Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisruh Bakal Cawapres Anies, Pengamat Sebut Koalisi Perubahan Layaknya Kawin Paksa, Ini Alasannya

Adi Prayitno mengibaratkan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) layaknya kawin paksa lantaran terkuncinya Demokrat dan PKS sebagai anti pemerintah.

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Kisruh Bakal Cawapres Anies, Pengamat Sebut Koalisi Perubahan Layaknya Kawin Paksa, Ini Alasannya
Istimewa
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno dalam diskusi daring bertajuk Nasdem masih bersama Presiden Jokowi, Kamis (20/10/2022). Adi Prayitno mengibaratkan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) layaknya kawin paksa lantaran terkuncinya Demokrat dan PKS sebagai anti pemerintah. 

TRIBUNNEWS.COM - Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengibaratkan dibentuknya Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang beranggotakan Demokrat, Nasdem, dan PKS seperti kawin paksa.

Adi pun membeberkan alasannya seperti Demokrat dan PKS melabeli sebagai partai oposisi.

Sehingga, kata Adi, ketika ada tawaran untuk bergabung ke koalisi yang beranggotakan partai pro pemerintah, Demokrat dan PKS enggan untuk bergabung karena sudah melabeli partainya sebagai oposisi.

Adapun pernyataan Adi menanggapi terkait bakal cawapres Anies Baswedan yang tidak kunjung diumumkan sehingga justru menimbulkan kisruh antara Demokrat dan Nasdem.

"Sejak awal kalau mau jujur, Koalisi Perubahan ini adalah (dibentuk) terpaksa karena sudah tidak ada opsi-opsi untuk pindah ke lain hati."

"Demokrat itu sudah menyatakan dirinya sebagai kelompok oposisi yang anti Jokowi. Begitupun dengan PKS yang rasa-rasanya memang iman politiknya bergabung dengan pemerintah," ujarnya pada kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored dikutip, Minggu (11/6/2023).

Baca juga: Demokrat Sodorkan 9 Nama Pendamping Anies, Bantah Tudingan Paksa Pilih AHY Jadi Cawapres

Alhasil, Adi pun menganggap keputusan-keputusan politik yang dibuat oleh KPP 'tidak menyentuh tanah'.

BERITA REKOMENDASI

Dia pun mengambil contoh terkait kandidat cawapres yang dianggap olehnya tidak nyaman jika berdampingan dengan Anies tetapi tetap dimunculkan.

"Idealnya, Anies misalnya mencari cawapres yang overall mampu memenuhi kriteria yang sudah dibangun. Padahal kalau kita hitung rata-rata, sekian nama yang dimunculkan (sebagai cawapres) oleh Nasdem dan Anies adalah mereka-mereka yang sangat kelihatan tidak mau menjadi pendamping Anies," jelasnya.

Secara spesifik, Adi pun mencontohkan bahwa Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawangsa sebenarnya tidak mau dan tak nyaman ketika dikaitkan dengan pencawapresan bersama Anies.

Selain itu, sambungnya, banyak tokoh lain yang enggan untuk berdampingan dengan Anies seperti mantan Panglima TNI, Andika Perkasa; Menko Polhukam, Mahfud MD; hingga Menparekraf, Sandiaga Uno yang sejatinya juga pernah bersama Anies saat menjadi orang nomor satu dan dua di DKI Jakarta.

Baca juga: Duduk Perkara NasDem vs Demokrat, Saling Serang soal Cawapres Anies, Buntut Elektabilitas Jeblok

Dengan deretan penolakan tersebut, Adi pun menyarankan bahwa hal paling realistis yang harus diambil oleh KPP untuk menjadi cawapres Anies adalah Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).


"Jadi satu-satunya (cawapres Anies) sebenarnya, secara realistis, supaya yang ideal dari poros Perubahan ini, kakinya nyentuh ke tanah adalah AHY."

"Tanpa AHY, poros ini nggak bisa maju. Jadi kadang Nasdem dan Anies ini agak kurang sadar bahwa untuk nyalon presiden 2024 ini harus menggenapi ambang batas presiden 20 persen. Ini kan kutukan politik yang nggak gampang," jelasnya.

Sehingga, Adi menilai jika AHY tidak disandingkan sebagai cawapres, maka pencalonan Anies sebagai capres di 2024 langsung berakhir.

Saling Tuding Demokrat-Nasdem soal Cawapres Anies

Ketua Bappilu DPP Partai Demokrat, Andi Arief (kiri) dan Waketum Partai Nasdem, Ahmad Ali (kanan).
Ketua Bappilu DPP Partai Demokrat, Andi Arief (kiri) dan Waketum Partai Nasdem, Ahmad Ali (kanan). (Kolase Tribunnews.com)

Seperti diketahui, Wakil Ketua Umum Partai Nasdem, Ahmad Ali sempat  menuding bahwa Demokrat mengancam bakal hengkang dari KPP jika AHY tidak dipilih menjadi cawapres Anies.

“Sebenarnya berterus terang saja, kalau bukan AHY jadi wakil mau mundur. Bilang saja begitu,” ujar Ali.

Ia mengatakan, jika Demokrat tidak berniat demikian, maka seharusnya partai berlambang mercy itu bisa mensosialisasikan Anies sebagai bakal calon presiden (capres) sejak saat ini.

Ali mengklaim tak banyak melihat materi sosialisasi atau baliho Partai Demokrat yang berisi foto Anies.

“Terus terang saya belum pernah melihat baliho Partai Demokrat, kader Partai Demokrat memasang foto Anies, kecuali fotonya AHY,” katanya.

Baca juga: Demokrat-NasDem Memanas, Mahfud MD Pernah Ingatkan Koalisi Anies Kompak Agar Tidak Dijegal Internal

Tudingan tersebut pun dibalas oleh Ketua Bappilu DPP Partai Demokrat, Andi Arief melalui sebuah cuitan di akun Twitter pribadinya, @Andiarief pada Jumat (9/6/2023).

Dirinya menganggap tudingan Ali tersebut terkesan tidak rela jika yang mendampingi Anies sebagai cawapres adalah AHY.

Andi pun balik bertanya ke NasDem apakah akan keluar dari KPP jika Anies memilih AHY.

"Menurut Mat Ali (Ahmad Ali) gertakan Demokrat hanya untuk memaksakan AHY menjadi bakal cawapres Anies dan akan cabut dari koalisi bisa membuat kita berbalik tanya pada beliau. Jika Anies memilih AHY apakah Nasdem akan cabut dari koalisi?" tulis Andi Arief.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Hasanudin Aco)

Artikel lain terkait Pilpres 2024

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas