Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Dua Capres Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen, Bank Indonesia Prediksi Mentok di 6,1 Persen

Kegiatan ekonomi memerlukan tranformasi di sektor riil meliputi infrastruktur konektivitas fisik, digital, hilirisasi minerba.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Dua Capres Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen, Bank Indonesia Prediksi Mentok di 6,1 Persen
Kolase Tribunnews
Kolase capres Ganjar Pranowo dan capres Prabowo Subianto. Bank Indonesia pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan menyentuh 7 persen, tetapi di kisaran di 5,3 persen sampai 6,1 persen pada 2028. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua pasangan capres dan cawapres dalam kontestasi Pilpres 2024, menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 7 persen.

Kedua pasangan tersebut yaitu Praboowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Namun, target tersebut diyakini sulit dicapai karena beberapa faktor dan Bank Indonesia pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan menyentuh 7 persen, tetapi di kisaran di 5,3 persen sampai 6,1 persen pada 2028.

Meski begitu, Perry mengatakan bahwa inflasi tetap akan terjaga di 2,5 +/- 1 persen dan neraca pembayaran akan tetap sehat.

Baca juga: Anggota Komisi IV DPR Kritik Mandeknya Pertumbuhan Ekonomi Maritim

"Untuk itu kami mohon arahan Presiden Joko Widodo," kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, di Gedung BI, Rabu (29/11/2023) malam.

Menurut Perry, kegiatan ekonomi memerlukan tranformasi di sektor riil meliputi infrastruktur konektivitas fisik, digital, hilirisasi minerba bahkan di sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.

Ia menyebut, kemajuan transformasi ekonomi sejak tahun 2013 menjadi landasan kuat untuk kebangkitan ekonomi kedepan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan modal penyerapan tenaga kerja dan kenaikan produktivitas.

Berita Rekomendasi

Adapun Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi pada 2024 akan mencapai 4,8 persen sampai 5,6 persen di 2025.

"Salah satu yang tinggi di dunia," kata dia.

Perry bilang, pertumbuhan itu didorong oleh konsumsi dan investasi serta di dukung kenaikan gaji ASN, Pemilihan Umum (Pemilu) dan infrastruktur di IKN

Sementara terkait inflasi, Perry menegaskan bahwa inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5+/-1 persen pada 2024 dan 2025.

"Konsistensi kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan terus kuatnya gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP), nilai tukar rupiah tahun 2024 akan lebih stabil dengan komitmen tinggi BI juga fundamental yang baik," jelasnya.

Sedangkan pertumbuhan kredit akan meningkat ke 10 sampai 12 persen pada 2024 dan kemudian meningkat kembali ke 11 sampai 13 persen pada 2025.

Ekonomi Global Masih Bergejolak

Perry menyampaikan, kondisi ekonomi global masih bergejolak mulai dari perang Rusia-Ukraina, perang dagang Amerika-Tiongkok dan kini konflik yang terjadi di Israel-Palestina.

"Fragmentasi geopolitik berdampak pada fragmentasi ekonomi. Akibatnya prospek ekonomi global akan meredup pada tahun 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada tahun 2025," kata Perry.

Menurut Perry, Bank Indonesia mencatat ketidakpastian itu tergambar dalam lima karakteristik yaitu slower and divergent growth.

Artinya, pertumbuhan ekonomi akan menurun ke 2,8 persen di tahun 2024.

"Pertumbuhan akan menurun ke 2,8 persen pada tahun 2024 sebelum meningkat ke 3 persen ke 2025. Amerika masih baik, Tiongkok melambat India dan Indonesia tumbuh tinggi," ujar Perry.

Perry mengatakan, karakteristik kedua gradual disinflation yaitu penurunan inflasi yang lambat meski pengetatan moneter agresif di negara maju. Perry menyampaikan bahwa inflasi baru akan turun pada tahun 2024.

"Itupun masih diatas target karena harga energi pangan global dan keketatan pasar tenaga kerja," jelasnya.

Sedangkan ketiga yaitu higher for longer. Fed Fund Rate masih akan tinggi pada 2024, Perry bilang yield US treasury terus meningkat karena membengkaknya utang Amerika.

"Keempat, strong dolar. Dolar Amerika masih kuat mengakibatkan tekanan deferensiasi nilai tukar seluruh dunia termasuk rupiah," ucap dia.

"Kelima cash is the king, pelarian modal dalam jumlah besar dan emergin market ke negara maju sebagian besar ke Amerika karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar," sambungnya.

Meski begitu, Perry meyakini bahwa ekonomi nasional tetap berdaya tahan tinggi dengan berfokus pada sinergitas antar kementerian lembaga maupun stakeholder terkait.

"Alhamdulillah kita bersyukur ekonomi nasional berdaya tahan dari pandemi Covid-19, dari gejolak global kuncinya hanya satu sinergi. Karena masalah berat dan kompleks tidak mungkin dapat dihadapi sendiri perlu kerja sama dan koordinasi the power we bersatu kita kuat dan terus bangkit," jelasnya.

Perry menjabarkan, sinergitas itu meliputi sinergi dalam pengetahuan yaitu inovasi trobosan kebijakan untuk hasil kinerja terbaik. Sinergi dalam pengalaman serta sinergi dalam doa.

