Pengamat: Tidak Ada Satupun Capres yang Bicara soal Pekerjaan Rumah Reformasi Sektor Pertahanan
Khairul Fahmi memandang dalam debat semalam tidak ada satupun calon presiden yang berbicara soal pekerjaan rumah terkait reformasi sektor pertahanan
Penulis: Gita Irawan
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Debat ketiga Pilpres yang dihadiri calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan, nomor urut 2 Prabowo Subianto, dan nomor urut 3 Ganjar Pranowo pada Minggu (7/1/2024) malam berlangsung sengit.
Berbagai persoalan terkait pertahanan, keamanan, politik luar negeri, globalisasi, dan juga geopolitik menjadi topik yang diperdebatkan para capres.
Baca juga: Dalih Prabowo & Anies soal Tak Salaman di Debat Capres: Singgung Lebih Tua, Sebut Sudah Coba Mencari
Namun demikian, masih ada hal yang luput dibahas dalam gelaran tersebut.
Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES) Khairul Fahmi memandang dalam debat semalam tidak ada satupun calon presiden yang berbicara soal pekerjaan rumah (PR) terkait reformasi sektor pertahanan.
"Tidak ada satupun paslon yang bicara soal "pekerjaan rumah" dalam rangka reformasi sektor pertahanan, seperti soal reformasi peradilan militer, evaluasi kelembagaan TNI dan Polri, maupun agenda peningkatan transparansi dan akuntabilitas sektor pertahanan secara lebih dalam," kata Fahmi saat dihubungi Tribunnews.com pada Senin (8/1/2024).
Baca juga: Jokowi Kritik Debat Ketiga Pilpres: Menyerang Personal, Tidak Mengedukasi Masyarakat
Namun demikian, kata dia, aecara umum semua capres sudah bisa memotret beragam persoalan dan tantangan.
Mereka, kata dia, juga menawarkan gagasan-gagasan agenda untuk menjawabnya dan terlihat paparan semua Capres berisi gagasan-gagasan baik dan bermanfaat.
Jika dikelompokkan, kata dia, semua paslon bicara soal desain postur dan sistem pertahanan yang akan dibangun.
Mereka, kata Fahmi, bicara soal modernisasi alutsista, pertahanan siber, soal profesionalisme dan kompetensi SDM, pengembangan teknologi dan industri pertahanan dalam negeri hingga soal kesejahteraan prajurit.
"Sayangnya sebagian besar hanya mengupas kulitnya," kata Fahmi.
Menurutnya hal tersebut karena keterbatasan waktu sehingga para Capres kurang leluasa mengelaborasi gagasannya.
Baca juga: Soroti Adu Data Dalam Debat Pilpres 2024, Analis Lab 45: Menarik Jika Prabowo Bisa Sajikan Data Lain
Apalagi kemudian, kata dia, para capres terlihat lebih sibuk melakukan serangan dan bertahan, sehingga waktu yang tersedia malah habis digunakan untuk melontarkan pertanyaan dan jawaban yang tendesius serta dangkal ketimbang memanfaatkannya peluang menggali dan memberi penjelasan.
"Hal itu mengundang pertanyaan apakah itu memang strategi yang sengaja dilakukan untuk menutupi keterbatasan pemahaman pada hal-hal yang lebih substantif atau bagaimana?" kata Fahmi.