Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PBB: Banyak Orang Gila Muncul Karena Caleg Gagal Terpilih Akibat Proposional Terbuka

Sekjen PBB Afriansyah Noor menegaskan pihaknya tetap mendorong mahkamah konstitusi (MK) agar Pemilu 2024 menggunakan sistem proposional tertutup.

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Adi Suhendi
zoom-in PBB: Banyak Orang Gila Muncul Karena Caleg Gagal Terpilih Akibat Proposional Terbuka
TRIBUNNEWS/IMANUEL NICOLAS MANAFE
Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra (kiri) saat melakukan wawancara dengan Sekretaris Jenderal Partai Bulan Bintang Afriansyah Noor (kanan) di Studio Tribun Network, Jakarta, Selasa (31/1/2023). TRIBUNNEWS/NICO MANAFE 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fersianus Waku

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Partai Bulan Bintang (PBB) Afriansyah Noor menegaskan pihaknya tetap mendorong mahkamah konstitusi (MK) agar Pemilu 2024 menggunakan sistem proposional tertutup.

Menurut Afriansyah, sistem proposional terbuka yang digunakan saat ini membuat sejumlah orang jadi gila karena tak lolos saat mencalonkan diri sebagai anggota legislatif (Caleg).

"Di zaman terbuka ini banyak orang-orang gila yang muncul karena gagal jadi caleg," kata Afriansyah saat wawancara eksklusif dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di kantor Tribun Network, Jakarta Pusat, Selasa (31/1/2023).

Afriansyah memberi contoh beberapa kasus seperti ada Caleg yang menyumbang keramik hingga seng atap lalu dibongkar.

"Mas Febby pernah lihat? (Ada Caleg) sudah nyumbang mesjid, sumbang keramik, nyumbang seng atap, nyuruh bongkar. Pernah kan? Ini adalah sistem terbuka sehingga polarisasi uang itu luar biasa," ujarnya.

Baca juga: KASN Ungkap Banyak ASN Umur 50 Tahun ke Atas Tidak Netral dalam Pemilu, Modusnya Kampanye di Medsos

Afriansyah menuturkan sistem Pemilu proposional terbuka juga memakan biaya yang cukup tinggi.

BERITA REKOMENDASI

"Sesama Dapil (daerah pemilihan) itu misalkan kursi yang diperebutkan lima, itu lima-limanya ini bertarung keras bagaimana supaya mereka dapat suara terbanyak dari partai yang sama," ucap dia.

Selain itu, ia mengungkapkan jika melalui sistem Pemilu proposional terbuka bahwa nomor urut tidak menjadi patokan karena sistem suara terbanyak.

Baca juga: DKPP akan Sidangkan Kasus Aduan Pelanggaran dari Koalisi Pemilu Bersih Awal Februari

"Partai pun diabaikan, otomatis kan orang akan mensosialisasikan dirinya. Pak Febby, nomor satu, Pak Afriansyah Feri nomor dua. Nah mensosialisasikan dirinya," ungkap Afriansyah.

Afriansyah menjelaskan dengan mensosialisasikan dirinya, maka program partai tidak berjalan.

Bahkan, sejumlah spanduk yang terpampang hanya mensosialisasikan individu Caleg, bukan program partai.

"Nah ini timbullah persoalan, sudah biaya tinggi, kemudian mekanisme itu yang kita lakukan dalam rangka memperebutkan lima kursi tadi di Dapil yang sama berebut, tentunya ini membuat hal yang tidak baik," jelasnya.

Baca juga: Demokrat Soal Koalisi Perubahan: Walau Cuma Bertiga Kami Punya Peluang Besar Menangi Pemilu 2024

Lebih lanjut, Afriansyah menambahkan jika sistem Pemilu proposional terbuka juga menimbulkan pragmatisme di kalangan masyarakat.

"Masyarakat akhirnya pragmatisme, timbullah keinginan masyarakat 'siapa yang punya uang kita pilih'," tuturnya.

Ia menuturkan Caleg yang memiliki dana yang banyak melakukan sosialisasi ke masyarakat lalu bawa sesuatu dan akan tandai dan catat oleh masyarakat.

"Nah caleg yang potensial artinya punya nama tapi tidak punya uang turun ke bawah model saya ini mungkin tidak laku," tegas Afriansyah.

Afriansyah juga menjelaskan jika Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menganggarkan sekitar 70 triliun untuk Pemilu 2024, sementara saat proporsional tertutup sebelumnya anggaran hanya sekitar 20 sampai 22 triliun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas