Pengamat: Waspada Manuver Sandiaga Uno Bisa Ubah Peta Koalisi
Menguatnya kedekatan Sandiaga Uno dengan salah satu elemen Koalisi Perubahan berpotensi mengganggu arah jalannya koalisi oposisi ini.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menguatnya kedekatan Sandiaga Uno dengan salah satu elemen Koalisi Perubahan berpotensi mengganggu arah jalannya koalisi oposisi ini.
Tapi rencana pembentukan Koalisi Besar juga harus hati-hati dengan kabar Sandiaga Uno.
Bukan tidak mungkin ini manuver untuk memunculkan pasangan calon Prabowo-Sandi.
Peringatan ini disampaikan pengamat politik Arifki Chaniago yang mengomentari dinamika politik koalisi belakangan ini terutama setelah Sandiaga Uno dikabarkan hengkang dari Gerindra.
Arifki berpendapat bukan tidak mungkin manuver Sandi menyebabkan bubarnya Koalisi Perubahan yang terlihat sudah solid.
Pernyataan pimpinan PKS bahwa Sandi masih masuk dalam pertimbangan sebagai salah satu kandidat bakal calon wapres bagi Anies Baswedan, bisa dibaca sebagai sinyal yang bisa merusak soliditas koalisi perubahan.
"PKS sepertinya masih mencari-cari komitmen lain dengan figur diluar KPP. Padahal ada kesepakatan di koalisi yang seharusnya dijalankan. Apalagi sudah ada penandatanganan Piagam Koalisi," ujar Arifki, Selasa (11/4/2023).
"Selain itu, meski dalam politik semuanya mungkin, sulit membayangkan Anies masih bisa memiliki chemistry dengan Sandi, setelah Sandi mengungkit-ungkit soal utang yang ternyata sudah selesai," kata Arifki lagi.
Baca juga: Demokrat Tegaskan Tidak Pernah Ada Pembahasan Mengenai Cawapres Anies Baswedan di Koalisi Perubahan
Dari lima kriteria Cawapres yang ditetapkan Anies hampir semuanya tidak dimiliki Sandi, tambah Arifki.
"Kriteria bisa menjaga soliditas koalisi, serta membantu efektivitas pemerintahan kelak, sulit dijalankan Sandi karena dia bukan pengambil keputusan dalam partai. Apalagi Sandi kabarnya sudah pamit dari Gerindra," kata Arifki menganalisa.
"Selain itu, kriteria memiliki chemistry serta sama-sama memiliki visi perubahan, juga tidak dimiliki Sandi, mengingat dia selama ini bagian dari status quo," tambah Arifki.
Arifki juga bertanya-tanya, "Pengalaman buruk kehilangan kursi cawagub DKI Jakarta dan ditinggalkan oleh Sandi dengan masuk ke kabinet Jokowi kok seperti tidak menjadi pertimbangan PKS?"
Arifki mengingatkan, "Jika ditarik bergabung, Sandi dan kekuatan logistiknya bisa mengancam soliditas Koalisi Perubahan, apalagi jika ada anggota koalisi yang tergoda.
Kalau itu terjadi Koalisi Perubahan bakal sulit memainkan narasi oposisi, yang selama ini menjadi kekuatannya", kata Arifki.
"Tapi di sisi lain, (calon) Koalisi Besar juga harus juga hati-hati," lanjut Arifki, "Bisa jadi kabar Sandi pamitan dari Gerindra dan Prabowo justru untuk mengecoh parpol-parpol yang ada di Koalisi Besar.
"Bisa jadi ia akan gerilya via PPP yang ujungnya mengupayakan munculnya pasangan calon Prabowo-Sandi," kata Arifki menganalisis.
"Ujung-ujungnya yang menang bisa saja Gerindra-Gerindra," prediksi Arifki.