Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soal Pembentukan Sekber Gerindra-PKB, Pengamat: Prabowo Belajar dari Kekalahan Pilpres 2014 dan 2019

Pengamat menilai pembentukan Sekber Koalisi Gerindra-PKB merupakan bentuk Prabowo yang belajar dari kekalahan Pilpres tahun 2014 dan 2019.

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Miftah
zoom-in Soal Pembentukan Sekber Gerindra-PKB, Pengamat: Prabowo Belajar dari Kekalahan Pilpres 2014 dan 2019
Kompas.com/Istimewa
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan sambutan dalam agenda “PKB Road To Election 2024” di Senayan, Jakarta, Minggu (30/10/2022) siang. Berikut pandangan pengamat soal Pembentukan Sekber Gerindra-PKB. 

TRIBUNNEWS.COM - Peneliti Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro memberikan pandangannya soal pembentukan Sekretariat Bersama (Sekber) koalisi Partai Gerindra-PKB.

Ia menilai langkah tersebut sebagai bentuk ikhtiar kedua partai tersebut untuk semakin memantapkan langkah menuju Pemilihan Presiden tahun 2024.

"Pembentukan dari sekretariat bersama tersebut juga dapat dilihat sebagai cara agar kerja sama politik kedua partai itu lebih terkonsolidasi dengan baik ke depan hingga hari H Pemilihan Presiden 2024," ucap Bawono kepada Tribunnews.com, Selasa (1/11/2022).

Bawono juga melihat, pembentukan sekretariat bersama boleh jadi ditujukan untuk mulai menggaungkan secara luas gagasan duet Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar sebagai pasangan calon akan diusung oleh koalisi kedua partai tersebut.

Gagasan untuk menduetkan Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar menarik untuk dicermati.

Hal itu bisa dilihat sebagai bagian dari ikhtiar politik koalisi Partai Gerindra dan PKB dalam rangka memperluas dukungan basis massa pemilih Muslim terutama dari kalangan Nahdatul Ulama.

Baca juga: Tentukan Langkah Politik di Pilpres, Sandiaga Bakal Temui Prabowo

Selama ini, dalam dua pemilu terdahulu Prabowo seringkali dilekatkan dengan dukungan kelompok-kelompok Muslim konservatif seperti FPI.

Berita Rekomendasi

"Koalisi ini kelihatan sangat belajar dari kekalahan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden 2014 dan 2019 sangat penting untuk bisa memperkuat dukungan basis massa pemilih Muslim tradisional Nahdatul Ulama notabene organisasi keagamaan paling besar di Indonesia," tegas Bawono.

Bawono melanjutkan, terlihat keinginan Partai Gerindra memperkuat dukungan basis massa pemilih Muslim tradisional dari Nahdatul Ulama.

Bagi Prabowo di dalam pemilihan presiden mendatang memang telah terlihat sejak beberapa bulan lalu saat Partai Gerindra memutuskan untuk menggandeng PKB dalam satu barisan koalisi.

Menggandeng PKB sebagai mitra bagi koalisi merupakan langkah strategis Partai Gerindra untuk meningkatkan potensi keterpilihan Prabowo di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Baca juga: Pengamat Nilai Kiprah Erick Thohir Bisa Jadi Daya Tarik Elektoral Bagi Prabowo

Sebagaimana diketahui, Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan dua provinsi di pulau Jawa dengan dukungan rendah terhadap Prabowo dalam dua pemilu terdahulu.

Sementara itu PKB merupakan partai dengan basis pemilih kuat di kedua provinsi tersebut.

"Memperkuat dukungan pemilih di Jawa Tengah dan Jawa Timur sekaligus juga dukungan basis massa pemilih Muslim tradisional merupakan langkah politik strategis dalam rangka memenangkan Prabowo Subianto di dalam pemilihan presiden mendatang," tandas Bawono.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas