Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soal Koalisi Indonesia Raya Bersatu, Pengamat Nilai Sebaiknya Tanpa PDIP

Jamaluddin menyarankan sebaiknya koalisi besar tersebut tidak melibatkan PDI Perjuangan agar Pemilu 2024 tetap memiliki tiga pasang capres.

Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Soal Koalisi Indonesia Raya Bersatu, Pengamat Nilai Sebaiknya Tanpa PDIP
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo didampingi Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, dan Plt Ketua Umum PPP, Mardiono memberikan keterangan pers usai menghadiri "Silaturahmi Ramadan" di Gedung DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Jakarta Selatan, Minggu (2/4/2023). PAN menyelenggarakan "Silaturahmi Ramadan" bersama parpol koalisi Pemerintahan untuk membicarakan hal yang berkaitan dengan komitmen kebangsaan dan juga keberlanjutan pembangunan ke depan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga menilai peluang bergabungnya KIB dan KIR menjadi Koalisi Indonesia Raya Bersatu sangat terbuka lebar pascasilaturahmi antarketua umum partai politik pendukung pemerintah di DPP PAN, Minggu (2/4/2023).

Jika hal itu terwujud, Jamaluddin menyarankan sebaiknya koalisi besar tersebut tidak melibatkan PDI Perjuangan agar Pemilu 2024 tetap memiliki tiga pasang capres dan cawapres.

“Koalisi besar tersebut diharapkan tidak melibatkan PDIP. Kalau ini terwujud, maka pada Pilpres 2024 diharapkan tetap ada tiga pasangan capres yang maju,” ujar Jamiluddin saat dihubungi, Senin (3/4/2023).

Menurut dia, nantinya PDI Perjuangan mau tidak mau harus mengusung capres dan cawapres sendiri.

Hal ini demi mencegah keterbelahan di Pemilu 2024.

“Dengan begitu, akan ada pasangan capres dari koalisi besar, PDIP, dan Koalisi Perubahan. Pilihan ini diharapkan dapat meminimalkan keterbelahan di tengah masyarakat,” kata dia.

Soal isu koalisi besar tersebut, Jamiluddin mengungkapkan ada untung maupun rugi pada Pemilu 2024.

Berita Rekomendasi

Peluang terjadinya hanya dua pasang capres-cawapres semakin besar juga.

“Plusnya, pasangan capres yang diusung berpeluang hanya dua. Kalau hal ini terwujud, maka Pilpres 2024 cukup satu putaran. Pilpres satu putaran dapat menghemat anggaran. Hal ini pas di tengah APBN yang relatif berat,” kata dia.

Sementara ruginya jika Koalisi Besar ini terbentuk, akan terjadi dua pasangan.

Rakyat tidak banyak diberi alternatif pilihan.
Padahal idealnya demokrasi diharapkan memberi lebih banyak pilihan.

Apalagi masyarakat Indonesia yang begitu heterogen.

Selain itu, lanjutnya, keterbelahan akan semakin menguat di tengah masyarakat.

Padahal keterbelahan akibat Pilpres 2019 masih menguat.

“Minus lainnya, bila koalisi besar menang pada Pilpres 2024, maka dominasi partai pendukung pemerintah sangat kuat. Hal ini dapat memperlemah DPR dalam pengawasan, seperti yang terjadi saat ini. DPR praktis sangat lemah dihadapan pemerintah,” katanya.

Sebaliknya, bila Koalisi Perubahan yang menang,  DPR berpeluang sangat kuat.

Baca juga: Soal Wacana Koalisi Besar di Pilpres 2024, PDIP: Kami Terbuka Komunikasi dengan Parpol Manapun

Sebab, Koalisi besar akan mendominasi DPR, yang akan terus mengganggu pemerintah.

“Pemerintah akan terus jadi bulan-bulanan, sehingga sulit bekerja maksimal karena minimnya dukungan dari DPR,” tutur dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas