Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Beberapa Alasan Gerindra dan Prabowo Subianto Akan Rugi Jika Tinggalkan PKB, Menurut Median

Menurut direktur riset Media survei Nasional (Median) Ade Irfan ada beberapa alasan mengapa Gerindra dan Prabowo berpotensi rugi jika meninggalkan PKB

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Beberapa Alasan Gerindra dan Prabowo Subianto Akan Rugi Jika Tinggalkan PKB, Menurut Median
Tribunnews/JEPRIMA
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersama Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar saat menunjukkan naskah kerjasama pada Rapimnas Gerindra di SICC, Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (13/8/2022). Partai Gerindra dan PKB secara resmi menyatakan berkoalisi untuk pemilu 2024. Menurut direktur riset Media survei Nasional (Median) Ade Irfan, ada beberapa alasan mengapa Gerindra dan Prabowo berpotensi rugi jika meninggalkan PKB. /Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Munculnya wacana agar Partai Gerindra meninggalkan koalisi bersama PKB, seiring adanya opsi menduetkan Prabowo dengan tokoh lain dalam Pilpres 2024 mendatang, dianggap akan berdampak buruk bagi Partai Gerindra dan juga Prabowo sebagai capresnya.

Menurut direktur riset Media survei Nasional (Median) Ade Irfan, ada beberapa alasan mengapa Gerindra dan Prabowo berpotensi rugi jika meninggalkan PKB

"Alasan pertama, bila berganti koalisi dengan selain PKB pun tidak ada jaminan koalisi akan awet. Sehingga ketika tidak solid, belum tentu keinginan Prabowo untuk nyapres akan lengkap tiketnya," katanya, dalam keterangan tertulis, Selasa (27/12). 

Alasan kedua menurut Ade, jika meninggalkan PKB, maka Gerindra dan Prabowo akan kehilangan potensi dukungan dari kalangan Nahdliyin. 

" PKB dan Muhaimin Iskandar kita tahu merupakan representasi warga Nahdiyin, meninggalkan keduanya berarti meninggalkan basis massa besar yang dibutuhkan untuk melawan kompetitor lainnya," sebutnya. 

Alasan ketiga, menurutnya adanya tren kenaikan suara PKB dan makin membesar.

Hal itu tambahnya, merupakan basis massa yang sayang untuk ditinggalkan. 

Berita Rekomendasi

"Jadi potensi suara yang cukup besar dengan tren terus naik itu, akan lebih baik jika segera digerakan, bukan malah ditinggalkan," pungkasnya.

Wacana Anies-Cak Imin Menguat, Pengamat: Harusnya Prabowo Segera Ikat Cak Imin

Wacana menduetkan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dengan Anies Baswedan menguat.

Isu tersebut mencuat setelah Wakil Ketua Umum Bidang Pemenangan Pemilu DPP PKB Jazilul Fawaid mengungkapkan bahwa partainya membuka kemungkinan berkoalisi dengan Partai NasDem.

Pengamat politik Ali Rifan mengatakan manuver PKB yang hendak berlabuh ke Koalisi Perubahan merupakan pilihan alternatif yang realistis, mengingat koalisi Gerindra-PKB hingga saat ini belum ada kejelasan soal capres-cawapresnya.

 "Ya, manuver PKB pilihan yang realistis. Koalisi Gerindra-PKB kan hingga saat ini belum ada kejelasan kapan capres-cawapres akan diumumukan," kata Ali Rifan, Senin (26/12/2022).

Baca juga: LSI Denny JA: Prabowo Subianto Dilema Gara-gara PKB Bersikukuh Cak Imin Cawapres

Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia tersebut menilai Prabowo harusnya segera mengikat Cak Imin jadi Cawapres 2024.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas