Yenny Wahid Dukung Ganjar-Mahfud, Suaminya Masuk TKN Prabowo-Gibran, Ini Sosok Mereka
Yenny Wahid dan suaminya, Dhohir Farisi berbeda pilihan di Pilpres 2024. Yenni dukung Ganjar-Mahfud, Dhohir ke Prabowo-Gibran. Ini sosok mereka.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Putri Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid dan suaminya, Dhohir Farisi berbeda pilihan di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Diketahui, Yenny Wahid telah mendeklarasikan dukungannya kepada Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Di kubu pasangan tersebut, Yenny Wahid masuk menjadi Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Sementara sang suami, Dhohir Farisi mendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Nama Dhohir Farisi juga masuk dalam struktur Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran sebagai anggota dewan penasihat.
Baca juga: Nusron Sindir Yenny Wahid Dukung Ganjar, Tapi Sang Suami di TKN Prabowo: Rumah Tangga Imam Laki-laki
Selengkapnya, inilah sosok Yenny Wahid dan Dhohir Farisi yang berbeda pilihan di Pilpres 2024:
1. Sosok Yenny Wahid
Yenny Wahid yang memiliki nama lengkap Zannuba Ariffah Chafsoh adalah anak kedua Gus Dur dan Sinta Nuriyah.
Ia lahir di Jombang, Jawa Timur pada 29 Oktober 1974 sehingga saat ini, usianya 49 tahun.
Sama seperti sang ayah, Yenny Wahid juga merupakan seorang tokoh Nahdlatul Ulama (NU).
Ia merupakan pendiri Partai Kedaulatan Bangsa, yang kemudian melebur dengan Partai Indonesia Baru (PIB) menjadi Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB), dikutip dari Wikipedia.
Yenny juga pernah menjabat sebagai Komisaris Garuda Indonesia sejak Januari 2020.
Ia dipilih untuk menjadi komisaris independen yang mewakili publik.
Namun pada Agustus 2021, Yenny mengundurkan diri dari jabatan tersebut.
Saat sang ayah menjadi Presiden ke-4 RI, Yenny selalu berusaha mendampingi kemanapun Gus Dur pergi.
Posisinya sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik.
Baca juga: Yenny Wahid Sapa Ganjar Pranowo: Mas Ganjar Presiden Kita!
Dikutip dari wahidfoundation.org, Yenny Wahid merupakan Direktur Wahid Foundation sejak 2004 hingga kini.
Ia juga merupakan mantan wartawan surat kabar Australia, The Sydney Morning Herald, dan The Age.
Yenny merupakan lulusan dari Jurusan Desain Komunikasi Visual di Universitas Trisakti dan Universitas Harvard Kennedy School of Government.
Pada 2016, ia diangkat sebagai anggota staf khusus (stafsus) Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), untuk bidang komunikasi politik.
Ia meninggalkan posisi itu setahun kemudian untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya dengan masyarakat akar rumput.
Pada 2009, ia dinobatkan sebagai satu penerima penghargaan Young Global Leaders oleh World Economic Forum, bersama dengan orang-orang seperti Tiger Woods dan Mark Zuckenberg.
Saat ini, Yenny menjadi pemimpin Global Council on Faith.
Di dunia politik, Yenny pernah menjabat sebagai Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) periode 2005-2010.
Namun baru tiga tahun menjabat, ia diberhentikan dari posisi tersebut pada 2008.
Pada Pilpres 2019, Yenny menyatakan dukungannya secara publik untuk pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.
Dalam kehidupan pribadi, ia menikah dengan Dhohir Farisi pada 15 Oktober 2009 dan dikaruniai tiga anak.
Dikutip dari Kompas.com, akad nikah berlangsung di Masjid Al Munawaroh, di depan kediaman Gus Dur di Jalan Warung Silah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Bertindak sebagai saksi yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wapres Jusuf Kalla.
Sementara, resepsi pernikahan Yenny Wahid-Dhohir Farisi digelar di Gedung Sampoerna Jalan Sudirman, Jakarta, pada 18 Oktober 2009.
Pernikahan pasangan beda usia empat tahun tersebut berlangsung meriah karena dihadiri 1.500 undangan.
Baca juga: Pengamat: Dukungan Yenny Wahid Berpotensi Tarik Massa Gusdurian Merapat ke Ganjar-Mahfud
2. Sosok Dhohir Farisi
Masih dari Kompas.com, Dhohir Farisi adalah putra keempat dari lima putra pasangan H Ma'ruf Hasyim dan Hj Ma'rufah dari Perumahan Jatiasri, Desa Kebonagung, Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur.
