Surya Paloh Bantah Tudingan Tolak AHY sebagai Cawapres, Sebut Anies Masih Pikir-pikir
Surya Paloh bantah soal isu dirinya dikatakan menolak AHY Cawapres hingga buat Anies Baswedan tak kunjung mengumumkan sosok pendamping pilihannya.
Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Tiara Shelavie
Namun, Syarief mengaku tak mengetahui alasan Partai NasDem menolak nama AHY.
"Tanya sama NasDem, dong. Kita belum mendapat penjelasan yang utuh tentang itu," kata Syarief di kawasan Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Kamis (24/8/2023) dikutip dari WartaKotaLive.com.
Untuk itu, pihaknya terus mendorong agar Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) segera mengumumkan sosok Cawapresnya.
Menurut Syarief, penundaan pengumuman sosok Cawapres Anies Baswedan akan merugikan partainya.
Apalagi, elektabilitas Anies Baswedan menjadi terus turun.
Awalnya, Anies Baswedan berencana mengumumkan sosok Cawapresnya pada 17 Agustus 2023.
Namun, rencana tersebut batal karena adanya pertimbangan taktis-politis.
Dijelaskannya, ada sejumlah nama yang santer menjadi Cawapres Anies.
Mereka adalah AHY, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa; Putri Presiden Indonesia ke-4 Abdurrahman Wahid alis Gus Dur, Yenny Wahid hingga eks Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Baca juga: Anies Baswedan: Saya Minta Bapak Ibu Tidak Gunakan Hoaks Menilai Saya
Demokrat Sebut Tak Ada Waktu Menunggu
Partai Demokrat menegaskan koalisi Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) memasuki fase kepastian untuk segera menghadapi tantangan yang lebih besar lagi.
Deputi Balitbang Partai Demokrat Syahrial Nasution menegaskan sudah saatnya Anies Baswedan menentukan pilihan siapa cawapres yang dipilihnya.
"Sudah tidak ada lagi yang ditunggu," kata Syahrial, Senin (28/8/2023).
Syahrial memastikan ketiga partai di KPP, yakni NasDem, Demokrat, dan PKS, sudah solid menentukan kriteria Cawapres yang tepat untuk diusung di Pilpres 2024.
Namun, Syahrial tak membicarakan lebih detail siapa sosok bakal cawapresnya.
Meski demikian, Syahrial mengatakan porosnya masih terbuka bagi partai yang ingin bergabung.
"Jika ada kapal lain atau sekoci ingin bergabung menjadi bagian kekuatan armada, akan semakin dahsyat," tandas Syahrial.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani/Reza Deni)(WartaKotalive.com/Joanita Ary)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.