Suhu Politik Jelang Pemilu Kian Panas, Gejolak Ekonomi Bisa Dihindari Kecuali Ada Hal Luar Biasa
Selama tidak terjadi sesuatu yang luar biasa seperti keributan massa dengan eskalasi tinggi memanasnya suhu politik bisa diatasi pasar.
Editor: Adi Suhendi
Kalangan ekonom dan pengusaha menduga hal itu disebabkan kegaduhan politik menjelang pemilu 2024 mendatang terutama munculnya nama Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka yang dibidik menjadi cawapres Prabowo Subianto.
Dradjad Wibowo mengatakan analisis tersebut dianggapnya mengada-ada dan terlalu dipaksakan.
"Klaim bahwa rupiah dan IHSG melemah karena pengumuman Gibran sebagai Cawapres itu 'ngadi-ngadi'. Logikanya tidak nyambung, terlalu dipaksakan, terlalu mengada-ada," kata Dradjad.
Menurut Dradjad penyebab utama pasar goyang adalah karena yield dari Treasury Bond 10 tahun Amerika Serikat untuk pertama kali kembali menyentuh 5 persen sejak tahun 2007.
Akibatnya kata dia pasar saham dan nilai tukar juga bergoyang untuk melakukan penyesuaian pasar.
"Rupiah dan IHSG juga ikut kena," kata Dradjad.
Namun, kata dia sekarang tekanan itu perlahan berkurang.
Makanya kinerja pasar modal di Asia pada 24 Oktober 2023 jadi mixed.
Ada yang masih turun di Tokyo, Hongkong dan Seoul.
Ada yang naik seperti Sydney, Taiwan dan Shanghai.
"Jadi wajar jika IHSG dan Rupiah terkoreksi. Apalagi tidak jarang, respon pasar Jakarta agak lebih lambat dari pasar dan lainnya," kata dia.
Menurut dia kondisi-kondisi ekonomi global tersebut masih akan terus terjadi selama inflasi di negara Barat tetap tinggi.
Ancaman inflasi yang persisten ini kata Dradjad menjadi risiko global yang serius.
"Saya belum melihat adanya pemicu bagi pasar mengalami crash. Tapi pemicu bagi pasar bergoyang cukup kuat, terutama inflasi yang memaksa the Fed dan bank sentral Barat menaikkan suku bunganya," kata dia.
(Willy Widianto)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.