Farisi yang lahir pada 14 April 1976 dibesarkan di lingkungan keluarga Nahdliyin.
Sang ibu, HJ Ma'rufah pernah menjadi seorang pimpinan Fatayat Nahdlatul Ulama Cabang Kraksaan, Probolinggo.
Ia anak keempat dari lima bersaudara yaitu Zainal Kamal, Faisol Reza (mantan aktivis Partai Rakyat Demokratik/PRD), Ahmad Mastaba, Dhohir Farisi, dan Roziqi.
Faris rupanya masih keponakan Bupati Probolinggo saat itu, H Hasan Aminuddin.
Faris adalah alumni Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta dan sempat tinggal setahun di Italia selepas kuliah.
Pria berdarah Madura itu sempat menjadi konsultan khusus lingkungan hidup pada sebuah perusahaan di Jakarta.
Ia sempat bekerja di PT. RedWhite Comm, Wijaya Center.
Pada Pemilu 2009, Faris maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Gerindra daerah pemilihan (Dapil) Jember-Lumajang dan berhasil lolos ke Senayan.
Ia duduk sebagai anggota Komisi VII yang membidangi bagian energi, sumber daya mineral, riset, teknologi, lingkungan hidup.
Pada 31 Januari 2023, ia bergabung menjadi kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pada perayaan ulang tahun ke-8 PSI di Jakarta.
Baca juga: Dhohir Farisi, Suami Yenny Wahid Masuk Jadi TKN Prabowo-Gibran Bersama Ridwan Kamil
Kisah Cinta Yenny Wahid dan Dhohir Farisi
Kisah percintaan Yenny Wahid dan Dhohir Farisi terbilang cepat.
Tak butuh waktu lama bagi Yenny dan Faris sejak pertama kali bertemu untuk berkenalan hingga akhirnya memutuskan untuk menikah.
Menurut Tien Santoso, penata rias Yenny saat menikah, keduanya berkenalan saat menghadiri kampanye Partai Gerindra di Surabaya, Maret 2009.
Kampanye itu dihadiri Gus Dur bersama Yenny. Saat kampanye berlangsung, datang massa Gus Dur dan ingin bersalaman dengan Gus Dur.
Yenny yang selalu berdekatan dengan ayahnya sempat terdorong oleh massa.
Untung Yenny mendapat pertolongan dari Faris sehingga tidak sampai terjatuh.
Namun, Yenny dan Faris belum sempat berkenalan setelah kejadian itu.
Seusai kampanye di Surabaya, keduanya mengaku sama-sama penasaran dan mencari nomor handphone masing-masing.
Begitu perjuangan berakhir dan mendapatkan nomor handphone, keduanya saling menelepon.
Sayangnya, mereka saling tidak mengangkat teleponnya karena kesibukan pekerjaan.
Yenny lantas mengirimkan pesan pendek kepada Faris dan memperkenalkan diri.
Gayung bersambut, Yenny dan Faris saling menelepon satu sama lain setelah itu.
Hingga akhirnya, keduanya memutuskan bertemu, meski alasan pertemuannya semula hanya membicarakan persoalan politik sebagai 'modus.'
Hubungan mereka berlanjut hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk menikah.
Saat menikah, Faris menyerahkan maskawin berupa sapi sebanyak 40 ekor dan perhiasan untuk Yenny.
Ada alasan tersendiri kenapa Faris memilih sapi sebagai maskawin.
"Sapi itu menunjukkan kekayaan kita. Sapi adalah hasil pertanian atau agrobisnis," ujar Faris dalam konferensi pers, di kediaman Gus Dur, Ciganjur, Kamis (15/10/2009).
Menurut Faris, jika setiap mempelai pria memberikan sapi sebagai maskawinnya, maka Indonesia tidak perlu mengimpor daging sapi.
Menurut Yenny, maskawin sapi itu adalah tradisi lama.
Para pendahulu juga menggunakan sapi sebagai mahar.
Pelestarian budaya tersebut yang ingin dilakukan keduanya.
Saat Faris mengutarakan keinginannya tersebut, Yenny sempat merasa heran dan terdiam beberapa saat.
Pasalnya hal itu bukanlah suatu hal yang wajar.
"Tapi saya segera mengiyakan, karena itu membedakan Mas Faris berbeda dengan pria lainnya," ujar Yenny seraya tersipu.
Sementara itu, seorang kerabat Yenny menuturkan, Faris memilih sapi asal Probolinggo sebagai maskawin karena filosofinya memperbanyak keturunan di kemudian hari.
Bahkan setelah menikah, keduanya berencana membuat peternakan sapi.
(Tribunnews.com/Sri Juliati) (Kompas.com)