Ikrar Nusa Bhakti Soroti Kepemimpinan Prabowo Subianto Sebagai Menhan Selama Hampir 5 Tahun
Ikrar Nusa Bhakti menekankan dalam hampir lima tahun kepemimpinan Prabowo sebagai Menteri Pertahanan, nyaris tak ada hal yang bisa dibanggakan
Editor: Erik S
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Para pemilih muda dinilai seharusnya semakin bisa menentukan pilihannya pada Pilpres 14 Februari 2024.
Apalagi, debat calon presiden bertema ‘Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, dan Geopolitik’ telah dilaksanakan pada 7 Januari 2024.
Khusus pada isu yang dibahas pada debat capres terakhir, ada tiga hal perlu diperhatikan para pemilih muda dalam menyikapi pandangan tiga calon presiden.
Baca juga: Pengamat Nilai Prabowo Gagal Jelaskan Gagasannya dalam Debat Capres Soal Hankam
Pernyataan itu disampaikan Pakar Hubungan Internasional Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Thomas Noto Suoneto, dalam Media Discussion di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Jakarta, Selasa (9/1/2024).
Pada diskusi bertopik ‘Menakar Pembaruan Alutsista dan Hubungan Internasional: Geopolitik Terkini dan Daulat Industri Pertahanan Dalam Negeri’, Thomas Noto hadir bersama Pakar Politik Internasional Ikrar Nusa Bhakti, dipandu Deputi Kanal Media TPN Ganjar-Mahfud, Karaniya Dharmasaputra.
“Para pemilih muda harus bisa melihat tiga sikap capres dalam isu hubungan internasional dan politik luar negeri. Pertama, bagaimana seorang capres bisa menarik garis antara kepentingan domestik dan internasional. Kedua, apakah capres bisa mengikuti perkembangan zaman," kata Thomas Noto.
Ketiga, lanjut dia, pandangan capres seharusnya tidak bersifat nasionalisme sempit dan memiliki pikiran tenang serta punya nilai dan pragmatism yang bisa dikombinasikan.
Pada kesempatan ini, Ikrar Nusa Bhakti menekankan bahwa dalam hampir lima tahun kepemimpinan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan, nyaris tak ada hal yang bisa dibanggakan.
“Misalnya, pada kasus pembatalan proyek kapal selam antara PT PAL dan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Co Ltd. Di sini kita melihat bukan hanya soal pembayaran yang masih bermasalah, tapi juga bagaimana kelayakan kapal selam itu,” jelasnya.
Ikrar juga menyorot proyek-proyek bermasalah Kementerian Pertahanan lain, karena melakukan pembelian pesawat dan alat utama sistem persenjataan secara periodik dengan membabi buta.
Baca juga: Prabowo Kenang Debat dengan Jokowi di Pilpres: Terhormat dan Penuh Rasa Kekeluargaan
“Untuk memenuhi Minimum Essential Force (MEF), Prabowo membeli pesawat tempur dan alutsista lain, prinsipnya yang penting beli, yang penting ada. Padahal persiapan operasionalnya tidak mudah,” urainya.
Karena itu, Ikrar sejak awal membantah bahwa topik debat kemarin sebagai ‘makanannya’ Prabowo.
“Banyak orang menilai tema debat itu sebagai bidangnya Prabowo, karena selain jadi Menhan, juga pengalamannya sebagai militer aktif sampai 1998. Faktanya, sebagai menteri, Prabowo selalu menyalahkan orang lain,” ungkapnya.
Ikrar mencontohkan, dalam kaitan kegagalan food estate, Prabowo cenderung menyalahkan Menteri Pertanahan. Pada kasus minimnya alutsista menyalahkan Menteri Keuangan yang tak menyetujui anggaran pembelian senjata, dan lain-lain.
Baca juga: Pengamat Menilai Debat Ketiga Capres Jadi Panggung Emas Ganjar dan Anies, Prabowo Babak Belur
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.