Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Merem Bisa Menang, Wacana Duet Ganjar-Prabowo Sulit Lantaran Tak Ada yang Mau Jadi Orang Nomor Dua

Wacana mengkawinkan dua bakal capres Ganjar Pranowo dengan Prabowo Subianto disebut sulit terjadi.

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Merem Bisa Menang, Wacana Duet Ganjar-Prabowo Sulit Lantaran Tak Ada yang Mau Jadi Orang Nomor Dua
Biro Setpres
Mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kunjungan kerja di Kebumen, Jawa Tengah, Kamis (9/3/2023). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wacana mengkawinkan dua bakal capres Ganjar Pranowo dengan Prabowo Subianto disebut sulit terjadi.

Sederet faktor penghambat dua calon kuat tersebut dibeberkan pengamat.

Pengamat politik dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad mengatakan wacana duet antara Ganjar Pranowo dengan Prabowo Subianto tidak realistis.

"Saya melihat wacana duet Ganjar-Prabowo itu kurang realistis," kata Saidiman kepada wartawan, Jumat (22/9/2023).

Menurutnya, Ganjar dan Prabowo sangat kompetitif dan berpeluang memenangkan Pilpres 2024.

Menurutnya, dua tokoh tersebut tidak mau menjadi orang nomor dua.

"Keduanya juga berasal dari partai terbesar dan sekarang mendapatkan efek ekor jas dari popularitas Ganjar dan Prabowo sebagai calon presiden," ucapnya.

Berita Rekomendasi

Sementara, Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menyatakan duet Ganjar dan Prabowo sangat sulit untuk diwujudkan.

"Ini utopis, sulit untuk dibuktikan, tapi sebagai sebuah isu ya menarik untuk diperbincangkan," kata Adi saat dikonfirmasi, Sabtu (23/9/2023).

Lebih lanjut, koalisi partai politik pengusung Ganjar dan Koalisi Indonesia Maju juga bersikeras mengusung Ganjar dan Prabowo sebagai capres 2024.

Hal ini dinilai akan menyulitkan kedua sosok itu untuk menemukan titik temu. Ia juga tak menutup kemungkinan wacana tersebut akan hilang seketika.

"Kan tidak mungkin Prabowo itu jadi nomor dua-nya Ganjar atau Ganjar tak mungkin jadi nomor dua Prabowo," ujarnya.

Baca juga: Ganjar Sambut Baik Peluang Pertemuan Megawati-Prabowo di Tengah Isu Duet Ganjar-Prabowo

Faktor lain yang mematahkan wacana duet tersebut adalah Ganjar-Prabowo sudah merasa mampu berdiri di kaki sendiri (berdikari).

Untuk itu, Adi juga menyarankan agar masyarakat membiarkan kedua sosok tersebut untuk saling berkompetisi satu sama lain.

Kendati demikian, apabila wacana duet Ganjar-Prabowo terwujud, Adi optimistis bahwa mereka akan memenangkan Pilpres 2024.

Dia mengatakan tak perlu banyak strategi agar Ganjar-Prabowo menang.

"Saya kira bisa dipastikan ya pemenangnya adalah duet Ganjar-Prabowo atau Prabowo-Ganjar. Ini merupakan dua kekuatan besar yang sangat luar biasa, merem aja menang," pungkas Adi.

Respons PDI Perjuangan

Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan, Ganjar Pranowo akan tetap menjadi calon presiden (Capres), kalaupun Prabowo Subianto diisukan bakal dipasangkan.

"Jadi siapa yang akan mendampingi Pak Ganjar Pranowo, posisinya pak Ganjar adalah calon
presiden. Yang diusung oleh PDI Perjuangan, PPP, Hanura dan Perindo. Kami saling melengkapi, tidak beririsan tapi saling memperkuat basis pemilih dan didukung relawan," kata Hasto, Jumat (22/9/2023).

"Terkait dengan siapa yang akan mendampingi Pak Ganjar sudah mengalami kajian yang mendalam tinggal menunggu momentum yang tepat nantinya akan diumumkan oleh Ibu Megawati," tambah Hasto.

Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto saat Rakerda PDIP Provinsi Gorontalo, Jumat (22/9/2023)
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto saat Rakerda PDIP Provinsi Gorontalo, Jumat (22/9/2023) (Dok PDIP)

Menurut Hasto, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah mendengarkan masukan dari para ketua umum partai dan berdialog berulangkali dengan Presiden Jokowi.

"Sehingga mohon sabar nanti akan diputuskan yang terbaik sebagai pasangan yang saling melengkapi dan melanjutkan estafet kepemimpinan Pak Jokowi, bergerak cepat untuk kemajuan Indonesia Raya. Menaruh perhatian pada petani, buruh, nelayan, guru dan lain-lain. Karena pendidikan sangat penting sebagai penopang kemajuan," ungkap dia.

