhir.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional(BKKBN), Dokter Hasto membenarkan adanya penurunan angka pernikahan di Indonesia.
Baca juga: Kepala BKKBN: Program Makan Siang Gratis Harus Dimodifikasi Agar Efektif Cegah Stunting
Namun penurunan terjadi hanya mereka yang tercatat di SIMKAH(Surat Informasi Manajemen Menikah). Atau artinya hanya pernikahan muslim saja yang tercatat.
Jika ditambah dengan pernikahan non-muslim angka penurunannya bertambah dari 1.544.571 menjadi kira-kira 1,7 juta.
"Sekali lagi masih lebih rendah dari sesungguhnya karena hanya yang tercatat di KUA dan ini masih bertambah yang nikah non-muslim jadi tidak 1,5 juta bisa jadi kira-kira 1,7 juta yang menikah," ujar Dokter Hasto saat 'Media Gathering' dengan tajuk 'Strategi Indonesia Turunkan Stunting' di Yogyakarta, Jumat(8/3/2024) malam.
Baca juga: Sama Seperti Jepang, Masyarakat Indonesia Semakin Malas Menikah, Ada Apa?
Menurur Dokter Hasto persoalan penurunan angka pernikahan di Indonesia merupakan masalah yang serius.
Karena itu BKKBN katanya akan segera memetakan angka pernikahan masing-masing wilayah di seluruh Indonesia.
"Pertama BKKBN akan memetakan prosentase pernikahan di masing masing wilahah mana sih prosentase terbesar karena ini mendukung TFR agar pertumbuhan penduduk seimbang. Tidak kemudian dengan kebijakan yang sama lihat masing-masing provinsi dan kita anggap ini serius karena terkait total fertility rate," ujar Dokter Hasto.
Kata Hasto fenomena menurunnya angka pernikahan di Indonesia berbeda dengan yang terjadi di Jepang.
Sebab kata dia mayoritas orang Indonesia menikah atas alasan prograsi atau ingin hamil.
"Bangsa kita prograsi naluri perempuan menikah karena ingin hamil ada juga alasan sekuriti bahkan rekreasi. Di Jepang perempuan dicintai sepenuhnya suami meski enggak punya anak," kata Hasto.(Willy Widianto)