Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketua Komisi I DPR Harap Publik Tak Emosian di Tahun Politik: Jangan Sampai Dikendalikan Medsos

Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid mengatakan bahwa pemerintah meyakini bahwa peran digital, baik media massa maupun media sosial, memiliki

Penulis: Reza Deni
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Ketua Komisi I DPR Harap Publik Tak Emosian di Tahun Politik: Jangan Sampai Dikendalikan Medsos
istimewa
Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid “Dinamika Politik dan Populisme di Indonesia” bekerjasama dengan Kementerian Kominfo, dikutip Selasa (23/5/2023). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komisi I DPR RI Meutya Viada Hafid mengatakan bahwa pemerintah meyakini bahwa peran digital, baik media massa maupun media sosial, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap informasi politik.

“Dinamika politik saat ini diwarnai dengan perkembangan digital atau media sosial, tantangannya adalah sosial media saat ini jauh lebih tajam, sebab itu perlu dicerna, dipahami dan jangan sampai dikendalikan oleh emosi," ucapnya dalam “Dinamika Politik dan Populisme di Indonesia” bekerjasama dengan Kementerian Kominfo, dikutip Selasa (23/5/2023).

Dalam fenomena digital saat ini, kata Meutya, konsumsi informasi yang tidak akurat dinilai sangat berbahaya bagi dinamika politik Indonesia.

Hal itu karena dapat menimbulkan kepanikan dan kekacauan, memecah belah masyarakat, meningkatkan diskriminasi, dan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam aktivitas politik.

Sementara itu, Andi Budiman sebagai seorang politisi mengatakan, bahwa ditengah masifnya penggunaan media digital atau sosial saat ini, algoritma media sosial menjadi tantangan yang besar bagi politik Indonesia.

“Algoritma menurut saya adalah tantangan terbesar dalam demokrasi terutama dalam konteks polarisasi politik, karena dia menghilangkan potensi untuk dialog, karena setiap orang ada di dalam echo chamber masing-masing kelompok dan sebaliknya di kelompok yang lain juga akan ditampilkan dengan informasi yang sama yang sesuai dengan kelompok tersebut, dan makin lama kita akan merasa semakin yakin bahwa apa yang diyakini adalah benar, itu berbahaya dan tidak sehat," ucapnya.

Ferry Irwandi sebagai konten kreator mengatakan bahwa, seharusnya perbedaan dalam demokrasi dianggap sebagai sesuatu yang positif.

BERITA REKOMENDASI

“Perbedaan dalam demokrasi seharusnya dianggap sebagai sesuatu yang positif, karena untuk apa demokrasi jika semua orang sama. Justru dengan mengenali perbedaan kita akan dapat menopang satu sama lain," katanya.

Selain itu, menyambut tahun politik 2024, populisme menjadi salah satu topik yang sering dibicarakan, karena populisme dianggap sebagai sebuah problematika yang dilematis didalam arah kualitas demokrasi ditengah meningkatnya perkembangan digital saat ini.

Baca juga: 50 Link Twibbon Hari Kebangkitan Nasional 2023, Lengkap dengan Cara Mudah Unggah di Media Sosial

“Populisme sebetulnya adalah salah satu cara berpolitik yang memainkan sentimen masyarakat. Apakah populisme boleh? ya boleh saja," kata dia

"Tetapi tugas kita sebagai warga negara adalah menjadi pemilih yang kritis, menjadi orang yang tidak gampang di dorong-dorong oleh sentimen, dengan milihat apa yang akan mereka kerjakan, apakah partai politik dan kandidat itu memenangi imajinasi kalian tentang masa depan," tandas Ferry.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas