Profil Bluebird, Perusahaan Taksi yang Presiden Komisarisnya Jadi Wakil Bendara TKN Prabowo-Gibran
Bayu Priawan Djokosoetono dikenal dekat dengan sejumlah pengusaha KADIN yang juga duduk di Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabar mengejutkan datang dari Warung Buncit, Jakarta Selatan, markas perusahaan taksi PT Blue Bird Tbk.
Presiden Komisaris Bluebird Bayu Priawan Djokosoetono masuk dalam daftar Wakil Bendara Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran. Kontan, nama Bluebird jadi perbincangan publik.
Bayu Priawan dikenal dekat dengan sejumlah pengusaha KADIN yang juga duduk di Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran.
Saat pemerintah menyatakan akan memindahkan ibukota negara dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur, Bayu Priawan Djokosoeton yang saat itu menjadi chairman Blue Bird Group Holding menyatakan ibu kota yang baru punya potensi untuk digarap.
Karena dia meyakini pasti akan ada permintaan market atau pasar atas layanan transportasi di sana.
Bayu mengatakan, pihaknya sudah punya rencana untuk melakukan ekspansi di ibu kota baru, tepatnya di Provinsi Kalimantan Timur.
"Ibu kota baru tentu salah satu target kita untuk buka (operasional) nantinya ke depan," kata Bayu kepada awak media di Hotel JW Marriott, Jakarta, Sabtu (21/9/2019). "Tentu setiap tempat, daerah yang memiliki market share yang cukup kita akan buka," tuturnya.
Selain ibu kota baru, Blue Bird juga mengincar daerah lain yang potensial. Permintaan pasar menjadi menjadi salah satu faktor pertimbangan manajemen Blue Bird melakukan langkah ini. "Harapannya kita bisa buka. Bukan hanya Ibu Kota Baru tapi daerah-daerah yang kita anggap potensial. Kita juga akan tetap buka," jelasnya.
Layanan transportasi Bluebird saat ini sudah beroperasi di sejumlah kota-kota besar di Indonesia terutama di wilayah Jabodetabek.
Perusahaan taksi ini juga sudah mengoperasikan kendaraan listrik.
Berdasarkan data 2021, Bluebird memiliki lebih dari 20.000 armada dan 23.000 karyawan yang beroperasi pada 48 pool di 18 kota.
Perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar Rp3,23 triliun sampai dengan kuartal III-2023, meningkat 29 persen secara year on year (YoY) dari Rp2,50 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Hingga 30 September 2023 perseroan telah menambah armada operasi hingga lebih dari 1.600 unit untuk semua segmen usaha. Hingga akhir tahun, BIRD menargetkan menambah dan meremajakan armada hingga 6.000 unit.
Laba bersih sebelum pajak atau Ebitda perseroan turut bergerak positif dengan peningkatan 34 persen menjadi Rp848 miliar dari Rp286 miliar secara YoY. Dalam tiga bulan terakhir perseroan memiliki tiga fokus utama guna mendukung pelaksanaan bisnis yang berkelanjutan.
Bisnis Bluebird bermula dari sebuah rumah bernomor 107, Jalan Cokroaminoto, Jakarta tahun 1965 di mana pertama kali bisnis taksi dijalankan. Di tahun 1972, secara resmi 25 armada Bluebird Holden Torana mengaspal di Jakarta untuk menjadi rekan mobilitas masyarakat untuk menemui kebahagiaan mereka.
"Bluebird menjadi taksi pertama yang menggunakan sistem tarif berdasarkan argometer. Armada Bluebird telah dilengkapi sistem radio untuk kemudahan penyebaran order yang didukung sistem operator terpusat," tulis informasi perusahaan dikutip Selasa (7/11/2023).
Presiden Direktur Bluebird Sigit Priawan Djokosoetono mengatakan, sebelum mendapat izin resmi sebagai perusahaan taksi, Bluebird beroperasi sebagai kendaraan taksi gelap.
"Sebab, waktu itu belum banyak izin dikeluarkan. Kita mulai di Menteng, HOS Cokroaminoto, itu cikal bakal Bluebird, hingga sekarang kita punya 24 ribu kendaraan dan 20 ribu driver," ujarnya di acara Chief Editor Gathering di kawasan Sudirman. Diberitakan Tribunnews pada Senin (11/4/2022).
Dia bercerita, perusahaan sudah terbiasa dengan inovasi dan menjadi perusahaan taksi pertama yang memakai argometer sejak 1972 hingga 1980.
"Kalau sekarang pakai digital, waktu itu argometer. Lalu tahun 1970 sampai 1980, fasilitas AC jadi sesuatu yang mewah, itu inovasi yang kita lakukan dengan kendaraan," kata Sigit.
Kemudian pada periode 1990 hingga 2007 mulailah era komputerisasi, dari sebelumnya pesan taksi menggunakan kertas bergeser ke penggunaan komputer.
"Di periode itu, kita luncurkan Silver Bird karena ada ajang KTT Non Blok. Kita juga inovasi order pakai radio, ini cukup unik dalam hal teknologi," tutur dia.