Soal Tawaran Cawapres, Yenny Wahid akan Ziarah ke Makam Gus Dur: Nunggu Petunjuk Bapak
Soal tawaran menjadi cawapres, Yenny Wahid mengaku masih akan memikirkannya.
Penulis: Rifqah
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Putri presiden keempat Indonesia, Abdurahman Wahid atau Gus Dur, yakni Yenny Wahid mengatakan masih perlu berkomunikasi sebelum mengambil keputusan soal posisi calon wakil presiden (cawapres).
Yenny mengatakan, semua bakal calon presiden (bacapres), mulai dari Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan memiliki kedekatan khusus dengannya.
Bagi Yenny, ketiganya memiliki kedekatan dan hubungan baik dengan keluarga besar Gus Dur.
"Kalau soal kedekatan pribadi, semuanya dekat secara pribadi," ungkapnya, dikutip dari YouTube Kompas TV, Rabu (23/8/2023).
"Namun, kalau secara politik, tentu harus melakukan komunikasi-komunikasi dahulu untuk melakukan olah pikiran secara rasional," sambungnya.
Kemudian, mengenai bacawapres, Yenny masih akan memikirkan hal itu sambil mencari petunjuk.
Baca juga: Saat Gibran Sebut Yenny Wahid Usil di Kopdarnas PSI: Beliau Agak Usil
Ia pun berencana untuk berziarah ke makam sang ayah, Gus Dur.
"Saya selalu punya mekanisme spiritual, Jadi saya akan ke makam Bapak saya dulu, ke makam Gus Dur, nunggu petunjuk. Kalau orang lain bilang kan menunggu petunjuk bapak, nah saya juga menunggu petunjuk bapak yaitu bapak saya sendiri" ujar Yenny.
Yenny Wahid Klaim Ada Tawaran Dirinya Dampingi Ganjar Pranowo
Yenny mengklaim dirinya mendapat tawaran menjadi pendamping Ganjar Pranowo di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Sebelumnya, Ganjar diketahui berkunjung ke kediaman istri almarhum Gus Dur, yakni Sinta Nuriyah di Jakarta Selatan pada Minggu (13/8/2023) lalu.
"Terkait apa? (Kunjungan Ganjar) Menurut saya pasti terkait dengan Pilpres," kata Yenny di kantor Kemenpora, Jakarta, Selasa (22/8/2023).
Kemudian mengenai penawaran menjadi pendamping Ganjar itu, Yenny tak membantahnya.
"Ada permintaan, pastinya," jelasnya.
Kendati demikian, Yenny Wahid menegaskan, bahwa pertemuan tersebut tidak bicara politik praktis.
"Kita nggak bicara politik praktis waktu itu karena di depan ibu saya, kalau di depan ibu saya kita tidak bicara politik praktis."
"Pasti suasana kemasyarakatan, politik kebangsaan, jadi nggak ada bicara soal politik praktis," tutupnya.
(Tribunnews.com/Rifqah/Rahmat Fajar Nugraha)