Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pidato Lengkap Jokowi di Acara Puncak Musra: Pemimpin Bukan Hanya Duduk di Istana dan Tanda Tangan

Presiden Jokowi dalam pidatonya di acara Musra mengatakan bila pemimpin bukan hanya duduk di Istana dan tanda tangan.

Editor: Adi Suhendi
zoom-in Pidato Lengkap Jokowi di Acara Puncak Musra: Pemimpin Bukan Hanya Duduk di Istana dan Tanda Tangan
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat menghadiri acara Puncak Musyawarah Rakyat (Musra) Indonesia di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (14/5/2023). Dalam agenda Puncak Musra ini, Presiden Joko Widodo menerima rekomendasi nama Calon Presiden dan Wakil Presiden dari hasil Musyawarah Rakyat (Musra) Indonesia. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Dan pemberani yang berani, pemberani demi rakyat. Rakyat butuh pemimpin yang paham, yang ngerti bagaimana memajukan negara ini.

Karena pemimpin itu, harus paham dan tahu potensi serta kekuatan negara ini kekuatan bangsa ini apa, dia harus ngerti dia harus tahu.

Dan pemimpin harus tahu dan paham bagaimana memajukan negara ini dari sisi mana dan mampu memanfaatkan peluang yang ada.

Bukan rutinitas, bukan rutinitas. Bukan hanya duduk di istana, bukan hanya rutinitas, bukan duduk di sana dan tanda tangan, bukan itu. Dia harus tahu membangun strategi negara, strategi politiknya. Dia harus tahu semua.

Karena kita berhadapan dengan negara lain bersaing dengan negara lain. Kita berkompetisi dengan negara lain.

Peluang kita menjadi negara maju itu ada dalam 13 tahun ke depan. Ini disampaikan oleh para pakar dalam negeri atau luar. Kesempatan kita hanya ada di 13 tahun.

Bonus demografi kita akan muncul di tahun 2030. Dan dalam sejarah peradaban-peradaban negara yang saya lihat, kesempatannya hanya sekali dalam sejarah.

Berita Rekomendasi

Begitu kita keliru, memilih pemimpin yang tepat untuk 13 tahun ke depan, hilanglah kesempatan untuk menjadi negara maju.

Hati-hati mengenai ini. Sejarah saya pelajari, sejarah di Amerika Latin tahun 50-an, 60-an, dan 70-an mereka sudah berada di posisi negara berkembang middle income.

Tetapi sudah 50 tahun mereka tetap menjadi negara berkembang. Karena apa? Karena tidak bisa memanfaatkan peluang saat itu. Dan mengejarnya lagi sudah tidak ada kesempatan lagi.

Ini akan terjadi di negara kita. Begitu kita tidak bisa memanfaatkan waktu 13 tahun ini, ada yang namanya bonus demografi dan kita tidak bisa memanfaatkan, kita akan menjadi negara berkembang terus. Kesempatan itu tidak akan muncul dua kali dalam sejarah peradaban negara.

Oleh sebab itu, memilih pemimpin di tahun 2024 sangat krusial penting sekali harus tepat dan benar. Saya bolak-balik menyampaikan jangan grusa-grusu. Jangan tergesa-gesa, karena begitu keliru kita tidak bisa meminta kembali lagi. Nggak bisa.

Sekali lagi, dan sekarang kita tahu keadaan dunia ketidakpastian global, sampai diperkirakan sampai 5-10 tahun yang akan datang itu masih akan terjadi.

Sehingga sekali lagi nahkodanya itu harus pemberani, berani mengambil risiko untuk kepentingan negara ini untuk kepentingan bangsa ini.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas