Peneliti Soroti Citra Gemoy Prabowo Subianto
Peneliti PARA Syndicate Virdika Rizky menyebutkan strategi Prabowo untuk memikat pemilih Gen Z dengan membentuk citra gemoy merusak demokrasi.
Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti PARA Syndicate Virdika Rizky Utama menyebutkan strategi Prabowo untuk memikat pemilih Gen Z dengan membentuk citra gemoy merusak demokrasi.
Adapun hal itu disampaikan Virdika pada diskusi Para Syndicate bertajuk Kampanye Pilpres, Politik Gemoy vs Politik Gagasan, Jakarta Selatan, Kamis (30/11/2023).
"Analisis yang lebih dalam mengungkapkan bahwa taktik-taktik ini merupakan simbol dari budaya politik yang memperlakukan pemilihan umum yang demokratis hanya sebagai tontonan. Merusak keterlibatan substantif yang diperlukan untuk demokrasi yang sehat," kata Virdika.
Kemudian diungkapkannya istilah gemoy menjadi sebuah langkah untuk melunakkan citra Prabowo yang sebelumnya dikenal dengan latar belakang militer yang tegas.
Strategi ini kata Virdika, meskipun tampaknya tidak berbahaya, perlu direvisi.
Baca juga: Prabowo Dikritik Gegara Gimmick Gemoy, TKN Sebut Penampilan Menggemaskan Itu Anugerah
Hal ini menunjukkan pergeseran yang mengkhawatirkan dalam wacana politik dari kebijakan dan kapabilitas ke kepribadian dan pesona.
"Karena itu, citra 'gemoy' adalah lapisan yang dangkal, pengalih perhatian dari evaluasi substantif terhadap kebijakan dan rekam jejak kandidat," jelasnya.
Virdika menjelaskan Gibran Rakabuming Raka juga memperparah masalah ini dengan pendekatannya terhadap media dan wacana publik.
Penghindaran pasif Gibran terhadap pertanyaan media, menurutnya menggemakan strategi yang dapat dianggap sebagai penutup untuk pencalonannya yang bermasalah.
Baca juga: Cipung Ucap Siap Grak, Prabowo Hormat, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Ucap Sisi Gemoy Sang Capres
"Keengganannya untuk terlibat dalam diskusi dan tanggapan umum terhadap pertanyaan media merupakan kesempatan yang terlewatkan untuk keterlibatan demokratis," katanya.
Menurutnya sikap Gibran yang ditandai dengan ungkapan-ungkapan seperti jalani saja, tidak perlu ditanggapi dan kami menerima semua masukan.
"Bukan hanya sikap pasif, tetapi juga penarikan diri secara strategis dari dialog-dialog kritis yang membentuk demokrasi," tegasnya.
Terpisah, Wakil Komandan Echo TKN Prabowo-Gibran, Habiburokhman mengatakan Prabowo tidak mungkin disebut gemoy oleh masyarakat jika tidak suka dengan program dan gagasannya.
"Gimmick itu hadir timbul secara natural, secara alami karena kecintaan orang. Karena banyak yang mencintai Pak Prabowo," kata Habiburokhman kepada wartawan di Media Center Prabowo-Gibran di Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, Selasa (28/11/2023).
Lagi pula, kata dia, gemoy merupakan anugrah yang dimiliki oleh Prabowo yang memiliki tubuh gemuk.
Hal itu pun membuat para pendukungnya memviralkan gimmick tersebut.
"Jadi ya sudah kalau apa bagi kami ya Pak Prabowo disukai karena gagasan dan lebih disukai juga karena memang, apa namanya, penampilannya menggemaskan ya itu itu anugerah gitu kan," katanya.
Lebih lanjut, Ia pun mempertanyakan bahwasanya banyak politikus Indonesia yang bertubuh gemuk. Akan tetapi, hanya Prabowo yang dianggap oleh masyarakat sebagai sosok yang menggemaskan atau gemoy.
"Jadi siapa sangka ya kita dapat apa namanya anugerah seperti itu tuh. Kan orang gemuk banyak ya politisi-politisi gemuk banyak dari zaman dulu tapi yang disebut gemoy menggemaskan itu Pak Prabowo," ucapnya.
Di sisi lain, Habiburokhman menyebutkan gimmick gemoy lahir secara natural tanpa dibuat-buat oleh tim TKN Prabowo-Gibran.
"Enggak akan bisa didesain-desain, aah dibikin desain dan lain sebagainya, ini memang ya sudah momentumnya Pak Prabowo sampai yang seperti seperti ini pun muncul dan ikut menguatkan Pak Prabowo," tukasnya.