"Dan Pak Ganjar dengan SMK-nya menjadi best practice kepala daerah bagi anak-anak tidak mampu untuk dilatih revolusi mental, pengusaaan keterampilan. Bahkan banyak yang bekerja di luar negeri," beber Hasto.

Gerindra Tak Memaksakan Diri

Sementara, Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gerindra Habiburokhman menanggapi wacana adanya duet Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Gerindra, kata Habiburokhman, menghormati jika Ketua DPP PDIP Puan Maharani menggulirkan peluang adanya duet Prabowo-Ganjar. Apalagi, keduanya memang memiliki kemiripan ideologis.

"Kami tentu menghormati PDIP partai besar. Kami punya kemiripan secara ideologis, lalu secara politik juga kami punya kesamaan sikap bahwa kita sama-sama memandang prestasi pemerintahan saat ini sangat bagus dan harus dilanjutkan," kata Habiburokhman.

Namun begitu, dia tidak menampik memiliki kendala untuk mewujudkan duet Prabowo Ganjar. Yakni, baik Prabowo maupun Ganjar sama-sama diusung menjadi bacapres di Pilpres 2024.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman saat ditemui di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (22/9/2023).
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman saat ditemui di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (22/9/2023). (Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra)

"Secara teknis, kami mencalonkan Pak Prabowo sebagai capres, itu keputusan resmi partai dan sekarang didukung oleh beberapa partai politik. Pak Ganjar juga demikian adanya, ditetapkan oleh rekan-rekan di PDIP sebagai capres," jelasnya.

"Tentu kita tidak akan memaksakan diri, nggak mungkin dalam satu koalisi ada dua capres berarti bisa maju dua-duanya," sambungnya.

Di sisi lain, dia pun mengaku tidak masalah jika akhirnya Prabowo dan Ganjar justru harus bersaing di Pilpres 2024. Akan tetapi, keduanya bisa bersaing dengan semangat persaudaraan.

"Jadi kalau toh kita akhirnya bisa bertanding, bertandingnya pun dalam semangat persaudaraan, karena frekuensi besarnya sama, hanya soal memang kita sama-sama sudah dicapreskan dan itu sudah keputusan resmi partai masing-masing," jelasnya.

"Itu yang saya belum ada pemikiran, kita belum kepikiran bagaimana solusinya ya," ujarnya.

Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga menilai wacana Ganjar Pranowo menjadi bakal calon wakil presiden (bacawapres) Prabowo Subianto dinilai terlalu jauh.

Dia menilai, tidak mungkin PDIP selaku parpol pengusung Ganjar mau mengubah keputusannya agar kadernya itu menjadi bakal calon wakil presiden (bacawapres).

"Apakah dia mau diubah lagi untuk bergabung dengan Pak Prabowo sebagai calon wakil presiden? lalu bagaimana mekanisme partainya? Jadi rasanya kok terlalu jauh wacana seperti itu," kata Viva, Sabtu (23/9/2023).

Di sisi lain, Viva menambahkan koalisi Indonesia maju pun belum pernah membicarakan adanya opsi agar adanya duet Prabowo-Ganjar. 

"Kalau saya tidak ada pembicaraan di koalisi Indonesia maju soal paket itu karena kan seluruh calon presiden sudah diputuskan oleh masing-masing partai politik, PDIP secara resmi sudah memutuskan Mas Ganjar sebagai calon presiden," jelasnya.

Partai Golkar pun menegaskan belum ada pembahasan mengenai wacana duet Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Hal ini sekaligus menanggapi pernyataan Ketua DPP PDIP Puan Maharani.

"Belum ada pembahasan mengenai hal tersebut ya," kata Ketua DPP Golkar Dave Laksono, Sabtu.

Sejauh ini, kata Dave, sikap partai Golkar tidak berubah terkait Pilpres. Yakni, partai berlambang pohon beringin itu tetap mendorong Airlangga Hartarto menjadi bakal cawapres Prabowo.

"Sikap Golkar tetap mendorong nama Pak Airlangga selaku cawapres Pak Prabowo," jelasnya.

Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan dimulai pada 19 Oktober sampai dengan 25 November 2023.

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu), pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.

Baca juga: Isu Duet Ganjar-Prabowo di Pilpres 2024, Bagaimana Respons PDIP dan Gerindra?

Saat ini, terdapat 575 kursi di parlemen sehingga pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024 harus memiliki dukungan minimal 115 kursi di DPR RI.

Bisa juga, pasangan calon diusung oleh parpol atau gabungan parpol peserta Pemilu 2019 dengan total perolehan suara sah minimal 34.992.703 suara. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas