Ganjar Bicara Pentingnya Jaga Kerukunan Antar Etnis Bagi Kehidupan Berbangsa, Kota Lasem Jadi Contoh
Bacapres Ganjar Pranowo berbicara pentingnya untuk terus menjaga kerukunan tanpa harus memandang perbedaan.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Whiesa Daniswara
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bakal Calon Presiden (Capres) Ganjar Pranowo mengungkapkan bahwa etnis Tionghoa telah memberikan kontribusi penting dalam sejarah Bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, penting untuk terus menjaga kerukunan tanpa harus memandang perbedaan.
"Merawat Indonesia, menurut saya itu sesuatu yang penting sehingga nilai-nilai inilah yang mesti kita kawal terus-menerus agar sesama anak bangsa rukun tanpa membeda-bedakan sukunya, agamanya, dan rasnya," kata Ganjar.
Untuk itu, Ganjar telah menggarisbawahi pentingnya menjaga kerukunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di antara beragam etnis, termasuk etnis Tionghoa, yang telah memberikan kontribusi berharga bagi sejarah Indonesia.
Termasuk, soal Bakmi Jawa sendiri merupakan makanan ikonik masyarakat Indonesia khususnya penduduk Yogyakarta.
Baca juga: Ganjar Bicara Arah Pembangunan Ke Depan, Tancap Gas Beri Kepastian Hukum
Berdasarkan penelusuran sejarah membuktikan bahwa makanan adalah salah satu bagian dari kontribusi kaum Tionghoa kepada Sejarah Bangsa.
Ganjar juga membahas bagaimana perbedaan suku, ras, dan agama tidak boleh menjadi penghalang bagi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
Dia mengilustrasikan contohnya dengan mengacu pada Lasem, Jawa Tengah, yang sebelumnya merupakan Kota Pelabuhan besar dan memiliki sejarah perdagangan saham.
Hal menarik tentang Lasem, yaitu keberlangsungan harmoni antara warga berbagai etnis di sana.
Bahkan saat ada acara tradisional, warga dengan latar belakang yang berbeda tetap turut serta dengan memberikan kontribusi dalam bentuk makanan, minuman, dan mendukung pertunjukan barongsai.
Baca juga: Pakar Komunikasi Politik Sebut Mahfud MD Dinilai Berpotensi Pertebal Keunggulan Ganjar di Jawa Timur
"Itu juga muncul di batiknya. Jawanya ada, arabnya ada, khas Tiongkoknya ada. Dinamis dan menarik. Negara harus bisa merawat itu. Begitu ada orang yang menggangu kita harus bersuara," ujarnya.
Acara tradisional di Lasem yang menggabungkan unsur Tiongkok dan Jawa juga terjadi dalam penemuan kuliner Bakmi Jawa.
Hidangan istimewa ini mendominasi pasar makanan jalanan, terutama di Yogyakarta, terutama pada malam hari.
Dalam kota budaya ini, tidak sulit menemukan gerobak-grobak penjual bakmi Jawa yang telah menjadi ikon kuliner malam selama puluhan tahun dan menjadi favorit baik bagi penduduk lokal maupun wisatawan.
Menutip dari berbagai sumber, bahwa seluruh mi dan varian lainnya seperti bakmi Jawa di seluruh Asia, memiliki akar sejarah yang berasal dari China.
Baca juga: Cerita Mahfud MD Dapat Ucapan Selamat dan Restu dari Jokowi karena Jadi Cawapres Ganjar
Bakmi memiliki makna penting dalam budaya China, di mana dianggap sebagai lambang umur panjang. Oleh karena itu, dalam tradisi masyarakat China, bakmi sering disajikan saat merayakan ulang tahun atau perayaan Tahun Baru China.
Di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, muncul istilah 'bakmi Jawa' untuk membedakan mi yang telah mengalami pengaruh lokal dengan mi asli Tiongkok.
Bakmi Jawa bukan hanya makanan sehari-hari tetapi juga elemen budaya yang penting dalam tradisi masyarakat setempat Jawa.