Prabowo: Akhir-akhir Ini Sarat dengan Aroma-aroma Pengkhianatan, Ini Harus Kita Introspeksi
Prabowo Subianto mengendus adanya aroma-aroma pengkhianatan beberapa hari terakhir. Dia meminta semua pihak belajar sejarah Indonesia.
Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus bakal calon presiden Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto mengendus adanya aroma-aroma pengkhianatan beberapa hari terakhir.
Prabowo pun meminta semua pihak belajar sejarah Indonesia.
Baca juga: Usai Dikhianati NasDem dan Anies, SBY Ungkap Kubu Ganjar dan Prabowo Pernah Tawarkan Kerja Sama
Awalnya, Prabowo bercerita dirinya ditentang dan dituduh pengkhianat saat bergabung mendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Bahkan, yang menuduhnya justru berasal dari pendukungnya sendiri.
"Saya pun ditentang tadinya bergabung. Ditentang saya oleh pengikut-pengikut saya sendiri. Saya dituduh pengkhianat," kata Prabowo dalam orasi politiknya saat deklarasi partai Gelora kepada Prabowo sebagai capres di Djakarta Theater, Jakarta, Sabtu (2/9/2023).
Lalu, Prabowo pun menyindir bahwa belakangan ini banyak aroma-aroma pengkhianatan di Indonesia.
Dia pun meminta semua pihak untuk berintrospeksi diri.
"Memang akhir-akhir ini memang sarat dengan aroma-aroma pengkhianatan. Saudara-saudara ini harus kita introspeksi," jelasnya.
Lebih lanjut, Prabowo mengingatkan Belanda lama berkuasa di Indonesia karena pengkhianatan dari bangsa sendiri.
Sebab, banyak sultan dan pangeran justru saling berebut mengambil tahta.
Baca juga: Siasat Cak Imin: Bangun Koalisi dengan Prabowo, Kini Malah Jadi Cawapres Anies
"Selama sejarah Indonesia, ini Belanda berkuasa karena di antara kita ya kan. Benar nggak? Perusahaan kecil bisa taklukan kerajaan kerajaan kita. Karena pangeran-pangeran itu, bener nggak, sibuk rebutan kursi," jelasnya.
"Sultan meninggal, putra putranya perang, putra kandung perang. Ini pelajaran, nampaknya kita masih harus belajar terus," lanjutnya.
Prabowo pun meminta semua pihak mewaspadai adanya politik adu domba dan politik pembelahan. Sebab menurutnya, banyak pihak yang justru mengharapkan Indonesia terpecah.
"Jadi politik adu domba, politik pembelahan. Semakin Indonesia tidak bersatu, semakin kekuatan-kekuatan tertentu di dunia ini senang, lihat kenapa? Kita terlalu besar, kita terlalu kaya," tandasnya.
Adapun DPP PKB resmi menerima tawaran Partai NasDem untuk berkoalisi mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden.
Sekjen PKB Hasanudin Wahid mengatakan PKB menerima tawaran tersebut dan Muhaimin Iskandar sebagai cawapres.
Keputusan itu didapat dari hasil rapat pleno, elite PKB di Kantor DPW PKB Jatim, Jumat (1/9/2023).
"Lamaran partai NasDem kepada Ketua Umum kami Gus Muhaimin bersama-sama maju Pilpres 2024 dengan saudara Anies Baswedan. Jadi keputusannya adalah kami menerima baik tawaran partai Nasdem," kata Hasanuddin.