Sowan ke Gus Mus, Lukman Hakim: Beliau Sosok yang Miliki Kejernihan Berpikir dan Kedalaman Rasa
Mantan Menteri Agama (Menag), Lukman Hakim Saifuddin, mengunjungi kediaman Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) di Rembang, Jawa Tengah, Minggu (12/11/2023).
Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Nuryanti
"Beliau berseru, politik tanpa dilandasi nilai, tanpa menerapkan azas kepatutan, kepantasan, tanpa menggunakan etika moral, politik itu hanya sebatas alat saling berebut kuasa saja."
"Oleh karenanya kebudayaan yang hakekatnya adalah mengangkat kembali, menyadarkan masyarakat kita, penyelenggara kita untuk kembali ke nilai luhur, etika moral yang terus digaungkan."
"Tidak hanya menggugah kesadaran kolektif kita sebagai bangsa, tetapi bisa diimplementasikan ke semua sektor kehidupan," ucap Lukman.
Sementara itu, Budayawan dan sastrawan, Goenawan Mohamad, mengaku sowan kepada Gus Mus sekaligus menularkan semangat kepercayaan kepada sesama.
Dalam kesempatan tersebut, Ia menyebut, saat ini kepercayaan kepada sesama sangat tipis.
"Seperti dikatakan, kita ke Gus Mus untuk sowan, tetapi juga untuk berbagai rasa. Untuk saling menularkan semangat, supaya kembali lagi ada kepercayaan terhadap sesama," ucapnya.
Menurutnya, di zaman sekarang ini, kepercayaan kepada sesama sangat tipis.
Goenawan pun menyampaikan, banyak sekali kebohongan yang diucapkan oleh presiden.
Namun, Goenawan tidak menjelaskan siapa presiden yang dimaksudnya.
"Pertama, banyak sekali kebohongan yang diucapkan oleh presiden dan orang-orang lainnya," kata Goenawan dalam acara konferensi pers di kediamaan Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Minggu (12/11/2023).
"Kedua, karena semua sekarang bisa dibeli, kesetiaan bisa dibeli, suara bisa dibeli, kedudukan bisa dibeli, jadi apa yang ikhlas itu sudah mengalami erosi."
"Kalau sebuah masyarakat kehilangan saling percaya, ya selesai," ucapnya.
Baca juga: Pilpres 2024 Berpotensi Satu Putaran, Suara Prabowo-Gibran Melejit, Begini Hitungan-hitungannya
Lebih lanjut, Goenawan menyampaikan, Pilpres 2024 makin mencemaskan karena aturan bersama mulai dibongkar-bongkar, dan bahkan dirusak.
"Terjadinya skandal di Mahkamah Kontitusi menunjukkan hal itu. Belum lagi saya dengar pemaksaan penutupan saluran suara dan sebagainya," ucap Goenawan.