Soal Debat Capres: Jokowi Lempar Kritik,TPN Ganjar-Mahfud Ungkit Prabowo Serang Anies
Debat ketiga Pilpres 2024 telah selesai dilaksanakan pada Minggu (7/1/2024) kemarin. Jokowi lempar kritik, TPN Ganjar-Mahfud sependapat.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Pravitri Retno W
Baik Ganjar maupun Anies menyinggung kinerja Prabowo selama empat tahun ini sebagai Menhan.
Anies mengatakan banyak praktik orang dalam di Kemenhan.
Ia juga sempat membahas etika serta mempaparkan luas lahan yang dimiliki oleh Prabowo.
Sementara Ganjar, selain membahas alat utama sistem senjata (alutsista), ia juga bertanya perihal Minimum Essentials Force (MEF) Indonesia yang menurun kepada Prabowo.
TPN Ganjar-Mahfud Sependapat dengan Jokowi
Di sisi lain, Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD mengaku sependapat dengan Jokowi supaya tak ada serangan dalam debat pilpres.
Hal ini dikatakan oleh Deputi Politik 5.0 Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Andi Widjajanto.
Ia lantas mencontohkan bagaimana Prabowo pernah menyerang Anies dalam debat.
"Sepakat dengan Pak Jokowi, memang harus dihindari serangan personal, ya, seperti contohnya serangan Pak Prabowo ke Anies bilang, 'Sorry, ye. Sorry, ye, Mas Anies'."
"Serangan-serangan personal seperti yang terlihat Pak Prabowo emosi ke Anies itu harus dihindari," kata Andi saat ditemui di Media Center TPN, Jalan Cemara, Menteng, Jakarta, Senin.
Andi lalu menegaskan, hal yang perlu diperkuat ialah serangan dengan menggunakan data-data seperti yang dilakukan oleh Ganjar.
"Yang perlu diperkuat itu adalah serangan ke data, serangan ke kebijakan seperti yang dilakukan oleh Mas Ganjar di segmen kelima, ya, betul-betul menunjukkan datanya," paparnya.
Ia menyinggung ketika Ganjar mengkritisi alokasi anggaran belanja pertahanan dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB) yang cenderung menurun.
Selain itu, mantan Gubernur Jawa Tengah itu juga mengkritisi data kekuatan pokok minimum atau Minimum Essential Force (MEF) 2024 yang tidak tercapai, yakni di angka 65,4 persen padahal target program sebesar 79 persen.
"Nah itu serangan yang diinginkan, jadi benar-benar ngotak-ngatik data, ngotak-ngatik kebijakan."
"Tidak melakukan serangan-serangan personal terutama menunjukkan emosi-emosi yang tidak perlu," ucap Andi.
(Tribunnews.com/Deni/Taufik Ismail/Fersianus Waku)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.