"Dengan sinergi itu insyaallah ekonomi Indonesia tahun 2024 dan 2025 akan menunjukkan ketahanan dan kebangkitan. Pertumbuhan akan cukup tinggi mencapai 4,7 sampai 5,5 persen pada 2024 dan meningkat ke 4,8 sampai 5,6 persen pada 2025," jelasnya.

Melemahnya Ekonomi China Hantui Indonesia

Ekonom senior yang juga Menteri Keuangan tahun 2013-2014, Chatib Basri, memandang perlambatan ekonomi China akan berdampak kepada Indonesia.

Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini sebesar 5,2 persen, lalu menurun ke 4,5 persen pada 2024.

Chatib mengatakan, kalau perkiraan pertumbuhan China di sekitar empat setengah persen, maka permintaan impor di negara tersebut akan melambat.

Artinya, ekspor Indonesia ke China juga akan mengalami perlambatan.

Baca juga: BSI Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 5 Persen di Akhir 2023

Dia bilang, perlambatan pertumbuhan ekonomi China sebesar satu persen, bakal memiliki dampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi di RI sebesar 0,3 persen.

"Jadi kalau misalnya ekonomi China itu melambat dari sekitar lima persenan, 5,2 persen ke 4,5 persen itu kan turunnya sekitar 0,7, jadi mungkin dampaknya ekonomi Indonesia itu akan melambat tidak sampai sebesar 0,3 persen," ujar Chatib.

"Kurang dari 0,3 persen ya, tetapi akan ada dampak pada perlambatan ekonomi Indonesia," lanjutnya.

Adapun alasan perlambatan ekonomi China, menurut IMF, disebabkan oleh investasi swasta yang lebih lemah, ekspor yang melambat, dan permintaan domestik yang menurun pasca pembukaan kembali dari penguncian Covid-19.

“Kami melihat pertumbuhan ekonomi China yang cenderung melambat dalam beberapa waktu terakhir,” kata Juru bicara IMF Julie Kozack dalam sebuah pernyataan, Kamis (13/7/2023).

Target Pertumbuhan Ekonomi Capres-cawapres

Sebelumnya, tiga pasangan capres-cawapres memiliki perbedaan dalam mencantumkan angka target pertumbuhan ekonomi.

Ganjar-Mahfud MD

Dalam dokumen yang diserahkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD menuliskan, target pertumbuhan ekonomi agar Indonesia ke luar dari jebakan pendapatan menengah.

"Pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7 persen untuk menargetkan Indonesia dapat keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap secara inklusif," tulis dokumen tersebut dikutip Jumat (3/11/2023).

Dituliskan bahwa strategi untuk keluar dari middle income trap secara inklusif, dengan meningkatkan peran koperasi dan UMKM, dukungan usaha baru di seluruh wilayah Indonesia, pemanfaatan infrastruktur, ekonomi digital, pengelolaan ekonomi hijau-biru, serta pertumbuhan industri manufaktur di 7,5-8 persen.

"Optimalisasi Kawasan Ekonomi Khusus untuk mempercepat industrialisasi dan investasi," tambahnya.

Anies-Cak Imin

Sedangkan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin), memasang target pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5,5-6,5 persen per tahun dalam lima tahun ke depan jika terpilih.

Di antaranya dengan mendorong efisiensi anggaran dengan memprioritaskan belanja produktif dan menekan belanja non produktif untuk menghasilkan ruang fiskal yang lebar.

Kemudian, mengelola utang negara secara bertanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan fiskal dan menjaga rasio utang terhadap PDB kurang dari 30,0 persen (2029), turun dari 38,1 persen (2023).

Lalu, memperbaiki pengelolaan utang pemerintah untuk mengoptimalkan komposisi: jangka waktu, denominasi mata uang, dan sumber utang dengan proses penerbitan Surat Berharga Negara yang terencana, kompetitif, dan transparan guna memperoleh suku bunga terendah.

Prabowo-Gibran

Sementara itu, dalam dokumen visi misi, Prabowo dan Gibran menyinggung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan 6 persen hingga 7 persen yang dibutuhkan Indonesia mulai tahun 2025 untuk mencapai Indonesia Emas pada 2045.

Prabowo-Gibran juga menjanjikan tingkat kemiskinan ekstrem menuju 0 persen dalam 2 tahun pertama pemerintahan dan kemiskinan relatif ditargetkan di bawah 6 persen di akhir 2029.

"Pemberantasan kemiskinan harus menjadi prioritas utama kebijakan pemerintah. Upaya pemberantasan kemiskinan ekstrim menuju 0 persen perlu dilakukan sesegera mungkin dalam 2 tahun pertama pemerintahan. Sementara untuk kemiskinan relatif ditargetkan di bawah 6 persen di akhir 2029," tulis dokumen tersebut.

Kemudian, keduanya juga berkomitmen untuk memperbaiki produktivitas perekonomian dengan tujuan memperbaiki angka Incremental Capital to Output Ratio (ICOR) hingga tata kelola utang.

Artikel ini merupakan bagian dari inisiatif Lokal Asri yang berfokus pada lokalisasi nilai-nilai tujuan pembangunan berkelanjutan. Pelajari selengkapnya!

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas