Megawati Tak Pecat Jokowi dan Gibran, PDIP Bisa Dinilai Sedang Melakukan Dramaturgi Politik
Ubedilah menyebut, mencitrakan sebagai korban dari pilihan ini tidak membuat PDIP untung, sebaliknya menyebabkan adanya persepsi miring dari publik.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Muhammad Zulfikar

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun mengatakan, bahwa PDIP perlu legowo dengan keputusan kadernya yang mendukung maupun mencalonkan diri melalui partai lain di kontestasi Pilpres 2024.
Termasuk Gibran Rakabuming Raka maupun Presiden Jokowi.
Baca juga: Politikus PDIP Sebut Pemilu 2024 Berpeluang Tidak Jurdil, Deddy: Karena Ada Anak Presiden
Ubedilah menyebut, mencitrakan sebagai korban dari pilihan ini tidak membuat PDIP untung, sebaliknya menyebabkan adanya persepsi miring dari publik.
"Hingga saat ini PDIP tidak memberhentikan keanggotaan Jokowi dan Gibran dari anggota partai maka PDIP dengan mudah dinilai publik sedang melakukan dramaturgi politik," kata Ubedilah Badrun saat dikonfirmasi Tribunnews, Selasa (31/10/2023).
Baca juga: PDIP Kecewa dan Sedih dengan Gibran, Begini Respons Prabowo
Ubedilah pun khawatir, jika sikap PDIP itu nantinya bakal dicap bermain di dua kaki.
Namun, jika PDIP memberhentikan Jokowi dan Gibran dari statusnya sebagai kader partai dan memberhentikannya, maka penilaian bermain dua kaki menjadi batal karena terbantahkan.
"Maknanya PDIP benar-benar kecewa terhadap Jokowi," jelasnya.
Dia mengatakan partai berlambang banteng itu diduga sedang membuat strategi playing victim, seolah menjadi korban.
Padahal, dia menyebut bahwa ada anggapan dari publik yang kurang pas dari PDIP terhadap Jokowi selama ini.
"Strategi playing victim ini bisa efektif jika argumennya kuat diterima publik. Tetapi jika argumennya lemah maka tidak mungkin diterima publik, maknanya strategi itu tidak efektif," jelas dia.
Baca juga: Politisi PDIP Ramai-ramai Serang Jokowi, Mulai Adian hingga Hasto, Bakal Berlangsung hingga 2024?
Sementara, Pengamat Politik Universitas Paramadina Hendro Budi Satrio mengatakan PDIP merasa sedih dengan kehilangan Jokowi dan Gibran.
"Jadi ini kesedihan yang wajar. Jika tidak marah-marah, maka akan mendapatkan simpati masyarakat. Jokowi punya efek yang kuat untuk PDIP pada 2014 dan 2019, menyumbangkan elektabilitas 4 persen," kata dia. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.